Vettel Bisa Bawa Aston Martin Jadi Tim Pemenang

Vettel memulai musim penuh di Formula 1 pada 2008 lalu bersama Scuderia Toro Rosso. Ia berhasil mendapatkan kemenangan pertamanya di tahun tersebut pada Grand Prix Italia dalam kondisi hujan.

Performa mengesankan itu membuat para petinggi Red Bull langsung memberi kepercayaan kepada Vettel untuk memperkuat tim pada tahun berikutnya.

Tapi, Sebastian Vettel belum bisa mengalahkan Jenson Button yang merupakan pembalap lebih senior. Namun, orang-orang di dalam tim masih percaya dengan kemampuan pria asal Jerman itu.

Keyakinan itu pun berbuah manis, ketika Vettel mengamankan gelar juara dunia pertama untuk Red Bull pada 2010, dan berlanjut hingga tiga tahun berikutnya.

Namun, pada 2015, Vettel memutuskan untuk pindah ke Ferrari. Ia memang gagal memberikan gelar kepada pabrikan Italia itu dalam enam tahun terakhir, tapi ia sudah memberi 14 kemenangan kepada tim berlogo kuda jingkrak itu.

Prestasi terbaiknya bersama Ferrari ada pada 2017 dan 2018, ketika ia mengakhiri musim sebagai ruuner-up dengan mengumpulkan 317 dan 320 poin.

Tahun ini, Vettel akan melanjutkan petualangannya di Formula 1 bersama Aston Martin. Banyak yang mempertanyakan apakah ia dapat memberi kesuksesan kepada tim tersebut.

Pasalnya, sebagian besar orang merasa Vettel sudah melewati masa terbaiknya. Tapi, Ascanelli memiliki pendapat berbeda mengenai pria 33 tahun itu.

“Mereka mungkin sudah menyadari bahwa setiap tim yang disinggahi oleh Sebastian telah menjadi tim pemenang,” kata Ascanelli kepada Insider.com.

“Pertama Toro Rosso dan kemudian Red Bull. Itu semua terjadi karena Sebastian. Karena dia tak ragu menekan gas dan membawa tim meraih kesuksesan bersamanya.

“Red Bull memiliki semua bahan untuk meraih kesuksesan pada 2008, tapi toro Rosso masih lebih baik. Itu karena Vettel lebih baik dari Mark Webber dan David Coulthard.”

Prinsipal Aston Martin, Otmar Szafnauer, mengatakan dirinya sangat senang bisa memiliki pembalap sekaliber Vettel. Ia berharap pengalamannya selama 12 tahun di Formula 1 bisa mengangkat performa tim.

“Ini tentang rasa hormat dan perpaduan. Kami menghargai bakat setiap orang dan tidak menyalahkan siapa pun. Kami mendorong orang-orang kami untuk belajar dari kesalahan,” ucap Szafnauer.

“Bersama-sama, kami akan memiliki lingkungan kerja yang sangat baik dan budaya di mana tidak menyalahkan siapa pun atas kesalahan. Ini juga berlaku untuk pesaing. Siapa yang bisa memainkannya dengan baik, maka dia akan menjadi yang terbaik.”