Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia

Wolff Antisipasi 'Skenario Senna-Prost' untuk Hamilton-Verstappen

Toto Wolff tidak akan kaget jika persaingan Max Verstappen dan Lewis Hamilton nanti akan berakhir seperti yang Ayrton Senna-Alain Prost.

Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B, and Lewis Hamilton, Mercedes W12, crash out

Prinsipal Tim Mercedes-AMG Petronas F1 itu memperkirakan bukan tidak mungkin ‘skenario Senna-Prost’ terjadi dengan Max Verstappen (Red Bull Racing) dan Lewis Hamilton (Mercedes) bila persaingan mereka terus sengit sampai balapan terakhir.

Persaingan perebutan gelar di Kejuaraan Dunia Formula 1 2021 memang berlangsung dalam tensi tinggi sejak awal. Verstappen dan Red Bull Racing mampu memberikan perlawanan keras terhadap Hamilton, juara dunia tujuh kali (2008, 2014, 2015, 2017-2020).

Menjelang lima balapan terisa, Verstappen masih memimpin klasemen tetapi hanya unggul 12 poin atas Hamilton di peringkat kedua. Dengan maksimal 133 poin yang bisa direbut dari lima balapan, segalanya bisa terjadi dan peluang gelar masih sangat terbuka.

Musim ini saja, paling tidak ada dua insiden besar yang melibatkan langsung Verstappen dan Hamilton, yakni di Silverstone (GP Inggris) yang mengakibatkan pembalap asal Belanda itu mundur, dan Monza (GP Italia) yang memaksa keduanya tidak mendapatkan poin.

Dengan tensi persaingan, teknik dan mental kedua pembalap, serta dukungan mobil yang cepat dan andal, tidak mustahil insiden akan kembali terjadi. Apalagi jika persaingan gelar antara Hamilton dan Verstappen harus ditentukan pada balapan terakhir.

“Jika skenario itu terjadi, gelar ditentukan pada balapan terakhir di Abu Dhabi, salah satu dari mereka pasti akan berpikir mencoba apa yang pernah dilakukan Senna-Prost bertahun-tahun lalu,” kata Wolff seperti dikutip Daily Mail.

“Apa yang terjadi di Monza? Verstappen menghantam Lewis karena ingin melewatinya dan saat itu ia memang lebih cepat. Jadi, hal seperti itu dapat dimengerti.”

Ayrton Senna, McLaren MP4/5 Honda dan Alain Prost, McLaren MP4/5 Honda bertabrakan di F1 GP Jepang 1989 yang menjadi salah satu insiden kontroversial dalam sejarah balap jet darat.

Ayrton Senna, McLaren MP4/5 Honda dan Alain Prost, McLaren MP4/5 Honda bertabrakan di F1 GP Jepang 1989 yang menjadi salah satu insiden kontroversial dalam sejarah balap jet darat.

Foto oleh: Motorsport Images

Rivalitas antara Ayrton Senna dan Alain Prost terjadi pada akhir 1980-an, saat keduanya masih menjadi rekan setim di McLaren, hingga awal 1990-an. Salah satu yang akan selalu tercatat dalam sejarah F1 adalah insiden di GP Jepang 1989.

Sirkuit Suzuka saat itu menjadi tuan rumah balapan ke-15 dari total 16 F1 1989. Menjelang GP Jepang, Prost unggul 16 poin dari Senna di peringkat kedua klasemen. Senna yang tahu harus menang di GP Jepang untuk menghidupkan peluangnya, tampil agresif.

Pada akhir lap 46 atau tujuh lap jelang finis, Senna yang berusaha melewati Prost tidak diberi ruang. McLaren MP4/5 bermesin Honda geberan Senna akhirnya menghantam mobil setipe milik Prost.

Prost tidak mampu melanjutkan balapan sedangkan Senna berhasil kembali ke trek, melanjutkan balapan, dan menang. Tetapi steward kemudian mendiskualifikasi Senna karena dinilai kembali ke trek secara ilegal usai insiden dengan Prost.

Prost pun dinyatakan juara dunia F1 1989 karena seusai GP Jepang poin keduanya tidak berubah. Dengan satu balapan tersisa dan maksimal 9 poin yang bisa direbut, Senna (60 poin) tidak mungkin lagi mengejar Prost (76).

Baca Juga:

“Jika Anda tengah memperebutkan gelar, apakah mungkin membiarkan rival terberat melewati Anda? Tentu Anda akan berusaha sekuat tenaga untuk mencegahnya melibas Anda,” kata Wolff.

“Semua pernah melihatnya dalam duel Michael Schumacher dan Jacques Villeneuve serta dua kali antara Senna dan Prost. Saya takkan pernah menginstruksikan pembalap untuk menghantam pembalap lain.

“Namun, ketika sudah bertarung di balapan terakhir dan tahu siapa pun yang nanti finis di depan akan juara, mereka pasti akan bertarung sangat keras dan habis-habisan.”

Lebih jauh Wolff menegaskan, saat ini tidak ada yang benar-benar mampu mengontrol Lewis Hamilton maupun Max Verstappen. Wolff juga yakin tidak ada yang mau melihat kondisi tersebut terjadi karena tahu keduanya adalah petarung hebat di atas mobil.

“Sudah menjadi kebiasaan kami tidak menyukai konfrontasi dengan lawan lantas bersikap dingin. Jika mereka nanti mengalami kecelakaan, bagaimana akan berduel? Apa yang akan dikatakan? Apakah mereka masih akan bertegur sapa?

“Kami tidak akan mencampuri hal tersebut. Hubungan diatur dan bisa terjadi hanya karena kesadaran para individunya.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Max Verstappen Bisa Perkuat Red Bull Racing Sepanjang Kariernya
Artikel berikutnya Damon Hill Soroti Pengaruh Adrian Newey terhadap Red Bull Racing

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia