Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Wolff Ragu Bottas Hampir Putuskan Pensiun Usai Lakukan Team Order

Prinsipal Mercedes AMG Petronas, Toto Wolff, tak yakin Valtteri Bottas hampir putuskan pensiun usai melakukan team order di Grand Prix Rusia 2018.

Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1, leads Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1

Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1, leads Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1

Steve Etherington / Motorsport Images

Pada serial Drive to Survive di Netflix, pembalap Mercedes Valtteri Bottas mengatakan dirinya hampir memutuskan pensiun usai melakukan team order ketika dirinya sudah dekat dengan kemenangan di F1 GP Rusia.

Setelah kejadian itu, pria asal Finlandia tersebut mengaku sangat terpukul dan sulit menerima keadaan. Bottas mengaku kecewa dan tak senang dengan keputusan Mercedes yang memberikan perintah untuk memberikan posisi pertama kepada Lewis Hamilton.

Dalam cuplikan serial tersebut, Bottas mengatakan: “Itu sangat, sangat berat untuk diterima. Saya sangat marah saat itu. Jujur, saya berpikir, kenapa saya melakukannya?

“Bahkan saya sempat berpikir untuk pensiun, menyerah dari keadaan. Setelah balapan tersebut, saya mengatakan kepada diri sendiri untuk tak melakukannya lagi.”

Namun, Toto Wolff meragukan pernyataan Valtteri Bottas dan yakin sang pembalap tidak benar-benar memikirkan untuk pensiun usai kejadian tersebut.

“Tentu saja dia sangat sedih. Saya memahami itu, tapi saya pikir dia tidak pernah memikirkan pensiun,” kata Wolff.

“Dia terlalu banyak memiliki pesaing yang menginginkan tempatnya. Tapi, saya bisa membayangkan, dalam situasi panas, setelah balapan, Anda tidak bisa berpikir panjang.”

Baca Juga:

Mercedes terkadang menggunakan team order untuk membantu tim mengamankan gelar konstruktor dalam empat musim terakhir.

Pabrikan Jerman itu selalu memberikan perlakuan yang sama kepada pembalap mereka, dan hanya melakukan perintah agar mereka tak bertarung yang berujung merugikan tim. Namun, terkadang mereka juga bertukar posisi ketika dianggap benar-benar diperlukan.

Melihat kembali kejadian di Sirkuit Sochi, Wolff mengatakan itu adalah situasi darurat. Saat itu, Mercedes berusaha menjaga posisi tim di tengah tekanan pembalap Ferrari, Sebastian Vettel.

“Saya pikir itu perlu dilakukan karena semuanya dipertaruhkan dengan Sebastian. Valtteri berada di depan, dan Lewis berada di antara Bottas dan Sebastian,” ujarnya.

“Itu cara yang saya benci. Saya bisa membayangkan betapa buruknya itu bagi Valtteri. Dia bukan Nico Rosberg, dia juga memiliki cara kerja yang sangat berbeda. Pasti dia memiliki kemauan di dalam dirinya untuk mendekati Lewis dan mengalahkannya.

“Ini semua tentang kinerja Anda sendiri, ekspektasi pada diri sendiri, yang berbeda dengan pembalap lainnya. Tapi, menggunakan politik dalam upaya mengalahkan Lewis juga menjadi kekuatan Nico. Anda harus mengakuinya.”

Pemenang balapan Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1, merayakan bersama Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1, dan George Russell, Mercedes AMG F1, dan staf tim.

Pemenang balapan Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1, merayakan bersama Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1, dan George Russell, Mercedes AMG F1, dan staf tim.

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Vettel Berharap Bisa Lebih Memahami Karakter AMR21 di Imola
Artikel berikutnya Ralf Schumacher: Red Bull Seharusnya Berjaya di Imola

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia