Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia

Siapa Ayao Komatsu? Yang Perlu Diketahui tentang Bos Baru Haas

Haas telah menunjuk salah satu mantan anggota staf backroom sebagai bos tim setelah Guenther Steiner meninggalkan perusahaan.

Ayao Komatsu, Chief Engineer, Haas F1 Team, and Kevin Magnussen, Haas F1 Team, on the grid

Tim Formula 1 Haas mengumumkan kepergian mengejutkan dari kepala tim Guenther Steiner, dengan Ayao Komatsu sebagai penggantinya.

Hal itu terjadi setelah Haas finis di posisi terbawah pada kejuaraan konstruktor F1 2023. Mimpi buruk berulang dua kali dalam tiga tahun terakhir.

Performa seperti itu telah menyebabkan Steiner kehilangan pekerjaannya, peran yang telah dipegang oleh pria Italia itu sejak tim asal Amerika Serikat itu bergabung dengan F1 pada 2016.

Lalu siapa sejatinya prinsipal Haas yang baru dan bagaimana ia bisa menduduki posisi tersebut?

Baca Juga:

Siapakah Ayao Komatsu?

Komatsu adalah kepala tim Haas yang baru, setelah menggantikan Steiner untuk musim F1 2024. Pria berusia 47 tahun ini lahir di Tokyo, namun pada usia 19 tahun, ia meninggalkan Jepang menuju Inggris untuk belajar Teknik Otomotif di Universitas Loughborough. Komatsu kemudian meraih gelar PhD dari Loughborough dan sejak saat itu tinggal di Inggris untuk bekerja di berbagai posisi di F1.  

Ayao Komatsu, Chief Engineer, Haas F1

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Ayao Komatsu, Kepala Insinyur, Haas F1

Mengapa ia menjadi Team Principal Haas F1

Komatsu menjadi bos Haas F1 setelah kontrak Steiner berakhir. Sempat muncul gesekan antara Steiner dan pemilik tim Gene Haas menyusul perbedaan pendapat tentang bagaimana membawa tim ke depan.

Steiner secara efektif meminta lebih banyak investasi untuk menyamai anggaran saingannya, namun Gene Haas ingin menggunakan sumber dayanya secara lebih efisien setelah mengklaim bahwa ia "malu" bahwa tim belum memanfaatkan kemitraannya dengan Ferrari secara maksimal.

Haas berada di tiga terbawah klasemen F1 setiap tahun sejak finis terbaiknya di posisi kelima pada tahun 2018, termasuk musim tanpa poin pada 2021. Meskipun pada awalnya keadaan membaik pada awal 2022, memulai era ground-effect dengan meraih poin di tiga dari empat grand prix pembuka. Haas kembali ke posisi terbawah klasemen pada 2023 dengan hanya meraih empat poin.

Jadi, Gene Haas merasa tim membutuhkan sesuatu yang berbeda dan pekerjaan itu ditawarkan kepada Komatsu karena "Ayao telah bersama tim sejak hari pertama, dia tahu seluk beluknya".

Romain Grosjean, Lotus F1, dengan Ayao Komatsu, Race Engineer, Lotus

Foto oleh: Andrew Ferraro

Romain Grosjean, Lotus F1, dengan Ayao Komatsu, Race Engineer, Lotus

 

Akankah ia memperbaiki Haas?

Haas telah mengambil pendekatan yang sangat berbeda untuk team principal barunya, dengan Komatsu yang berlawanan dengan Steiner. Pria berusia 47 tahun ini memiliki latar belakang teknik, jadi ia adalah orang yang sangat teknis yang menurut Gene Haas "melihat segala sesuatu berdasarkan statistik" sementara Steiner lebih baik dalam hal operasional organisasi yang bertindak sebagai manajer.

Penunjukan ini juga melanjutkan tren yang muncul di F1 baru-baru ini, di mana tim-tim telah mempekerjakan bos yang lebih berotak insinyur - pikirkan McLaren dengan Andrea Stella dan James Vowles di Williams.

Jadi, masih harus dilihat apakah pendekatan baru ini berhasil untuk Haas, namun, pendekatan ini berhasil untuk McLaren dan Williams yang keduanya memperbaiki posisi finis pada 2023. Tugas terbesar bagi Komatsu adalah memanfaatkan apa yang dimilikinya dengan lebih baik karena Gene Haas tidak akan berinvestasi lebih banyak di tim, sehingga perlu lebih efisien dengan sumber daya.

Jika Haas dapat menutup kesenjangan dengan tim lain - tim ini finis empat poin di belakang Alfa Romeo yang berada di posisi kedua dari bawah, yang sekarang menjadi Sauber - maka Komatsu akan melakukan pekerjaan dengan baik. Satu hal yang perlu ditingkatkan Haas pada 2024 adalah kecepatan balapannya karena ban VF-23 terlalu cepat panas sehingga pembalap Nico Hulkenberg dan Kevin Magnussen dipaksa untuk melakukan manajemen ban di banyak grand prix.

Guenther Steiner, Team Principal, Haas F1 Team, dalam konferensi pers

Foto oleh: FIA Pool

Guenther Steiner, Team Principal, Haas F1 Team, dalam konferensi pers

Apa yang akan terjadi dengan Guenther Steiner? 

Belum diketahui apa yang akan dilakukan Steiner setelah meninggalkan Haas F1, karena ia diperkirakan akan mengambil waktu istirahat sejenak dari dunia balap untuk memutuskan langkah selanjutnya.

Steiner tidak mungkin mendapatkan peran sebagai team principal di tempat lain di F1, namun bukan berarti ia tidak bisa turun di seri lain seperti yang dilakukan mantan bos Caterham dan Renault, Cyril Abiteboul, bersama Hyundai di Kejuaraan Reli Dunia.

Namun, Steiner juga memiliki usaha bisnis lain, karena pria Italia ini mendirikan perusahaan Amerika Serikat, FibreWorks Composites, yang merupakan perusahaan desain dan manufaktur karbon-komposit yang mengkhususkan diri pada motorsport.

Hal ini kemungkinan akan membuatnya sibuk dalam beberapa bulan mendatang, meskipun banyak perusahaan media dan penyiaran yang ingin mempekerjakan Steiner untuk bekerja setelah dia menjadi bintang di Drive to Survive di Netflix.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Pendekatan Penuh Kejujuran di McLaren ala Andrea Stella
Artikel berikutnya Presentasi Williams FW46 di New York City

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia