Sempat Ada di Titik Terendah, Yuki Tsunoda Temukan Kepercayaan Diri
Kebiasaan debutan F1 2021, Yuki Tsunoda, mengritik dirinya berbuah pengakuan kalau kadang punya rasa percaya diri berlebihan.

Pembalap muda AlphaTauri itu mengalami musim perdana seperti roller coaster. Disanjung setelah menginjak peringkat kesembilan GP Bahrain, selepas itu seperti terhempas dalam kontroversi yang dibuat sendiri.
Ia beberapa kali melakukan kesalahan yang berujung crash. Tsunoda juga sering mengutarakan kekesalan secara langsung lewat radio tim.
Meski marah, petinggi tim mencarikan solusi agar dia menyalurkan energi negatif ke pekerjaan. Pembalap diminta pindah ke dekat markas tim, di Faenza, Italia.
Walaupun berangsur bisa mengontrol emosi, sifatnya yang suka menyela diri sendiri tetap ada. Di sisi lain, hal itu membuat selalu mawas diri. Namun, malah memberi beban berlebihan kepadanya.
Selepas musim 2021 berakhir, Tsunoda melihat insiden yang timbul karena terlalu percaya diri dan kurang dalam persiapan. Ia juga tidak fokus dalam mempersiapkan diri.
“Hingga saya pindah ke Italia, saya hanya seorang bajingan pemalas,” ujarnya sambil tertawa. “Setelah latihan, saya langsung pulang ke rumah dan menyalakan PS5 lalu bermain gim. Saya mencoba bersenang-senang.
“Kemudian, pada pekan balapan, saya selalu terburu-buru. Saya hanya mulai bersiap saat itu dan kemudian, saya pikir sudah terlambat.”
Pujian di awal musim, usai menuai dua poin dan menyalip Fernando Alonso, rupanya membuat besar kepala. Kala itu, managing director of motorsport F1, Ross Brawn, menyanjungnya sebagai rookie paling menjanjikan.
Setelah itu, semua berubah menjadi neraka kecil baginya. Di Imola, ia mengalami insiden pada kualifikasi pertama lalu melintir dalam balapan.
Saat melaju di F1 GP Portugal, Tsunoda kehilangan keceapatan. Masalah makin pelik ketika ia menyalahkan tim akibat tersingkir dalam Q1 GP Spanyol. Mobilnya bermasalah. Penghuni peringkat ketiga klasemen Formula 2 2020 itu crash di Monako saat latihan bebas kedua.
Rentetan ketidakberuntungan itu membuat nyali Tsunoda kian ciut saat menghadapi balapan demi balapan.
“Saya katakan bahwa say terlalu yakin dulu. Saya merasa itu terlalu mudah untuk F1 karena saya tidak mengalami tabrakan masif atau hal-hal aneh. Itu semua masih terkontrol, itu kenapa saya harap lebih mudah,” ia menuturkan.
“Saya mengalami kecelakaan di Imola, tapi setelah itu, saya baik-baik saja dan kepercayaan diri juga baik. Saya hanya merasa bahwa insiden saat kualifikasi hanya kesialan sematan dan saya juga tahu itu akan terjadi sebelum zona pengereman.
“Namun, ketika saya mengalami crash secara rutin, saya mulai mempertanyakan kepercayaan diri dan merasa itu sangat sulit. Lebih sulit dari yang saya pikirkan.”
Ia masih menggunakan pendekatan seperti F2, yang pastinya tidak cukup untuk bisa bersaing di antara para pembalap kelas elite.
“Sangat sulit bagaimana saya membangun pekan balapan. Pendekatan menghilang. Saya menjalankan pendekatan seperti F2, yang mana punya format berbeda di mana Anda melakoni latihan bebas dan langsung kualifikasi,” ia mengungkapkan.
“Saya akan selalu mencoba melakukannya, mencoba menekan sejak free practice pertama dan di F1, tidak bisa melakukannya. Ada banyak risiko Anda menubruk dinding dan kehilangan banyak waktu di trek, dan harus membangun lagi keyakinan untuk FP2.
“Pada satu titik, kepercayaan diri saya nol. Di masa lalu ketika, saya tidak pernah merasakan kehilangan keyakinan. Jadi saya mengalami masa-masa sulit untuk membangun kepercayaan diri, seperti yang saya lakukan di Bahrain dan itu sungguh sebuah perjuangan.”

Yuki Tsunoda, AAlpha Tauri AT01 mule
Photo by: Mark Sutton / Motorsport Images
Prinsipal AlphaTauri, Franz Tost, memintanya agar terus mengebut tanpa mengkhawatirkan risiko. Pihak tim juga tidak tinggal diam dengan melakukan perubahan pada sasis yang dirilis di Turki.
Hal itu direspons dengan tekad Tsunoda mengubah feeling dan pemikirannya. Ia lebih banyak berpikiran positif dan menghilangkan kesombongan.
“Turki sebuah titik balik dalam hal kepercayaan diri dan pendekatan yang saya lakukan. Sebelum tampil di Turki, saya hanya mencoba tidak melakukan kesalahan besar dan tidak mencoba menuju dinding. Itu kenapa pace saya sangat lambat,” ia menerangkan.
“Saya kira saya hanya fokus agar tidak mengalami kecelakaan dan itu alasan kecepatan kurang bagus. Ketika saya sadar mencatatkan pace rendah secara konsisten dalam beberapa balapan, saya harus mendorong lebih keras karena pada akhirnya, hasil dan pace sangat penting di F1.
“Jadi saya mengubah pemikiran, terutama sejak sesi pertama, dan saya mulai berpikir berkebalikan dari ‘Saya tidak akan crash’. Ternyata, saya punya delapan balapan beruntun di mana tidak mendapat insiden dan untuk itu saya berada di sini.”

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02
Photo by: Charles Coates / Motorsport Images
Tsunoda lebih nyaman mengemudi di lintasan Istanbul Park ketika sasis AT02 diganti. Performanya meningkat pesan sehingga mampu mengakhiri musim 2021 di peringkat keempat.
“Satu hal yang sangat membantu adalah perubahan sasis sejak dari Turki. Saya merasa lebih baik dengan mobil ini, dalam hal mengendalikannya. Contohnya, jumlah derik yang saya alami di Arab Saudi, saya bisa mengontrolnya, di mana dengan sasis sebelumnya sulit mengatasinya,” ucapnya.
Dengan segala lika-liku yang dijalaninya selama musim lalu, Tsunoda pun menyebut 2021 sebagai tahun pendewasaan dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
“Itu adalah tahun yang besar. Saya tidak pernah menghadapi musim naik turun. Saya tidak pernga mengalami situasi serupa dalam karier balap, jadi tahun yang istimewa bagi saya,” tuturnya.
“Saya gembira meski berada dalam situasi buruk. Saya mulai meningkatkan kualitas diri dan gembira dengan performa dan kemajuan saya. Itu tahun pembelajaran yang sangat besar. Saya kira bisa mendapat banyak pengalaman dan saya tidak berpikir bisa melakukan banyak untuk balapan.
“Setelah mengalami hal baik dan buruk, saya bisa melangkah maju.”

Yuki Tsunoda, AlphaTauri dalam konferensi pers
Foto oleh: FIA Pool
Sepertinya kepercayaan dirinya mulai pulih ke level normal dan siap bertarung lagi dalam F1 2022. Sasaran terdekatnya adalah mengalahkan rekan setim, Pierre Gasly.
“Ini akan jadi tahun yang sangat penting bagi saya. Saya tidak tahu bagaimana kecepatan mobil dan bagi tim. Di sisi saya, saya harus tampil baik,” ia mengungkapkan.
“Anda perlu mengalahkan rekan setim Anda dan punya kecepatan lebih konsisten. Jadi sekarang, saya tahu detail tentang apa yang perlu dikembangkan dan, jika saya tingkatkan yang satu ini, saya bisa mengalahkan rekan setim dengan cara konsisten.
“Saya punya semua bahan sehingga saya mencoba maju dan itu adalah tahun perseiapan yang bagus. Juga akan ada mobil baru. Jika mobilnya bagus, maka saya harus tampil bagus dan dapat poin. Kalau jelek atau kecepatan buruk, Anda dapat mengembangkan mobil dan saya tahu bagaimana mengembangkan mobil untuk diri sendiri agar lebih kencang.”
Video terkait
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.