Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ini Alasan Jack Doohan Idolakan Schumacher

Alih-alih mengidolakan Mick Doohan, pembalap Formula 3, Jack Doohan mengaku jadi penggemar berat Michael Schumacher. Preferensi timbul karena satu kebaikan yang dilakukan legenda Formula 1 terhadapnya.

Jack Doohan, HWA Racelab

Jack Doohan, HWA Racelab

Joe Portlock / Motorsport Images

Mick Doohan menjadi tokoh terkemuka ajang MotoGP karena mampu merebut lima titel juara dunia kelas 500cc dan 54 kemenangan di grand prix. Talenta balap diturunkan pria Australia itu kepada putranya.

Meski diarahkan untuk menggeluti balap motor, Jack kecil cenderung tertarik pada mobil dan mendapatkan go-kart pertama di usia tiga tahun. Itu adalah kado dari Schumacher, yang berteman baik dengan ayahnya.

Sejak saat itu, ia menjadikan pembalap Jerman tersebut sebagai idola, selain karena prestasi mentereng Schumi bersama Ferrari.

“Pahlawan saya adalah Michael Schumacher. Saya sangat beruntung ayah dan Michael berteman. Sesekali Michael mengunjungi rumah kami di Australia dan dia akan menginap. Ketika mereka berdua tinggal di Monte Karlo, mereka adalah tetangga,” ujar Doohan dikutip Speedweek.

“Saat saya berusia tiga tahun, Michael memberi saya dan kakak perempuan saya, go-kart pertama kami. Sungguh luar biasa apa yang sudah dicapai Michael dalam kariernya, keseluruhan mentalitasnya impresif, itu kenapa saya memandangnya seperti itu (sebagai idola).

“Michael dan ayah saya sangat mirip dalam hal ini. Ayah juga membangun karier dari nol, mereka sukses sejauh ini karena dedikasi dan etos kerja. Menurut saya, itu mengagumkan.”

Baca Juga:

Walau tak mengidolakan ayahnya, Doohan sangat menghormatinya karena dibebaskan memilih apa yang dia suka. Termasuk, tidak memaksa untuk terjun ke balap motor.

Mick bahkan mendukung putranya kala berlomba di go-kart meski lokasi balapan sangat jauh dari rumahnya.

“Saya tumbuh dengan motor karena ayah tentu saja. Hidup saya berputar antara motor dan motocross. Ayah adalah juara dunia lima kali, tapi tak pernah ada paksaaan darinya,” remaja 18 tahun itu mengisahkan.

“Saya balapan dengan go-kart saat usia saya tujuh tahun. Saya tinggal di Queensland, tapi balapan diselenggarakan di New South Wales, di sisi lain perbatasan Australia. Saya dipangku. Tapi bukan berarti saya putus asa, pekan setelah itu, saya menang untuk pertama kalinya.”

Usai menguasai ajang balapan domestik, pada 2018, ia mengejar karier ke Eropa. Berkat program pembalap muda Red Bull Junior, Doohan ikut serta dalam Formula 4 Inggris, Italia dan Jerman. Tahun berikutnya, ia jadi runner-up Formula 3 Asia dan dipertahankan pada 2020.

Setelah itu, ia mencicipi Formula 3 dengan HWA Racelab. Sayang, debutnya berakhir mengecewakan karena selalu pulang dengan tangan hampa.

Terlepas dari rapor mengecewakan, Doohan masih diberi kesempatan oleh Trident untuk kembali berlaga di level itu musim 2021.

“Saya paling nyaman ketika membalap di tikungan kecepatan tinggi. Bagaimanapun mereka tampak cocok dengan saya. Ketika saya melihat kembali musim pertama di Formula 3, saya harus menyalahkan diri sendiri,” ia mengungkapkan.

“Tapi saya suka tanjakan cepat karena saya punya gaya balap yang lembut. Trek lambat, seperti sektor 3 di Barcelona, bukan kekuatan saya. Saya harus bekerja keras untuk itu.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Zendeli: Trident Bantu Saya Kembangkan Potensi
Artikel berikutnya Livery Spesial Campos Racing untuk Mengenang Sang Pendiri

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia