Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Analisis: Konsistensi, kunci kemenangan spektakuler Presley di Sentul

Presley Martono sukses menjadi Overall Event Champion dari enam balapan Formula 4 South East Asia yang baru saja digelar di Sentul. Dari semua balapan tersebut, Race 4 menjadi balapan yang sulit untuk dilupakan.

Presley Martono, Faine Kahia, Mohammed Nalwala, Podium Race 4, Sentul

Presley Martono, Faine Kahia, Mohammed Nalwala, Podium Race 4, Sentul

Beberapa menit sebelum Race 4 dimulai, Presley tampak tidak tenang, sangat berbeda dari biasanya. Jujur saja, saya sendiri khawatir melihat raut muka Presley saat itu. Saya pernah bertanya kepadanya di waktu yang terpisah, apakah ia pernah merasa gugup sebelum memulai balapan? Ia menjawab tidak pernah sebegitu gugupnya, apalagi ketika balapan sudah dimulai.

Seorang pembalap memiliki caranya tersendiri untuk bersiap-siap dan sangat penting bagi mereka untuk memiliki sedikit privasi, baik sebelum atau sesudah sesi. Presley sendiri senang mendengarkan musikBerdasarkan riset saintifik, musik memang dapat mempengaruhi aktivitas otak manusia, atau lebih jelasnya... Mempengaruhi mood.

Karena suatu hal, Presley kecewa karena tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis data dari Race 3 ataupun sekedar mendengarkan musik. Untuk diketahui, para pembalap umumnya mempelajari apa yang mereka lakukan usai setiap sesi yang telah dijalani. Pada saat itulah mereka bisa menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, seperti racing line dan titik pengereman. Sementara itu, Presley tidak memiliki "keuntungan" tersebut jelang Race 4.

Ketika Presley sudah berada di kokpit mobilnya, saya tidak tahu apakah ia sudah bisa berkonsentrasi penuh pada balapan. Beradu cepat di sirkuit dapat memicu adrenalin dan emosi yang tidak stabil juga bisa mempengaruhi performa sang pembalap. 

Perjuangan sampai lap terakhir dan tikungan terakhir di Race 4

Grid Race 4 ditentukan dari lap tercepat kedua yang dicetak pembalap di babak kualifikasi. Dengan demikian, posisi tiga besar ditempati oleh Danial Frost, Faine Kahia, dan Presley.

Presley yang memiliki grid slot di dekat racing line, mencoba menyodok lewat tengah tapi kemudian kembali ke sebelah kiri. Dalam hitungan milidetik saja, Presley lalu bergerak ke sisi paling dalam tapi diblok oleh Kahia. Sementara itu, Frost melaju ke depan tanpa hambatan menuju tikungan pertama.

Awalnya, Frost dan Kahia terus bersaing ketat dan terlihat akan menjauh dari Presley. Tetapi, Frost kemudian menemui masalah dengan mobilnya sehingga mengalami kecelakaan tunggal. Oleh karena itu, di sini saya akan membandingkan performa Presley dengan Kahia.

Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia
Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia
Infografis oleh Ibrahim Haddad

Presley dapat menjaga catatan waktunya, lebih stabil dari Kahia, lap demi lap.

Dari lap kedua hingga lap kelima, Presley terus memangkas catatan waktunya. Untuk lap-lap berikutnya, Presley mengelola catatan waktunya untuk bertahan di kisaran 1 menit 40 detik. Dari segi lap time, Presley dan Kahia memiliki ritme yang serupa dalam tujuh lap pertama. Kahia sendiri sudah mencetak fastest lap miliknya pada lap kelima dengan 1:39,684 detik.

Pada Lap 10, Frost melebar dan memberikan P1 kepada Kahia. Tak lama kemudian, pembalap asal Singapura tersebut menabrak dinding di tikungan pertama.

Intensitas hujan berubah-ubah, beberapa bagian lintasan masih basah, yang lainnya mengering perlahan-lahan. Kahia yang kini berada di posisi pertama memiliki keuntungan besar dari pandangan ke depan yang bebas dari cipratan air, tidak seperti Presley di belakangnya.

Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia, Bagian 2
Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia, Bagian 2
Infografis oleh Ibrahim Haddad

Serangan besar Presley dimulai pada Lap 8 ketika Kahia sudah memimpin dengan keunggulan 4.216 detik. Sejak saat itu, Presley selalu mencetak lap time lebih kencang dari Kahia. Bahkan, Presley lebih kencang 1,003 detik di Lap 12 dan memperkecil gap ke P1 menjadi 1,821 dengan dua lap tersisa.

Dengan jarak keduanya semakin menipis, penonton pun menyaksikan pertarungan mereka dengan penuh ketegangan. Beberapa orang mengepalkan tangan ke udara atau memukul-mukul pit wall ketika Kahia dan Presley menjalani lap terakhir dengan selisih 1,091 detik.

Tidak ada kamera TV saat itu yang bisa dipantau oleh penonton sehingga orang-orang pun terkejut ketika melihat mobil berwarna biru muncul di depan mobil kuning selepas tikungan terakhir. 

Penonton lokal bersorak gembira. Presley ternyata berhasil merebut P1 dari sisi dalam tikungan terakhir setelah Kahia mencoba mempertahankan racing line tapi kemudian sedikit melebar dan membuka celah. Pada lap penutupan, Presley lebih kencang 1,311 detik dari Kahia dan sang pembalap tuan rumah pun finis pertama dengan keunggulan tipis 0,220 detik.

Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia, Bagian 3

Komparasi catatan waktu Presley Martono vs Faine Kahia, Bagian 3
Infografis oleh Ibrahim Haddad

Data memperlihatkan konsistensi Presley mencetak lap time 1 menit 40 detik di sepanjang lomba. Lap pertama tentu lebih lambat karena catatan waktu dimulai dari posisi berhenti sedangkan Lap 14 terpengaruh oleh pertarungan langsung dengan Kahia di lintasan.

Lap tercepat dan terlamban (di luar Lap 1 dan 14) yang dicetak Presley berselisih kurang dari satu detik, atau tepatnya 0,843 detik. Jika dibandingkan dengan Kahia, maka kesenjangan pace pembalap asal Selandia Baru tersebut adalah 1,772 detik.

Presley tidak pernah menembus 1 menit 39 detik tapi pace-nya stabil dan personal best lap-nya pun dicetak di Lap 9 dari 14. Di paruh pertama lomba, Kahia sebenarnya selalu lebih kencang dari Presley dan sudah mencetak personal best lap sejak Lap 5, tapi kemudian pace Kahia menurun, khususnya di lap penutup.

Memaksimalkan performa ban basah di lintasan yang mengering

Ban kanan depan Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul

Ban kanan depan Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul

Foto oleh: Aditya Gagat

 

Ban kiri depan Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul
Ban kiri depan Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul

Foto oleh: Aditya Gagat

 

Ban kiri depan Presley Martono. Sentul
Ban kiri depan Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul

Foto oleh: Aditya Gagat

Perhatikan kondisi kedua ban depan Presley di parc ferme. Bagian dalam ban kiri depan terlihat sudah aus ketika mencapai garis finis, yang menjadi indikasi bahwa Presley sudah memaksimalkan performa ban hingga saat-saat terakhir.

Di sirkuit yang mayoritas memiliki tikungan ke kanan ini, ban sebelah kiri menerima beban lebih besar daripada sisi kanan sehingga wajar jika umurnya lebih pendek. Selain itu, saya juga memperhatikan bahwa ban kanan Presley lebih tahan lama karena suhunya lebih bisa dikelola di lintasan.

Aspal yang mengering semakin menggerus ban basah, yang sesuai dengan namanya dirancang secara spesifik untuk meningkatkan performa mobil di atas lintasan basah, bukan kering. Pit stop untuk mengganti ban di kejuaraan F4/SEA tidak diperbolehkan. Jelas, manajemen ban pembalap juga diuji saat itu. 

Presley Martono, Race 4, Sentul
Presley Martono, Race 4, Sentul.

Foto oleh: Formula 4 SEA

Pada gambar di atas, Presley terlihat sedikit bergeser ke sisi dalam di lurusan utama untuk mencari aspal yang masih basah, sebuah trik yang umum dilakukan pembalap untuk mendinginkan ban dan sekaligus mengontrol tingkat keausannya. Kahia juga melakukan trik serupa tapi pada beberapa lap terakhir ia lebih memilih bertahan di racing line. 

Seiring waktu, bagian yang masih basah di sana hanya tersisa untuk dilintasi dua ban di sebelah kanan mobil Presley saja. Aspal di sisi kanan atau sisi dalam dekat pit wall memang lebih basah daripada sisi luar tapi itu bukan jalur yang ideal untuk mendinginkan ban karena permukaan aspalnya lebih bumpy dan bisa saja malah menyebabkan aquaplanning.

 

Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul
Presley Martono, Parc Ferme, Race 4, Sentul

Foto oleh: Aditya Gagat

Sekarang, sejarah otomotif tanah air sudah mencatat sebuah kisah sukses baru. Kemenangan spektakuler Presley pada Race 4 di Sentul telah menjadi momen yang akan selalu dikenang oleh penggemar motorsport Indonesia.

Konsistensi menjadi kunci kesuksesan Presley di Sentul

Di Race 1 yang basah, Presley finis kedua di belakang Danial Frost. Berbeda dengan Race 2, Presley mengalami kecelakaan dengan Frost saat memperebutkan posisi pertama di lap pembuka. Presley bangkit di Race 3 yang dipenuhi aksi salip-menyalip dan ia pun kembali finis P2. "Indonesia Raya" kemudian berkumandang setelah Presley merebut pimpinan lomba di tikungan terakhir dan putaran terakhir dari Race 4.

Race 5 digelar di bawah cuaca cerah dan Presley lagi-lagi menjadi runner-up. Pada balapan terakhir, ia finis di posisi kedua untuk keempat kalinya. Ditambah satu kemenangan, Presley mengoleksi poin terbanyak dari enam Race meski pernah sekali gagal menyelesaikan balapan. Berkat konsistensinya, Presley mengungguli Faine Kahia yang menjuarai tiga balapan dan juga Akash Gowda yang menang sekali dan finis ketiga sebanyak tiga kali.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Lima kali naik podium, Presley juara umum F4/SEA di Sentul
Artikel berikutnya Bakat-bakat muda F4/SEA kembali ke Sepang untuk tantangan berikutnya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia