Empat Sosok Berpengaruh dalam Karier Pourchaire
Theo Pourchaire menunjukkan kinerja menjanjikan dalam tahun perdananya menjalani Formula 2 secara penuh. Ada empat sosok yang sangat berjasa mendongkrak karier pembalap belia Prancis itu.
Foto oleh: ART Grand Prix
Ia berdebut di Formula 2 dalam usia muda, 17 tahun 3 bulan, bersama BWT HWA Racelab. Kala itu, Pourchaire mengikuti empat lomba (2 sprint race dan 2 feature race) di Sirkuit Internasional Bahrain pada 28-29 November dan 5-6 Desember 2020.
Dengan pengalaman nol, wajar kalau ia tidak mendapat poin satu pun. Pembalap tersebut finis di urutan ke-18 untuk dua feature race. Ia gagal finis di sprint race 1 dan 21 pada edisi berikutnya.
Penampilannya tersebut membuat ART Grand Prix tertarik sehingga menawarkan kontrak untuk musim 2021. Runner-up F3 2020 di belakan Oscar Piastri pun mendapat kursinya sejak awal. Pada sesi tes, ia mampu menyaingi rival-rivalnya yang lebih lama berkecimpung di kasta kedua.
Bahrain kembali menjadi titik permulaan bagi Pourchaire. Bak tertimpa durian runtuh, ia mengunci pole position untuk sprint race 1 berkat aturan reverse grid.
Sayangnya, mobilnya rusak sehingga terpaksa keluar di tengah lomba. Ia melesat ke peringkat keenam sprint race 2 dan posisi kedelapan feature race. Raihan delapan poin mengantarkannya ke peringkat ke-11 klasemen pembalap.
Pourchaire tengah menikmati prestasi memuaskan dalam kariernya. Meski target kali ini sekadar mendapat pengalaman sebelum melompat ke F1, anggota Sauber Junior Team itu tetap bekerja keras seolah ingin mengincar titel juara.
Dalam situasi kali ini, ia tidak melupakan dukungan dan pengorbanan empat pilar terpenting dalam kariernya. Ia berterima kasih kepada orang tuanya, Jerome dan Sandrine, kakak perempuan, Pauline, serta Sauber Academy.
Pourchaire mengungkapkan sang ayah yang memperkenalkan dengan karting. Balapan dengan kendaraan roda empat awalnya hanya untuk hobi. Tapi dia menemukan kegembiraan saat melaju kencang dan memutuskan untuk lebih serius.
“Ayah adalah penggemar olahraga motor dan dia mendudukkan saya di atas go kart sejak usia 2,5 tahun. Ayah ingin itu hanya sekadar hobi bagi saya, tapi kami tidak pernah berhenti dan sekarang saya ada di sini, Formula 2. Itu luar biasa!” ucapnya dikutip situs Formula 2.
“Saya sangat gembira tapi saya belum selesai. Ayah dan saya ingin ke Formula 1 sekarang. Dia mencoba untuk membiayai saya semampunya dan dia menemukan sponsor untuk saya. Dia melakukan segalanya untuk saya. Dia super penting.
“Ibu saya juga sangat penting. Dia menolong saya di luar dunia olahraga motor. Dia senang melihat saya mengemudi, tapi juga takut di saat yang sama. Saya memahaminya. Dia membantu saya dari sisi mental.”
Jika biasanya kakak beradik di usia remaja sering bertengkar, hal ini tidak berlaku dengan Pourchaire. Theo dan Pauline sangat kompak.
“Kakak juga sangat penting bagi saya. Keluarga paling fundamental bagi saya. Kakak mengantarkan saya ke sirkuit, dia juga membantu saya di hotel. Dia melakukan banyak hal esensial. Itu membuat saya bisa fokus hanya pada balapan. Dia menjadi teman saya juga,” tuturnya.
Di jalur profesional, tentu saja peran Akademi Sauber sangat krusial dalam kariernya. Selain mendapat program latihan dan berbagai fasilitas, Pourchaire juga kerap mendapat nasihat dari petinggi, Bert Zehnder dan Frederic Vasseur.
“Ada dua orang penting di Akademi Sauber, terutama: Bert Zehnder dan Frederic Vasseur. Mereka sangat membantu sehingga saya ingin mengucapkan terima kasih banyak. Ada juga fisioterapis saya, Davide, yang mendampingi di setiap balapan. Ia membantu secara mental dan fisik,” tutur Pourchaire.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments