Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Menyelisik Guanyu Zhou dari Sneakers, Kobe Bryant hingga F1

Tampil dalam Formula 1 (F1) adalah cita-cita semua pembalap yang meniti karier di ajang single-seater, tak terkecuali Guanyu Zhou. Dan, ia sudah berada di jalur tepat.

Guanyu Zhou, Uni-Virtuosi Racing

Guanyu Zhou sekarangn menjalani musim Formula 2 ketiganya. Pembalap 21 tahun itu terus menunjukkan progres. Pada ronde pertama musim 2021, GP Bahrain, ia merengkuh pole position, podium ketiga Sprint Race 2 dan memenangi Feature Race.

Raihan ini membuat Zhou memuncaki klasemen sementara dengan raihan 41 poin, unggul 11 angka dari Liam Lawson dari Tim Hitech GP. Sejak debut dalam F2 pada 2019, baru satu kali pembalap UNI-Virtousi Racing itu memenangi Feature Race.

Mungkin belum banyak yang tahu seperti apa perjalanan karier serta perjuangan Zhou hingga bisa mencapai posisinya sekarang. Yang pasti semuanya tidak diraih dalam waktu singkat.

Zhou memulai karting ketika berumur delapan tahun di negaranya, Cina. Lalu, tahun 2012, ia pindah ke Inggris untuk mencari lingkungan balap yang lebih kompetitif.

Pembalap kelahiran 30 Mei 1999 tersebut bergabung dengan tim yang berbasis di Sheffield, Strawberry Racing. Ia menjuarai Super 1 Rotax Max Junior Championship dan Rotax Max Euro Challenge Junior 2013, mengalahkan Lando Norris, kini pembalap F1 McLaren.

Baca Juga:

Dari situ kariernya terus berkembang. Zhou turun dalam Formula 4 (F4) Italia serta Jerman bersama Prema Racing. Kemudian, bersaing di Formula 3 dengan Motopark pada 2016 sementara musim 2017 dan 2018 memperkuat Prema.

Zhou merupakan mantan anggota Akademi Balap Ferrari (FDA) periode 2015-2018 sebelum gabung dengan Akademi Alpine. Sekarang, selain memperkuat UNI-Virtousi, ia juga berperan sebagai pembalap penguji Tim Alpine F1.

Di luar balapan, Zhou adalah pemuda kebanyakan pada umumnya. Ia memiliki hobi lain yang tak ada hubungan dengan kecepatan, karaoke. Pembalap masa depan Cina tersebut juga seorang kolektor sneakers.

"Biasanya saya main video game. Tetapi saya juga suka karaoke. Saya gemar menyanyi meski (suara) tidak terlalu bagus. Itu kegiatan yang menyenangkan," ujar Zhou soal kegemarannya jika tak sedang balapan kepada Fiaformula2.com.

Seandainya tidak berkarier sebagai pembalap profesional, Zhou mengungkapkan bila dirinya kemungkinan akan menjadi desainer pakaian atau sepatu. Ia memang memiliki minat besar dan menyukai hal semacam itu.

Guanyu Zhou, Uni-Virtuosi Racing

Guanyu Zhou, Uni-Virtuosi Racing

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

"Saya memiliki (koleksi) beberapa pasang sneakers (sepatu kets). Satu di antaranya mungkin barang 'paling mahal' yang saya punya sebab desainnya khusus, disesuaikan dengan logo saya dan gambar Kobe Bryant," tutur Zhou.

"Itu hadiah dari seseorang dan bagi saya lebih berarti daripada yang lainnya walau saya memiliki begitu banyak (sneakers) yang saya suka."

Bisa ditebak, meksi dirinya adalah pembalap bukan pebasket, Zhou sangat mengagumi Kobe Bryant, legenda NBA dan LA Lakers. "Dia idola saya sepanjang masa. Kobe Bryant adalah atlet sekaligus pribadi yang hebat dan sangat menginspirasi."

Zhou kini memang bermukim di Eropa untuk memudahkan perkembangan kariernya sebagai pembalap. Namun demikian, ia tidak pernah melupakan akar dan dari mana dirinya berasal.

"Saya dibesarkan di Shanghai, Cina. Itu kampung halaman saya dan akan selalu menjadi rumah bagi saya. Suasananya sangat berbeda dari tempat saya tinggal selama 10 tahun terakhir," ujar Zhou.

Guanyu Zhou, Renault (Alpine) Sport Academy, saat menjajal mobil F1 sebagai bagian dari perayaan GP ke-1000.

Guanyu Zhou, Renault (Alpine) Sport Academy, saat menjajal mobil F1 sebagai bagian dari perayaan GP ke-1000.

Foto oleh: Motorsport.com

"Benar-benar berbeda dari Sheffield (Inggris). Orang-orang di sana hidup dengan cara berbeda. Ditambah lagi, Anda tidak pernah benar-benar mendapatkan musim panas di Sheffield.

"Namun saya terbiasa dengan perubahan, sejak tinggal juga di Maranello (Italia) dan London. Semuanya berbeda. Sekarang saya tinggal di London, yang menurut saya paling dekat ke Shanghai," imbuhnya.

Demi menjadi pembalap top dan mencapai Formula 1, banyak hal harus dikorbankan Zhou. Salah satunya adalah berada jauh dari rumah dan keluarganya di Cina.

"Saya besar di Shanghai, tetapi sejujurnya saya belum pernah mengunjungi banyak tempat di Cina. Saya lebih sering mendatangi lebih banyak tempat di Eropa daripada negara saya sendiri," Zhou mengakui.

"Ada banyak tempat di Cina yang ingin saya jelajahi, namun untuk saat ini saya belum punya waktu dan kesempatan untuk melakukannya."

Pengorbanan perlu dilakukan dan Zhou tak menyesali pilihannya untuk bisa menjadi pembalap Cina pertama yang mampu bersaing dalam Formula 1. Ia pun telah mematok target untuk tahun ini.

Runner-up, Guanyu Zhou (Uni-Virtuosi Racing) dan pemenang Oscar Piastri (Prema Racing) Sprint Race 2 F2 Bahrain, berselebrasi di podium.

Runner-up, Guanyu Zhou (Uni-Virtuosi Racing) dan pemenang Oscar Piastri (Prema Racing) Sprint Race 2 F2 Bahrain, berselebrasi di podium.

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

"Tujuan utama tahun ini adalah mendapatkan Super License, sebagai persiapan ketika ada kursi tersedia di F1. Itu mimpi saya, jadi saya tidak bisa mengatakan pastinya kapan itu akan terjadi," kata Zhou kepada AFP.

"Saya bisa bilang bahwa saya yang pembalap Cina yang paling dekat untuk mencapai Formula 1. Tetapi, langkah terakhir (F2) adalah yang tersulit karena selain Super License, Anda perlu kesempatan atau kursi yang tersedia.

"Saya ingin pada 2019 ketika menyaksikan GP Cina, semua orang mengatakan 'semoga bisa melihat Anda bersaing di F1 dalam dua tahun ke depan.' Itu memberikan saya dorongan dan semoga dapat mewujudkannya."

Zhou mengakui hal yang paling disukainya dari balapan adalah fakta bahwa olahraga ini kompleks, bukan hanya tentang pembalap dan kendaraannya, tetapi kerja sama tim.

"Setiap orang di dalam tim akan bekerja sama dan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Anda (pembalap) menang. Dan tentu saja sampanye di atas podium adalah momen favorit. Itu buah dari kerja keras Anda dan tim."

Guanyu Zhou, Rookie terbaik F2 2019 dengan trofi Anthoine Hubert.

Guanyu Zhou, Rookie terbaik F2 2019 dengan trofi Anthoine Hubert.

Foto oleh: FIA Formula 2

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Dilangkahi Tsunoda, Vips Belum Menyerah Tembus F1
Artikel berikutnya Tiga Orang Berpengaruh dalam Karier Piastri

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia