Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Tekanan mental halangan terbesar Gelael pada 2018

Gagal mencapai target di Formula 2 2018, pembalap Indonesia, Sean Gelael, mengaku kesulitan menjaga kepercayaan diri dan menghadapi tekanan mental.

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

FIA Formula 2

Setelah berlomba tiga musim penuh di GP2/F2, Gelael selalu menempati peringkat ke-15 di klasemen akhir. Padahal, tahun ini ia sudah bergabung dengan tim unggulan, Prema. Gelael pun sudah memasang target lima besar yang ia anggap "sangat realistis" di awal musim.

Masalah mekanis mobil, performa kualifikasi yang kurang memuaskan, kecelakaan dengan mobil lain, kesalahan mengemudi, hingga insiden yang berujung pada penalti membuat pembalap kelahiran Jakarta itu tidak bisa menambah pundi-pundi poinnya sejak merengkuh podium di feature race Monako bulan Mei lalu.

"Tahun ini telah sering terjadi pasang surut. Saya pikir kami memulai musim dengan baik, selalu dalam posisi mencetak poin di balapan-balapan dan kemudian puncaknya di Monako dengan raihan podium," kata Gelael kepada Motorsport.com di Abu Dhabi.

"Dan kemudian saya melakukan kesalahan kecil. Saat kualifikasi, kami sedikit terhambat traffic di Paul Ricard dan kemudian saya membuat kesalahan di Race 1 seperti melintir lalu mogok.

"Setelah itu sepertinya peruntungan saya selalu berubah, seperti mesin mogok beberapa kali, beberapa DNF karena masalah mekanis di sepanjang musim. Jelas itu memaksa Anda untuk menekan sedikit lebih banyak sehingga saya membuat beberapa kesalahan dan hal-hal semacamnya.

"Dan kemudian kami benar-benar tidak mencetak poin lagi sampai sekarang [di akhir musim]."

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: Zak Mauger / LAT Images

Baca Juga:

Tahun yang sulit

Setelah menutup musim 2018 dengan kecelakaan, Gelael terpaut 173 poin atau 11 peringkat dari rekan setimnya sendiri, Nyck de Vries. Musim lalu, Prema adalah runner-up klasemen tim tapi tahun ini mereka melorot ke posisi kelima.

"Jadi sekali lagi, ini merupakan tahun yang sulit. Tapi jelas ada beberapa hal positif dan negatif yang Anda coba bersihkan untuk sisa musim ini," lanjut Gelael.

"Dan kemudian besarnya jarak yang Anda miliki, itu terjadi secara beruntun, dan terus menerus, Anda benar-benar seperti tidak punya waktu untuk menyerap dan menganalisis sepenuhnya.

"Jadi Anda hanya bisa menganalisis setengah atau tidak keseluruhannya. Dengan begitu Anda benar-benar tidak bisa memahami sepenuhnya. Bagian ini yang lumayan menyulitkan.

"Tapi maksud saya, setelah mengatakan itu semua, Anda harus tetap tegar menghadapi hal-hal itu."

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Kepercayaan diri dan tekanan mental

Gelael mengaku kesulitan untuk menjaga kepercayaan dirinya di sepanjang musim ini.

"Saya pikir hal yang paling sulit adalah berusaha tetap percaya pada diri sendiri dan menjaga kepercayaan diri sejak awal tahun," lanjutnya.

"Karena pada akhirnya Anda selalu lebih buruk dibanding Anda saat di awal tahun. Tetapi jelas itu memainkan peran besar tidak hanya di motorsport tetapi juga di semua olahraga lain, benar 'kan? Ya, pada dasarnya seperti itu."

Tekanan mental yang harus ia hadapi musim ini membuatnya sulit melupakan hal-hal buruk.

"Jelas, tidak membantu ketika setiap hal yang Anda kerjakan terus membuat Anda jatuh lagi. Tetapi ada juga beberapa hal dari sisi mental," tambah Gelael.

"Saya pikir itu yang menjadi bagian terbesar buat saya sekarang. Saya perlu bangkit dan mungkin melupakan beberapa hal."

Kini menatap 2019, yang bisa menjadi tahun terakhir dalam karier balapnya, Gelael ingin belajar dari kesalahan-kesalahan yang ia perbuat.

"Jelas saya tetap belajar dari kesalahan-kesalahan, tetapi melupakan hal-hal buruk buat saya lumayan sulit. Karena saya terlalu banyak memikirkan apa yang salah dan kemudian terlalu banyak berpikir," ungkapnya.

"Sulit untuk menjauhkan pikiran itu dari kepala Anda. Jadi lebih banyak [perbaikan] di sana dan secara teknis jelas Anda selalu dapat meningkat setiap hari dan setiap kali Anda masuk ke dalam mobil, jadi dasarnya itu."

Laporan tambahan oleh Erwin Jaeggi

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing, Nyck De Vries, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing, Nyck De Vries, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: Joe Portlock / Motorsport Images

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Sean Gelael, PREMA Racing

Sean Gelael, PREMA Racing

Foto oleh: FIA Formula 2

10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Klasemen akhir pembalap dan tim F2 2018
Artikel berikutnya RESMI: Gelael jadi tandem Schumacher di Prema

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia