Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Menang Berlin E-Prix I, Emosi Di Grassi Campur Aduk

Emosi Lucas di Grassi campur aduk selepas memenangi Berlin E-Prix I, Sabtu (14/8/2021). Ini adalah sukses kedua pembalap Audi Sport ABT Schaeffler Formula E Team itu pada musim 2020-2021.

Watch: Jaguar Racing | Musim 7 Putaran 14 | Cuplikan Berlin E-Prix

Pria Brasil tersebut mengasapi duo DS Techeetah, sang polesitter Jean-Eric Vergne dan Antonio Felix da Costa, lalu bertahan dari serangan Edoardo Mortara (ROKit Venturi Racing).

Trofi pemenang ke-12 yang diraih dalam tujuh tahun kariernya di FE, merupakan hadiah perpisahan yang indah untuk Audi. Produsen mobil Jerman itu menyudahi kiprah di ajang tersebut karena ingin fokus dalam Reli Dakar. Langkah serupa juga ditempuh BMW.

Kendati demikian, bukan berarti Audi akan meninggalkan kompetisi mobil listrik itu sepenuhnya. Powertrain mereka masih akan digunakan oleh tim satelit Envision Virgin.

Saat ditanya perasaannya meraih kemenangan tersebut, di Grassi menjawab, “Pertama-tama, sungguh hebat kembali ke Berlin dan sebuah kompetisi luar biasa kami miliki tahun ini. Saya akan rindu (balapan untuk Audi) dalam kejuaraan ini.”

Pembalap yang dikabarkan bakal menggantikan Norman Nato di Venturi tersebut melanjutkan, “Sejak awal berita Audi akan pergi dari Formula E, bagi saya, itu sangat menyedihkan karena setelah tujuh tahun bersama tim, Anda dipaksa untuk mengakhiri hubungan yang sebenarnya Anda tidak mau berakhir karena kami sukses bersama-sama.

“Jadi akhir pekan ini, perasaan saya campur aduk antara sedih karena Audi hengkang, tapi bagaimanapun, kami meraih banyak kemenangan, banyak emosi bersama-sama, dengan Abt juga. Sebenarnya itu lebih pada Abt daripada Audi tapi keduanya bersama-sama. Hari ini kemenangan istimewa.

“Bisa dibilang kami masih berhasil dan akan menang bersama. Ini adalah campuran emosi tapi masih belum meresap 100 persen.”

Baca Juga:

Sementara itu, ketegangan terasa dalam tim DS Techeetah karena Vergne mendapat instruksi agar membiarkan rekannya, da Costa, lewat. Tentu saja, juara FE dua kali tersebut marah.

Da Costa kesulitan mengatur pace karena manajemen energi dan ban yang buruk. Situasi itu membuka jalan bagi di Grassi untuk tancap gas dan mengambil alih pimpinan lomba. Padahal, pilot Audi tersebut sempat turun beberapa tangga ketika mesti melakukan mode serangan delapan menit. Namun perlahan, ia mampu merebut posisi puncak dari pilot Venturi.

Di Grassi menjelaskan strategi serangan tersebut merupakan rahasia di balik kemenangan.

“Pada awalnya, saat balapan, saya mengikuti para pembalap Techeetah, mencoba menghemat energi sebanyak mungkin dan terus menempel mereka. Tapi Edo melakukan hal yang sama di belakang saya dan dia bekerja sangat keras,” ia menjelaskan.

“Saya tahu bahwa Techeetah akan memiliki keunggulan hari ini tapi ada perang besar dengan mobil Venturi. Jadi saya gunakan mode menyerang, kembali di belakang mereka dengan tiga atau empat menit sisa. Dalam momen itu, saya sadar taktik ini akan berjalan sangat baik dan jika punya pace bagus, saya bisa memenangi balapan.

“Jadi saya menunggu untuk menerapkan attack mode dan kemudian, saya bisa menyerang lalu menyalip mereka. Setelah itu, saya hanya mencoba mengatur gap dengan Edo, tapi mobil saya sangat oversteer. Saya kesulitan pada akhirnya dan Edo jauh lebih kencang. Saya mencoba bertahan di tikungan terakhir, sebuah duel sengit, tapi pada akhirnya kami menang berkat strategi ini.”

Lucas Di Grassi, Audi Sport ABT Schaeffler, Audi e-tron FE07,  Edoardo Mortara, Venturi Racing, Silver Arrow 02

Lucas Di Grassi, Audi Sport ABT Schaeffler, Audi e-tron FE07, Edoardo Mortara, Venturi Racing, Silver Arrow 02

Photo by: Simon Galloway / Motorsport Images

Poin penuh tersebut membuatnya bertengger di peringkat keenam, dengan selisih nilai delapan dari pemuncak klasemen Nyck de Vries. Kampiun musim 2016-2017 tersebut masih bisa memanfaatkan kesempatan terakhir di Berlin E-Prix II, Minggu (15/8/2021).

“Tentu saja, itu memotivasi saya untuk bertarung lebih keras, tapi saya memikirkan setiap hari, kami datang ke trek balap ini melewati gerbang-gerbang ini, masuk ke garasi, semua 24 pembalap mencoba yang terbaik, mencoba menang. Bagi saya, besok sama seperti hari ini.

“Pikiran saya, besok bukan pada gelar. Pikiran saya besok untuk melakukan yang terbaik semampu saya seperti hari ini. Kalau kami mampu melakukannya tanpa masalah, kami akan ada di atas sana,” di Grassi menegaskan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil Berlin E-Prix I: Lucas di Grassi Sukses Balaskan Dendam
Artikel berikutnya Nyck de Vries Kaget Masuk Kandidat Williams untuk F1 2022

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia