Diminta Gantikan Giovinazzi di Seoul E-Prix II, Fenestraz Kalang Kabut
Alih-alih gembira, Sacha Fenestraz kalang kabut ketika diminta turun dalam Seoul E-Prix II, Minggu (14/8/2022). Sebab, ia hanya punya waktu beberapa jam untuk mempelajari trek Seoul Sports Complex.
Foto oleh: Andrew Ferraro / Motorsport Images
Pembalap cadangan Jaguar TCS Racing Formula E itu sejatinya hadir di ibu kota Korea Selatan untuk pelapis Norman Nato, yang diminta untuk mengemudikan mobil Sam Bird. Pembalap Inggris mengalami patah tangan akibat insiden di London E-Prix.
Kesialan yang dialami Antonio Giovinazzi berbuah kesempatan untuk Fenestraz. Mantan pembalap Alfa Romeo F1 itu terlibat bentrok dengan Antonio Felix da Costa dalam Seoul E-Prix I, Sabtu (13/8/2022). Telunjuknya cedera sehingga tak bisa melanjutkan perjuangan di laga pamungkas FE 2021-2022.
Pada pukul 06.30 pagi, Fenestraz diminta segera datang ke sirkuit untuk mencicipi mobil Dragon Penske yang biasa dikendarai Giovinazzi. Tak punya waktu belajar, tentu saja tidak ada target yang diberikan kepadanya.
Ia berada di urutan terakhir dalam kualifikasi grup, namun mampu menyelesaikan lomba pada urutam ke-16. Pencapaian bagus jika mengingat dia buta medan dan tak punya waktu banyak untuk adaptasi.
“Sejujurnya, mereka menelepon saya pada pukul 06.30 pagi dan seperti, ‘cepat datang’. Saya baru membuka mata!” Fenestraz mengenang.
“Itu sangat sulut. Saya balapan di Jepang akhir pekan lalu (SUPER GT di Fuji), jadi saya tidak sempat menjalani latihan simulator sebelum balapan.
“Semua terjadi terburu-buru. Namun tentang sekarang, itu sangat bagus. Kami tidak bisa berharap banyak seperti orang yang balapan kemarin.
“Saya tidak pernah mengemudi mobil Formula E sudah sangat lama, kecuali saat shakedown Gen3. Namun, shakedown biasanya hanya beberapa lap dan Anda tidak mengebut.
“Saya tidak berharap banyak, saya tahu tim mengalami tahun sulit dari sisi itu di garasi tanpa finis di banyak balapan. Jadi saya hanya mau menuntaskan balapan, juga mendapatkan pengalaman bagi diri saya sendiri.
“Juga dengan kualifikasi, melintasi lap bersama dengan pengalaman sangat minim akan sulit. Saya melakukan sedikit kesalahan di lap yang membuat kehilangan beberapa persepuluh detik.”
Fenestraz mengklaim situasinya jauh lebih berat daripada di sekolah. Ia harus menyerap banyak informasi dan mempelajari berbagai data dengan cepat. Selain itu, performa ban yang digunakan untuk SUPER GT dan FE jauh berbeda. Ini jadi tambahan beban lagi.
“Safety car datang dan membantu kami sejujurnya karena saya sangat kesulitan dengan ban belakang. Degradasi parah,” ucapnya.
Sacha Fenestraz (FRA), Dragon | Penske Autosport, Penske EV-5
Photo by: Carl Bingham / Motorsport Images
“Saya terbiasa di Jepang dan memakai ban Bridgestone (SUPER GT) atau Yokohama (Super Formula) dan banyak grip dan banyak downforce. Ini adalah hal berbeda dengan downforce sangat kecil dan grip sangat kecil.
“Namun, itu membuat mobil tampak menyenangkan, itu kenapa memicu pertempuran dan kualifikasi sangat menarik dan semua. Tapi juga mobilnya berbeda dari yang biasa saya pakai.
“Saya belajar lebih banyak daripada yang saya pelajari di sekolah! Jujur, saya belum pernah belajar sebanyak ini selama bertahun-tahun. Saya hanya mencoba membenamkan semua informasi di papan ke kepala dan mencoba yang terbaik.
“Namun, itu berat karena pagi ini, mereka menelepon saya terlalu pagi. Saya di trek tapi harus fokus pada set pedal juga belajar setir. Saya kira akan tidur nyenyak malam ini.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments