Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pembalap Formula E Serukan Perubahan Format Kualifikasi

Barisan pembalap Formula E mendesak perubahan sistem kualifikasi, yang mereka yakini bisa menjadi faktor penentu dalam pertarungan kejuaraan.

Oliver Rowland, Nissan e.Dams, Nissan IMO2, Oliver Turvey, NIO 333, NIO 333 001

Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images

Format kualifikasi saat ini diperkenalkan menjelang musim kelima pada 2018/2019, menggantikan metode lotere yang telah diterapkan sebelumnya.

Sesuai sistem baru, seluruh pembalap masih dikelompokkan berdasarkan posisi juara mereka. Tetapi enam urutan teratas harus keluar ke trek terlebih dahulu, dengan grup lain mengikuti mereka dalam peringkat klasemen.

Hal tersebut telah terbukti berhasil, terutama menciptakan grid start yang beragam, serta menyuguhkan aspek hiburan tambahan dari mobil tercepat yang harus mengejar ketertinggalan.

Pun demikian, format tersebut juga mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Kritikus bahkan menilai, sistem itu hanya untuk meningkatkan pertunjukan dan menghambat laju penantang kuat kejuaraan.

Selain itu, evolusi lintasan cepat seringkali memaksa pembalap untuk menunggu hingga saat-saat terakhir di sesi grup mereka sebelum meninggalkan pit, menyebabkan beberapa kualifikasi terasa menggelikan.

Pada dua putaran terakhir musim 2019/20 di Berlin, duo DS Techeetah: Jean-Eric Vergne dan Antonio Felix da Costa, serta Lucas di Grassi (Audi) dan Sebastien Buemi (Nissan) semuanya gagal membukukan lap time terbaik sebelum sesi grup selama enam menit mereka berakhir.

Baru-baru ini, Mitch Evans (Jaguar) mengecam Oliver Rowland (Nissan) karena mengacaukan kualifikasinya di Diriyah E-Prix II, yang berarti sesi sudah berakhir sebelum dia atau Rene Rast (Audi) bisa memulai lap.

Rowland sendiri sangat terpengaruh oleh format kualifikasi saat ini di Arab Saudi, menempati posisi ke-10 dan ke-13 untuk dua balapan setelah ditempatkan di grup pertama pada setiap kesempatan.

Pembalap Nissan itu meyakini punya kecepatan untuk berada di barisan depan di Riyadh, sembari mengatakan Formula E harus mempertimbangkan untuk memotong jarak antara latihan terakhir dan kualifikasi demi memastikan lintasan cukup memiliki grip bagi pembalap yang memulai di grup pertama.

Namun, hal ini bukannya tanpa jebakan, karena setiap pembalap yang mengalami kecelakaan dalam praktiknya mungkin tidak dapat mengikuti kualifikasi karena keterbatasan waktu untuk memperbaiki mobil.

“Kadang-kadang agak terlalu ekstrem. Saya mengerti bahwa mereka menginginkan balapan yang mengasyikkan, tetapi pada saat yang sama dari sudut pandang pembalap…,” kata Rowland kepada Motorsport.com ketika ditanya pendapatnya soal format kualifikasi.

“(Di Riyadh) saya merasa tampil terbaik dari siapa pun. Saya (juga) meraih posisi keenam dan kesembilan (saat balapan). (Format) itu tidak benar-benar menunjukkan gambaran lengkap dari semua yang terjadi.

“Saya memahami tentang upaya membuat balapan yang mengasyikkan. Saya hanya berpikir ada cara yang lebih baik untuk melakukannya. Atau lebih mendekatkan kualifikasi dengan FP2 sehingga trek tidak sepenuhnya berantakan untuk Q1.(Jika) kualifikasi (adalah) setengah jam setelah latihan bebas kedua, lintasan sudah diperbaiki. Begitulah cara saya memandangnya.”

 

Ditanya apakah format kualifikasi bisa berperan dalam menentukan siapa yang memenangi kejuaraan musim ini, Rowland berkata: “Tentu saja. Saya tidak berpikir ada orang yang akan melaju dengan mudahnya. Bisa jadi seseorang di grup dua di balapan terakhir menang dan memenangi kejuaraan.

“Tahun lalu, Antonio (Felix da Costa) berhasil tampil di beberapa balapan di grup satu dan menang, dan dia memenangi kejuaraan. Tujuan sebenarnya harus menang dari grup satu, dan kemudian Anda memenangi kejuaraan.”

Baca Juga:

Diriyah E-Prix bukan kali pertama Evans dikalahkan oleh format kualifikasi saat ini, setelah juga gagal mencetak waktu lap terbaik di seri Marrakesh pada musim lalu.

Akan tetapi, meski Jaguar mengakui bahwa pihaknya terlambat mengeluarkan Evans dari pit lane, mereka merasa masih ada margin yang cukup bagi pembalap Selandia Baru itu untuk mengawali lap kualifikasinya.

 

Team Principal Jaguar, James Barclay, malah menuding rival, menyebut mereka bersikap sportif.

“Apa yang terjadi pada dasarnya adalah pelanggaran profesional. Menahan pembalap adalah sesuatu yang perlu kami perhatikan,” ucap Barclay kepada Motorsport.com.

“Kami berada di level kejuaraan dunia sekarang, setiap orang harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan lap kualifikasi. Semua adil dalam cinta dan balapan, tapi Anda harus benar-benar mengizinkan sportivitas yang adil.

“Di mana kami berada di pit lane, pada dasarnya tim-tim di pit lane bisa dengan mudah menunggu kami pergi. Begitu kami pergi, mereka ke depan kami dan mereka mengontrol kecepatan.

“Untuk mengontrol kecepatan ke titik di mana Anda memaksa kompetitor untuk tidak memulai lap kualifikasinya, bagi saya itu melewati batas.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Susie Wolff: Pemimpin Itu Harus Autentik
Artikel berikutnya Vergne Ungkap Alasan Tak Tertarik Ikut Extreme E

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia