Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Pengalaman pembalap multidisiplin: Lynn dan Rosenqvist

Mungkinkah pembalap yang berlaga di berbagai kejuaraan dalam satu musim bisa tampil apik? Simak komentar dari Alex Lynn dan Felix Rosenqvist berikut!

Alex Lynn, DS Virgin Racing, Felix Rosenqvist, Mahindra Racing

Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images

Bagi pembalap kompetitor kejuaraan dunia seperti Formula 1 dan MotoGP, rasanya cukup mustahil untuk serius di ajang lainnya. Untuk saat ini, Fernando Alonso bisa menjadi contoh dengan mengikuti F1 dan World Endurance Championship di saat bersamaan.

Bila melihat ajang lain seperti sportscar dan balap turing, bukan menjadi rahasia bila kebanyakan dari mereka suka mengambil beberapa pekerjaan di waktu bersamaan, alias ikut berbagai balapan dalam satu musim.

Jurnal FIA, AUTO, mewawancarai mereka beberapa waktu lalu. Berikut ini petikannya.

Alex Lynn, DS Virgin Racing
Alex Lynn, DS Virgin Racing
Alex Lynn, DS Virgin Racing
Alex Lynn, DS Virgin Racing
#97 Aston Martin Racing Aston Martin Vantage AMR: Alex Lynn, Maxime Martin, Jonathan Adam
#97 Aston Martin Racing Aston Martin Vantage AMR: Alex Lynn, Maxime Martin, Jonathan Adam
#97 Aston Martin Racing Aston Martin Vantage AMR: Alex Lynn, Maxime Martin
#97 Aston Martin Racing Aston Martin Vantage AMR: Alex Lynn, Maxime Martin, Jonathan Adams
8

Lynn: Seperti badminton dan tenis

Selain membela DS Virgin Racing di Formula E, Lynn juga membuktikan ketahanannya di WEC dengan pengalaman di dua kelas berbeda, LMP2 (Manor) dan GTE Pro. (Aston Martin).

Dengan mantap, ia yakin bisa berprestasi balapan di berbagai ajang, meski terdapat sejumlah perbedaan pada Formula E dan balap GT yang tengah ia lakoni.

Menurut rekan setim Sam Bird di DS Virgin Racing tersebut, Formula E dan balap GT seperti badminton dan tenis. Kelihatannya serupa, namun ada sejumlah perbedaan, seperti tenaga penggerak dan durasi balapan.

“Tentu saja bisa! [Peluang pembalap multidisplin berprestasi]. Formula E dan GTE Pro sangat berbeda, yang satu balap mobil elektrik berdurasi singkat, satunya lagi memakai mobil bensin. Rasanya seperti badminton dan tenis. Mirip-mirip tapi masih ada beberapa perbedaan.”

Lynn berujar bahwa latihan di balap single-seater listrik tidak seintens di balap ketahanan.

“Di Formula E, Anda cukup menjaga berat badan, sedangkan di balapan seperti Le Mans 24 Jam dan Nurburgring 24 Jam, fisik prima jauh lebih penting,” ungkap pembalap Inggris tersebut.

“Di Le Mans, saya menargetkan bisa mengemudi tiga jam dalam satu periode, sedangkan kalau di Formula E satu balapan hanya berdurasi satu jam.

“Intinya sama. Bila terus fokus saat balapan, Anda akan terbiasa,” tuturnya.

Bersama Bird, ia membawa DS Virgin Racing ke posisi ketiga klasemen akhir Formula E 2017/18.

Baca Juga:

Felix Rosenqvist, Mahindra Racing
Felix Rosenqvist, Mahindra Racing
Felix Rosenqvist, Mahindra Racing
Felix Rosenqvist, Mahindra Racing, bersama kampiun Formula 1, Nico Rosberg
#6 WAKO’S 4CR LC500
#6 WAKO’S 4CR LC500
Kazuya Oshima dan Felix Rosenqvist(#6 WAKO'S 4CR LC500)
#6 WAKO’S 4CR LC500
8

Rosenqvist: Berganti-ganti mobil menguntungkan pembalap

Hal senada diungkapkan Rosenqvist, pembalap Mahindra di Formula E, serta Team LeMans Wako’s di Super GT. Meski demikian, ia tidak memungkiri adanya kesulitan menjalani balapan ekstra, seperti persiapan dari satu balapan ke balapan lainnya serta kurangnya tidur.

“Saat Anda berkomitmen menjalani berbagai balapan, akan banyak jadwal tambahan yang mengikuti, seperti workshop tim, seat fitting, tes simulator dan di trek,” ungkapnya. “Secara logistik cukup ngeri memang.

“Soal jet lag, tidak ada obat untuk itu. Saya harus terbiasa akan hal itu meski pernah berkali-kali mengalami kesulitan tidur di malam hari jelang balapan akhir pekan.”

Meski demikian, rekan satu mobil Kazuya Oshima di mobil Lexus LC500 #6 Super GT tersebut merasakan  keuntungan dengan mencoba beberapa mobil di waktu bersamaan.

“Berganti-ganti mobil sebenarnya menguntungkan pembalap,” akunya. “Mengemudikan dua hingga tiga mobil dalam satu musim seperti menemukan cara baru naik sepeda.

“Orang-orang bisanya cuma naik sepeda maju. Tapi dengan cara seperti ini, Anda bisa tahu cara mengendarai sepeda secara mundur.”

Rosenqvist sempat memenangi dua balapan awal Formula E musim 2017/18 meski harus berakhir di posisi keenam klasemen pembalap.

Baca Juga:

Nantikan pengalaman balapan multidisiplin Lance Stroll dan Alinka Hardianti, minggu depan hanya di Motorsport.com Indonesia!

Lance Stroll, Williams Racing
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
2

(Diintisarikan dari jurnal FIA, AUTO, edisi ke-22)

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Formula E umumkan jadwal tes pramusim 2018/19
Artikel berikutnya Zurich batal gelar FE 2019, Bern siap gantikan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia