Kado dari Schumacher jadi alasan putra Mick Doohan pilih roda empat
Dalam wawancara eksklusif bersama Motorsport.com, Jack Doohan, putra dari legenda balap motor, Mick, membeberkan alasan mengapa dia memilih terjun ke balap roda empat.
Mick Doohan with his son Jack Doohan
Alexander Trienitz
Setelah lulus dari kategori gokart dan dipinang masuk ke dalam akademi Red Bull Junior, Doohan melakoni musim single-seater perdananya di kejuaraan F4 Inggris, membela tim Arden.
Doohan saat ini bertengger di peringkat keempat klasemen sementara, dengan torehan dua kemenangan keseluruhan dan enam kemenangan di kelas rookie.
Sebagai putra dari Mick Doohan, Jack mengungkapkan bahwa ia awalnya memang menyukai hampir semua kendaraan roda dua, termasuk MotoGP, kompetisi yang membesarkan nama ayahnya.
Tapi cedera patah tulang yang ia alami waktu kecil dan kemudian kado dari Michael Schumacher membuat pembalap asal Australia itu berubah pikiran.
"Ketika saya masih kecil, saya bercita-cita membalap di ajang roda dua, tidak peduli jenisnya: Motocross, Supercross, ataupun MotoGP," kata Doohan kepada Motorsport.com.
"Ketika saya berumur lima tahun, kami punya trek kecil di rumah, dan bermain-main dengan motor Supermoto bersama kawan-kawan saya. Sialnya saya terjatuh dan mengalami patah tulang kaki.
Mick Doohan, Repsol Honda Team, GP Inggris 1997
Foto oleh: Repsol Media
"Itu lumayan membuat saya syok. Ayah saya juga tidak mau kejadian itu terulang lagi, terutama karena ayah saya juga sering mengalami cedera seperti itu.
"Kemudian saya mencoba sepeda BMX dan mengitari sirkuit gokart bersama teman saya. Kami punya gokart, yang sebenarnya pemberian dari Michael Schumacher sebagai kado natal ketika saya berumur tiga tahun.
"Ayah dan Michael merupakan kawan dekat. Mereka tinggal bersampingan di apartemen mereka di Monako dan sering berlatih bersama. Ia memberikan dua gokart, masing-masing untuk saya dan adik perempuan saya."
Meski menyandang nama salah satu legenda di dunia balap seperti ayahnya, Doohan mengaku tidak merasakan adanya tekanan.
"Tekanan itu selalu ada seperti yang dialami [putra-putra] Schumacher dan Fittipaldi, tapi tinggal bagaimana kita bisa mengubahnya menjadi hal yang positif.
"Saya menganggap dia sebagai ayah biasa. Ia memberikan saya nasihat yang sangat bagus, tapi bukan berarti saya selalu setuju dengan perkataannya begitu saja, hanya karena dia ayah saya.
"Terkadang saya merasa bodoh dengan melakukan itu, tapi saya akhirnya sadar bahwa dia adalah orang nomor satu yang ingin memberikan saya hasil yang terbaik. Jadi saya senang bisa memiliki ayah seperti dia."
Wawancara eksklusif oleh Casper Bekking
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments