Obrolan Garasi #13: Parjo, dari Senayan Coba Ketuk Pasar Mancanegara
Pasar Jongkok Otomotif (Parjo) merupakan merek yang cukup ternama di kalangan pecinta otomotif. Mereka punya impian membawa produk lokal UMKM mendunia.
Terjun ke dunia otomotif sebenarnya tidak ada dalam kamus Agus Riyanto. Sebelumnya, ia bergelut di media hiburan, hingga pindah kantor.
Opsi yang tersedia adalah bekerja dengan otomotif. Di sana, ia ditantang untuk menggelar berbagai event, mulai balap, off road hingga urban fest.
Setelah bekerja 12 tahun, pria yang akrab disapa Gusno itu pun memutuskan untuk berhenti. Ia pun mencoba melanjutkan usaha kantin dan toko tanaman.
Namun, ternyata bisnisnya gulung tikar hingga terpaksa banting setir lagi. Sang istri pun menyarankan untuk bekerja sesuai bidang yang digeluti sebelumnya, yakni penyelenggara acara.
Memiliki pengalaman dan koneksi luas ternyata tidak cukup. Gusno harus jatuh bangun demi mempertahankan eksistensi di tengah persaingan pemain besar.
Dalam situasi terjepit, ia pun menggali ide untuk menciptakan terobosan baru. “Saya banyak menghabiskan waktu di Senayan. Dulu area itu masih bebas, penjual makanan, penjual kopi keliling masih bebas berkeliaran,” ujar pendiri Parjo itu, dalam Obrolan Garasi.
“Saya memikirkan ajang apa di mana pengalaman saya bisa diaplikasikan, saya bisa kembangkan, namanya unik dan mudah diingat. Saat itu kepikiran, nama harus punya karakter, yang mewakili kultur para penghobi otomotif Indonesia.
“Nama ini mewakili Indonesia ketika ajang ini dibawa kemana-mana, bahkan ke luar negeri. Saya cari nama ikonik di Senayan. Tidak tahu bagaimana, saya nyantol dengan bu Parjo. Ini nama warung pecel lele. Saya lalu mencari kepanjangan, ketemu Pasar Jongkok Otomotif.”
Karena konsep dan merek dagang baru, maka banyak yang belum kenal. Gusno dan tim harus mengetuk banyak pintu pada 2012.
“Awalnya sedih, dulu waktu jualan banyak yang menertawakan. Lalu saya bilang ke tim, jika kasih brosur ditolak, besok kembali kasih lagi, sehingga nama kita diingat. Lama-lama terkenal secara brand,” katanya.
“Kami menjual apa saya, yang penting tidak rugi karena kami adalah merek baru.”
Kecepatan merespons transisi dari era media cetak dan digital, membuat Parjo bergerak maju dengan pesat. Ia mengajak content creator untuk mempromosikan acara tersebut sehingga menjaring para penggemar otomotif muda.
Seiring berjalannya waktu, makin banyak pelaku UMKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang terlibat. Tak hanya yang bergerak di bidang otomotif, tapi juga mode, gaya hidup dan hiburan.
“Saya ingin konsepnya eksibisi, tapi ujungnya transaksi. Saya ingin Parjo mengangkat potensi lokal. Banyak anak-anak kreatif yang produknya berkualitas bagus, misal bikin sasis, tangki, velg, jok tapi kurang dari kemampuan pemasaran,” katanya.
“Sekarang yang dilihat follower karena fokus idealis membuat produk. Nah, Parjo mengajak mereka agar ikut event.
“Kami harap jika pemerintah punya jalur, misal pameran di luar negeri, bisa membawa pelaku kreatif lokal tapi atas nama Parjo. Kita yang mengkurasi.”
Untuk lebih tahu banyak tentang Gusno dan Parjo, simak Obrolan Garasi di kanal Youtube Motor1 Indonesia.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments