Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Obrolan Garasi #6: Ahmad Jayadi Ingin Indonesia Miliki Ikon Balap

Nama Ahmad Jayadi tidak bisa lepas dari balap motor di Indonesia. Setelah gantung helm, ia pun tidak bisa lepas dari balap motor. Apa saja itu?

Obrolan Garasi #6 - Ahmad Jayadi, Cover

Foto oleh: Motorsport.com Indonesia

Dalam acara bincang-bincang Obrolan Garasi di saluran Moto1com Indonesia, Ahmad Jayadi mengungkapkan bila pada awalnya ia tidak mengerti soal apa itu balap motor.

Adi, sapaan akrab Ahmad Jayadi, justru menyukai sepeda. Berdomisili di daerah Pondok Gede, saat kecil, di daerahnya sangat jarang atau bahkan tidak ada yang menggeluti balap motor atau istilah anak sekarang, bermain sepeda motor.

Sampai suatu hari, Adi mencoba memakai sepeda motor, termasuk mencoba untuk balapan yang tentunya liar. Ia turun dengan Yamaha RX-K bermesin 135cc 2-tak.

Karena kerap menyambangi bengkel jika motor bermasalah, Adi pun mulai mengenal balapan resmi. Kali pertama ia turun di Yamaha Sunday Race di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ). Turun di kelas standar showroom, Adi menang di penyisihan dan finis P3 di final.

“Tiga kali balapan, bapak belum mau menonton, marah dia. Mamah malah selalu nangis dan hanya bisa mendoakan,” tutur Adi kepada host Obrolan Garasi #6 M. Wahab.

“Baru saat saya balapan untuk kali keempat, bapak mau datang ke trek. Saat itu tahun 1993, saya baru kelas 2 SMP (sekira 14-15 tahun). Tetapi saat itu saya termasuk pembalap yang masih muda.”

Baca Juga:

Lantas, bagaimana dalam kurun waktu sekira tiga tahun, Adi mampu mendapatkan fasilitas wildcard untuk turun pada salah satu putaran kelas 125cc (kini Moto3) di Kejuaraan Dunia Balap Motor, dan bahkan hingga dua kali (1996 dan 1997).

Mulai rutin turun membalap sejak 1992, Adi akhirnya mendapat kontrak dari pabrikan, dalam hal ini Yamaha. Saat itu, semua pembalap kelas pemula alias novice langsung diaggap expert.

Saat itu pula, otoritas balap di Indonesia sudah mengetahui jika Grand Prix menyambangi Sirkuit Sentul, tuan rumah pasti mendapatkan jatah wildcard.

Yamaha pun bergerak dengan mengumpulkan tujuh pembalap dari tim pabrikan dan satelit. Adi, Petrus Tobun, dan Ade Taruna, menjadi tiga pembalap dari tim pabrikan yang ikut seleksi.

“Alhamdulillah, saya lolos dan ikut turun di GP 125cc pada 1996. Saat itu, saya finis di P21 dari 24 pembalap. Tahun beriikutnya, Yamaha menambah motor lagi dan saya pun kepilih. Sayang, saya terjatuh di R3 Sirkuit Sentul pada 1997,” ujar Ahmad Jayadi.

Salah satu manfaat yang dirasakan Adi setelah mengikuti dua GP 125cc di Sentul adalah meningkatnya kepercayaan diri dan motivasi. Dirinya pun langsung membayangkan betapa enaknya para pembalap muda Indonesia saat ini.

Ahmad Jayadi, Pembalap Indonesia

Ahmad Jayadi, Pembalap Indonesia

Foto oleh: Motorsport.com Indonesia

“Kondisinya sangat jauh dibanding saat saya turun, ya. Saat ini, setiap pabrikan yang memiliki tim balap, orientasinya pasti kejuaraan dunia. Langkah yang mereka ambil juga sudah tepat,” ucap Ahmad Jayadi yang benar-benar pensiun dari balap pada 2009.

“Saking enaknya, mungkin jika bisa, saya ingin lahir kembali dan merasakan persaingan dengan fasilitas yang dimiliki pembalap saat ini.”

Ahmad Jayadi pun berpesan kepada para pembalap muda Indonesia untuk serius menekuni balap secara profesional. Jika memungkinkan, pilih yang memberikan peluang untuk turun di ajang balap internasional ketimbang kontrak yang besar.

“Indonesia sekarang sudah memiliki sirkuit standar dunia dari FIM dan agenda balap dunia bakal rutin menyambangi Sirkuit Internasional Mandalika. Dengan semua fasilitas dan kelebihan yang dimiliki pembalap saat ini, Indonesia seharusnya bisa segera memiliki ikon di balap motor,” kata Ahmad Jayadi.

Selain berbicara soal balapan, termasuk pada awal kariernya yang dikontrak hanya dibayar dengan perlengkapan balap (racing suit, helm, boot, dan sarung tangan, yang semua impor dari Jepang), Ahmad Jayadi juga bicara soal bisnis yang digelutinya saat ini.

Seperti apa keseruan Obrolan Garasi bersama Ahmad Jayadi, legenda balap motor Indonesia, bisa disaksikan lewat link di bawah ini.

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Memelihara Sirkuit Lebih Sulit daripada Membangunnya
Artikel berikutnya Obrolan Garasi #7: Solidaritas Pecinta Vespa Indonesia Bikin Orang Asing Terpesona

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia