Pencetus Super League Eropa Perlu Belajar dari Balapan
Isu Super League Eropa dunia mengguncang sepak bola beberapa hari terakhir. Pro kontra timbul ketika diumumkan 12 tim yang akan berpartisipasi.
Adrian Valles, Liverpool FC
Elliot Patching / Motorsport Images
Mayoritas menuding ide tersebut hanya membuat klub berkantong tebal makin berjaya, dengan terbatasnya persaingan dan lonjakan pendapatan dari hak siar.
Rencana penyelenggaraan kompetisi khusus untuk 12 tim papan atas Benua Biru berantakan saat enam tim Liga Premier menarik diri.
Presiden Real Madrid, Florentino Perez, menilai liga baru dibutuhkan untuk menyelamatkan sepak bola.
Sepertinya sebelum melangkah, ada baiknya Perez dan koleganya mempelajari riwayat dan seluk-beluk Superleague Formula secara detail. Ada poin positif yang bisa diambil dan poin negatif yang perlu diperbaiki atau bahkan ditinggalkan.
Di dunia olahraga motor, format kompetisi single seater Superleague Formula digelar antara 2008 dan 2011. Namun, berimbas baik kepada olahraga motor sendiri.
Ajang yang digagas Robin Webb tersebut menggunakan mobil Elan Technologies dengan mesin V-12 yang seragam disesuaikan dengan livery tim masing-masing. Ia juga membuat Premier1 dengan sasis Reynard yang tidak pernah mengaspal setelah peluncuran mewah pada 2001.
Superleague Formula juga diikuti Zackspeed yang pernah berkecimpung di F1, Alan Docking Racing dari Formula 3 dan Hitech Junior Team yang dijalankan David Hayle.
Sejatinya, performa tak berkorelasi sepenuhnya dengan kekuatan tim, sebab yang terpenting adalah kompetensi pengelolaan tim. Faktor kecakapan pembalap saat mengemudi meski ada pembalikan grid di lomba kedua juga penting.
Kinerja prima sangat diperlukan agar bisa jadi tim terbaik dan ikut dalam lima lap Super Final yang memperebutkan bonus 100 ribu euro (sekitar Rp1,7 miliar) pada 2009. Sementara setahun kemudian, pemenang Super Final hanya mendapat poin. Persaingan itu sangat nyata dan berbeda dengan Super League Eropa sepak bola.
Beijing Guoan, Liverpool, Anderlecht dan Australia menjadi pemenang empat edisi. PSV Eindhoven di urutan kedua musim 2008, Tottenham Hotspur dua kali runner-up musim 2009 dan 2010 dan Jepang menghuni posisi sama di edisi berikutnya.
AC Milan bertengger di peringkat ketiga Super League Formula 2008, Basel bercokol di posisi itu dua periode dan Luksemburg menjejak urutan ketiga.
Para pemain Galatasaray berfoto dengan mobil Superleague Formula klub
Foto oleh: Superleague Formula
Klub-klub sepak bola digandeng dengan kesepakatan berbagi kue dari pemasukan hak siar TV, sponsor serta perjanjian lisensi. Pada akhirnya, timbul ketidakpuasan dari beberapa pihak. Direktur Teknik Steve Farrell menilai format kerja sama dan ide itu seperti mimpi buruk bagi hukum.
“Ada banyak subsidi dari Superleague, jadi itu tidak pernah mencapai model yang layak secara komersial,” ucapnya.
Sedangkan, Docking berkomentar, “Klub tidak bekerja untuk penyelenggara. Mereka berharap ada sponsor yang datang ke program balapan lewat klub. Nyatanya itu tidak pernah terjadi karena sponsor klub tersebut tidak tertarik dengan dunia motorsport.”
A1GP ‘World Cup of Motorsport’ 2009 kolaps dan membuat negara serta klub bertarung di Superleague 2011. Contohnya, Docking membawa bendera tim Australia yang meraih titel berkat eks pembalap A1GP, John Martin.
“Menurut kami, kami mengkonversi sesuatu yang tidak berfungsi dengan klub sepak bola ke negara,” Farrell menuturkan.
“Keindahan dari program itu, Anda tak perlu bertanya kepada sebuah negara kalau Anda dapat menempelkan ‘Inggris’ di sisi sebuah mobil…Itu hanya akan membuat hidup lebih mudah dan model bisnis mulai bekerja.
“Itu hampir terdorong dari puncak bukit dan berguling di sisi lain, tapi itu hanya jatuh di rintangan terakhir pada dua hal-hal bodoh.”
Docking menimpali, “Jika mereka mulai seperti itu, saya kira mereka akan berjalan lebih jauh dengan itu.”
Tetapi terlepas dari premis cacat dan kegagalan, Superleague punya sesuatu yang dibanggakan. Ajang tersebut bisa mengangkat dan menurunkan karier pembalap. Mereka menyajikan tontonan balap luar biasa dan memberikan momen drama yang mendebarkan sekaligus mengharukan.
Tristan Gommendy, FC Porto
Foto oleh: Elliot Patching / Motorsport Images
Salah satunya ketika Davide Rigon menabrakkan mobil Anderlecht miliknya. Reverse membuat harapannya meraih titel hidup lagi di Navarra 2019. Penyelenggara pun sangat kreatif mencoba berbagai hal agar partisipan bersenang-senang.
“Setiap orang mengatakan, itu adalah hal paling fantastis di mana mereka pernah terlibat di dalamnya dan saya setuju,” Farrell mengungkapkan. “Anda punya kebebasan untuk mengabaikan semua yang biasanya membatasi Anda dalam balapan dan mengatakan, ‘Ini bagaimana membuat seri balapan jadi menarik’. Kami dapat duduk dan membayangkan sebuah ide, seperti super final dan struktur sepanjang pekan. Itu sensasional.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments