Jan Magnussen: Sulit Pahami Nasib Sial di Le Mans 24 Hours
Jan Magnuseen mengaku sulit untuk memahami sejauh mana ketidakberuntungan yang dialaminya bersama putranya, Kevin, saat balapan Le Mans 24 Hours akhir pekan lalu.
Mobil #49 High Class Racing dikemudikan oleh duet ayah-anak asal Denmark, Jan dan Kevin Magnussen, dengan rekan senegaranya, Anders Fjordbach.
Ketiganya hanya mampu finis ke-17, tertinggal 27 lap dari sang pemenang, #31 Team WRT (Robin Frijns, Ferdinand Habsburg, Charles Milesi).
Hal ini menyusul serangkaian kemalangan yang melanda #49 High Class Racing, yang mana merupakan debut ayah-anak Magnussen di balap ketahanan mobil paling bergengsi itu.
Jan Magnussen berada di balik kemudi pada pertengahan lomba. Namun, dia lalu ditabrak oleh Roman Rusinov yang mengemudikan G-Drive Racing. Tak lama, pecah ban menyebabkan sang pembalap kecelakaan.
Setelah membawa mobilnya ke garasi untuk perbaikan, anggota kru High Class Racing kembali dipaksa bekerja keras saat datang masalah mesin.
“Saya suka itu terjadi (kami berdua balapan) dan kami melakukannya bersama-sama seperti ini. Bagian itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Jelas saya menginginkan lebih banyak untuk Kevin akhir pekan ini, tetapi begitulah yang terjadi, terutama di sini, di Le Mans!,” tuturnya.
“Seluruh proyek, dari awal hingga akhir, luar biasa menjadi bagiannya dan saya sangat bersyukur itu terjadi. Kami memiliki orang-orang yang percaya pada kami, serta mendukung kami seperti yang mereka lakukan untuk mewujudkan mimpi ini.
“Sulit untuk memahami seberapa banyak nasib buruk yang kami alami. Itu tidak pernah berakhir, bahkan dalam beberapa lap terakhir saya memiliki masalah besar. Tapi emosi dan pengalaman mengemudi dengan Kevin di mobil yang sama di sini, di Le Mans, akan selalu saya ingat selamanya.”
Kevin, akan memacu Hypercar Peugeot mulai 2022, menambahkan: “Jelas itu bukan hasil yang kami inginkan atau bahkan harapkan, tetapi kesempatan untuk melakukan balapan ini dengan ayah saya adalah sesuatu yang telah kami bicarakan selama bertahun-tahun.
“Untuk dapat memanggil ayah saya rekan setim adalah luar biasa. Dia pernah memenangi Le Mans dan saya bertekad untuk melakukannya di masa depan! Sangat keren untuk menjadi rekan setim dan sesuatu yang akan kami ingat selama sisa hidup kami.
“Berlomba di sini, di Le Mans sangat luar biasa, meski rasanya tidak begitu baik ketika Anda frustrasi tentang balapan. Meski begitu, ini adalah trek dan acara yang sangat keren dan pengalaman ini membuat saya makin ingin memenanginya.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.