Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

5 Juara Dunia F1 Sekaligus Pemenang Le Mans 24 Hours

Pilot F1 beralih ke ajang lain lumrah terjadi, termasuk dalam Le Mans 24 Hours. Lantas, siapa saja juara dunia jet darat yang juga berstatus pemenang balap ketahanan paling ikonik dan bergengsi itu?

Winners #8 Toyota Gazoo Racing Toyota TS050: Sébastien Buemi, Fernando Alonso

Winners #8 Toyota Gazoo Racing Toyota TS050: Sébastien Buemi, Fernando Alonso

Nikolaz Godet

Balapan Formula 1 (F1) dan Le Mans 24 Hours merupakan dua hal yang sangat berbeda. Satunya sprint dengan mobil khusus dan rangkaian aturan ketat, dikendarai seorang pilot di sejumlah Grand Prix selama semusim.

Sementara yang lain adalah race satu hari penuh di mana tujuannya bertahan selama mungkin dan menempuh jarak sejauh mungkin dengan mobil yang mirip kendaraan jalan raya serta dikemudikan tim terdiri dari beberapa pembalap.

Terlepas dari perbedaan mencolok tersebut, ada beberapa pilot balap jet darat mampu melakukan peralihan dengan baik ke Le Mans 24 Hours. Tercatat ada lima nama yang sukses memenangi gelar dalam kedua ajang tersebut.

Mike Hawthorn

Mike Hawthorn, Lancia Ferrari D50 801

Mike Hawthorn, Lancia Ferrari D50 801

Foto oleh: Motorsport Images

F1: 1952-1958
45 start, 1 x juara (1958)
Le Mans: 1953, 1955-1958
5 start, 1 x menang (1955)

Mike Hawthorn merupakan pembalap pertama yang mampu memenangi titel Formula 1 dan Le Mans 24 Hours. Usai didiskualifikasi akibat menambah sistem rem sebelum diizinkan pada 1953 ia balik kembali ke Prancis musim 1955 dengan Jaguar D-Type.

Kendatipun itu disiapkan sebagai balapan Le Mans yang fantastis, tragedi terjadi hanya dalam empat jam. Hawthorn, mencoba masuk pit, mengerem di depan Austin-Healey milik Lance Macklin, yang berbelok dan ditabrak Mercedes-Benz 300SLR Pierre Levegh.

Mercedes itu terlempar ke udara, menghantam bukit lalu hancur. Mesin, suspensi, radiator dan puing lain jatuh di kerumunan penonton. Levegh serta lebih dari 80 fans tewas. 180 lainnya luka, Macklin tidak cedera namun tak pernah balapan lagi.

Ada perdebatan soal keterlibatan Hawthorn dalam insiden tragis itu, meski hasil penyelidikan menyatakan pilot Inggris tak bertanggung jawab dan kecelakaan tersebut murni insiden balap.

Tiga tahun usai memenangi Le Mans, Hawthorn berhasil meraih gelar F1, menjadikannya pembalap Inggris Raya pertama yang sukses menjadi juara dunia ajang balap jet darat bersama Ferrari.

Phil Hill

Olivier Gendebien, Phil Hill, Ferrari 330LM

Olivier Gendebien, Phil Hill, Ferrari 330LM

F1: 1958-1964, 1966
49 start, 1 x juara (1961)
Le Mans: 1953, 1955-1967
14 start, 3 x menang (1958, 1961-1962)

Phil Hill adalah juara dunia F1 yang mengoleksi kemenangan Le Mans 24 Hours terbanyak, yakni tiga kali. Namun itu semua diraih pembalap Amerika Serikat (AS) itu dalam 14 kali percobaan.

Empat percobaan pertamanya selalu berakhir dengan kegagalan finis (DNF). Baru pada 1958 Hill sukses menjadi pemenang setelah melahap 305 lap dengan mengemudikan Ferrari 250 TR 58.

Pada dua partisipasi berikutnya ia kembali DNF, sebelum meraih kemenangan back-to-back musim 1961 dan 1962. Selepas itu, dalam lima keikutsertaannya di Le Mans, Hill tidak pernah finis.

Sementara, satu-satunya gelar Formula 1 yang diraih Hill datang pada musim 1961. Ketika itu, pembalap kelahiran Miami, Florida, AS, tersebut kala memperkuat Ferrari. Hill mengalahkan rekan setimnya, Wolfgang von Trips.

Jochen Rindt

Masten Gregory, Jochen Rindt, Ed Hugus, North American Racing Team, Ferrari 275LM

Masten Gregory, Jochen Rindt, Ed Hugus, North American Racing Team, Ferrari 275LM

Foto oleh: David Phipps

F1: 1964-1970
60 start, 1 x juara (1970)
Le Mans: 1964-1967
4 start, 1 x menang (1965)

Jochen Rindt total mengikuti Le Mans 24 Hours empat kali antara tahun 1964 dan 1967. Seperti Hill, jika tak menang ia pasti gagal finis. Pria Austria kampiun pada 1965, selebihnya DNF.

Rindt meraih kemenangan pertama sekaligus terakhirnya di Le Mans dengan mengemudikan Ferrari 250LM milik Tim North American Racing. Musim 1965 itu, ia melibas 348 lap dalam kelas P 5.0.

Sementara status juara dunia F1 baru diraih Rindt di musim terakhirnya, yakni 1970. Tragisnya, ia mendapat gelar setelah tewas akibat crash dalam sesi latihan Grand Prix Italia di Monza.

Rindt menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit di Milan. Ia baru berusia 28 tahun dan kariernya di Formula 1 pun berlangsung sangat singkat, hanya tujuh musim.

Pada musim juaranya, Rindt, yang memperkuat Team Lotus meraih lima kemenangan dalam sembilan balapan. Meski ada empat race sisa (termasuk GP Italia), raihan poinnya tak terkejar rival utamanya, Jacky Ickx.

Graham Hill

Graham Hill, Henri Pescarolo, Matra-Simca

Graham Hill, Henri Pescarolo, Matra-Simca

Foto oleh: Rainer W. Schlegelmilch

F1: 1958-1975
176 start, 2 x juara (1962, 1968)
Le Mans: 1958-1966, 1972
10 start, 1 x menang (1972)

Dalam daftar ini, Graham Hill menjadi satu-satunya yang sukses mencatatkan Triple Crown yang termasyhur dalam motorsport: memenangi F1 GP Monako, Le Mans 24 Hours dan Indianapolis 500.

Hill meraih yang kemenangan pertama dari Triple Crown di Monako pada 1963 satu tahun setelah menjadi juara dunia F1 untuk kali pertama dengan Tim British Racing Motor (BRM). Titel kedua raih pada 1968.

Pembalap Inggris tersebut merengkuh kemenangannya di Indy 500 tiga tahun kemudian pada 1966. Kala itu ia rookie dan mampu finis terdepan meski ada kontroversi ketika Lotus menganggap pembalapnya, Jim Clark, yang menang.

Kepingan terakhir Triple Crown baru datang bertahun-tahun kemudian, yakni pada Le Mans 1972. Itu adalah percobaan ke-10 Hill setelah dalam sembilan partisipasi raihan terbaiknya adalah runner-up 1964.

Fernando Alonso

Fernando Alonso, Sebastien Buemi, Kazuki Nakajima - Toyota #8

Fernando Alonso, Sebastien Buemi, Kazuki Nakajima - Toyota #8

Foto oleh: Jose Mario Dias

F1: 2001, 2003-2018, 2021
322 start, 2 x juara (2005-2006)
Le Mans: 2018-2019
2 start, 2 x menang (2018-2019)

Kendati Fernando Alonso hanya memiliki dua gelar F1, ia seharusnya mampu meraih lebih banyak jika bukan karena beberapa pilihan mobil yang buruk dan nasib sial.

Dua gelar F1 Alonso datang empat dan lima tahun setelah berkarier di balap jet darat, meraih back-to-back dengan Renault pada musim 2005 dan 2006. Kesuksesan itu membuka jalan bergabung ke McLaren.

Tetapi pembalap Spanyol hanya bertahan satu musim dan kembali ke Renault sebelum menyeberang ke Ferrari pada 2010. Bersama pabrikan Maranello, pencapaian terbaiknya cuma runner-up, yang tiga kali diraih.

Alonso reuni dengan McLaren pada 2015, dan dari situ kariernya merosot. Ia hanya sekali bisa menembus 10 besar klasemen dalam empat musim. Akhir 2018, sang pilot meilih mundur dari F1.

Dari musim 2017, ia mengikuti seri lain seperti IndyCar dan tampil dalam Indy 500. Sayangnya upaya meraih Triple Crown gagal. Ia tak pernah menang di Indanapolis, namuan sebaliknya di Le Mans 24 Hours.

Satu tim dengan Sebastian Buemi dan Kazuki Nakajima, Alonso memenangi balap ketahanan paling bergengsi tersebut pada 2018 dan 2019. Mereka mengemudikan Toyota TS050 Hybrid.

Baca Juga:

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Juan Pablo Montoya: Max Verstappen Harus Tampil Sempurna
Artikel berikutnya Setelah IndyCar dan Formula E, Michael Andretti Ingin Beli Tim F1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia