Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ford versus Ferrari: Ini yang Terjadi Setelah Le Mans 1966

Film Ford v Ferrari mengisahkan rivalitas dua raksasa otomotif di ajang ketahanan. Apakah persaingan keduanya berlanjut setelah Ford menang di Le Mans 24 Hours 1966?

Dan Gurney, A.J. Foyt, Shelby American

Dan Gurney, A.J. Foyt, Shelby American

LAT Images

Persaingan Ford melawan Ferrari pada balap mobil ketahanan 1966 (dulu masih bernama World Sportscar Championship) menjadi salah satu rivalitas paling menarik dalam sejarah.

Ferrari yang merupakan pabrikan dominan dari 1960 hingga 1965, dikejutkan oleh kehadiran Ford, yang sukses membuat mobil lebih cepat dari laju si Kuda Jingkrak.

Tahun 1966, Daytona 24 Hours, Ford sukses meraih kemenangan perdananya. Mobil #98 Ford GT40 Mk.II yang dikendarai oleh Ken Miles dan Lloyd Ruby, memimpin dominasi Ford yang juga sukses meraih peringkat kedua dan ketiga.

Enam ronde setelah balapan 24 jam di Daytona, Ford lagi-lagi naik podium tertinggi. Dan kembali, pabrikan asal Amerika Serikat tersebut mendominasi podium, dengan pasangan Bruce McLaren/Chris Amon yang ada di peringkat pertama.

Lantas di mana Ferrari finis? Pada Daytona 24 Hours, mobil #21 Ferrari 365 P2 merangsek ke peringkat keempat. Itu pun jadi satu-satunya mobil Ferrari yang tembus lima besar.

Baca Juga:

Pada Le Mans 24 Hours, peringkat kedelapan jadi hasil terbaik yang bisa diraih pabrikan Maranello, dengan mobil Ferrari 275 GTB/C yang dikendarai Piers Courage/Roy Pike.

Sementara rival utama Ken Miles di film Ford v Ferrari, Lorenzo Bandini, yang mengemudikan Ferrari 330 P3, malah gagal finis karena gagal mesin.

Terlepas dari bumbu-bumbu drama dan fiksi yang ditambahkan ke film, setidaknya begitulah garis besar yang terjadi pada World Sportscar Championship 1966.

Di mana pabrikan Amerika Serikat yang sebelumnya dipecundangi, baik itu secara internal maupun eksternal, bisa mengalahkan Ferrari, produsen mobil balap paling terkenal sejagad, di dua ajang balap ketahanan paling ikonik dalam sejarah.

Lantas, apa yang terjadi selepas balap Le Mans 24 Hours 1966? Seperti apa kelanjutan persaingan Ford dan Ferrari yang belum diceritakan oleh film yang dibintangi oleh Matt Damon, Christian Bale dan Caitriona Balfe tersebut?

Christian Bale memerankan Ken Miles di film Ford v Ferrari

Christian Bale memerankan Ken Miles di film Ford v Ferrari

Foto oleh: 20th Century Fox

Ken Miles, seperti yang sudah diceritakan di film, meninggal dunia saat menjalani sesi uji coba proyek mobil J-Car, yang merupakan mobil Ford GT40 Mk.IV.

Proyek tersebut sempat terhenti, namun pada akhirnya rampung. GT40 Mk.IV ditenagai mesin V8, dan diyakini dapat semakin memperketat persaingan Ford dengan Ferrari. Namun, raksasa asal Italia tersebut tak tinggal diam.

Selepas kekalahan menyakitkan di Le Mans 24 Hours 1966, Enzo Ferrari memberikan kuasa penuh kepada direktur teknisnya, Mauro Forghieri, untuk melakukan pengembangan mobil.

Pesan Enzo Ferrari saat itu sangat jelas, "Lakukan apapun yang bisa kalian lakukan untuk mengalahkan Ford!"

Proses pengembangan mobil Ferrari 330 P4 pun dimulai. Berbagai uji coba dijalani oleh Ferrari. Salah satunya dengan menggelar tes di Sirkuit Daytona selama sepekan.

Namun, karena Daytona bisa dibilang merupakan markas Ford yang merupakan pabrikan asal AS, Enzo mengira bahwa rivalnya itu mengirimkan mata-mata untuk memantau perkembangan mobilnya.

Lorenzo Bandini, Chris Amon, Ferrari

Lorenzo Bandini, Chris Amon, Ferrari

Foto oleh: Motorsport Images

Enzo kemudian menginstruksikan krunya untuk tidak memecahkan rekor lap milik Ken Miles. Sayang, Ferrari 330 P4 berkembang terlalu pesat, serta melaju terlalu cepat. Di saat seluruh kru Ferrari kembali ke Italia, Enzo langsung memecat Eugenio Dragoni (bos tim).

Balapan Daytona 24 Hours kembali menjadi ajang pembuka World Sportscar Championship di tahun 1967. Lomba tersebut ternyata berubah menjadi mimpi buruk bagi Ford. Pasalnya, dengan menurunkan enam mobil GT40 Mk.II, tak ada satu pun pembalapnya yang naik podium.

Adalah Ferrari yang berhasil memenangi balapan. Ferrari 330 P4 Spyder yang dikemudikan Lorenzo Bandini dan Chris Amon sukses menginjak podium tertinggi.

Diikuti oleh Ferrari 330 P4 Coupe milik pasangan Parkes/Scarfiotti, kemudian Ferrari 412 P yang dikemudikan Rodriguez/Guichet.

Kemenangan dominan di Daytona 24 Hours 1967 itu merupakan balas dendam atas kekalahan Ferrari dari Ford di Le Mans 1966. Apalagi, Ferrari sukses meraih kemenangan di atas tanah kelahiran Ford.

Giliran Ford yang kini merasa hancur setelah menelan kekalahan. Tim Shelby American pun langsung menyewa Daytona untuk melakukan evaluasi, mencari tahu apa yang menjadi sumber kekalahan mereka di Ronde 1 World Sportscar Championship 1967 tersebut.

Sementara Ferrari menikmati kemenangan tersebut dengan cara yang berkelas. Salah satu pembalap mereka, Mike Parkes, memberikan hadiah untuk Enzo Ferrari, sebuah lukisan yang menggambarkan tiga mobil Ferrari melewati garis finis di Daytona 1967. Lukisan tersebut sempat menggantung di dinding markas Ferrari, yang berlokasi di Maranello.

Apakah persaingan Ford dengan Ferrari berakhir di Daytona? Belum, karena Ford tidak tinggal diam. Le Mans 24 Hours, Ford menurunkan senjata barunya, GT40 Mk.IV, yang sempat diuji coba oleh mendiang Ken Miles.

Mobil itu sudah siap digunakan. Total ada empat GT40 Mk.IV yang diturunkan oleh Ford, dua untuk tim Shelby (Bruce McLaren/Mark Donohue dan Dan Gurney/AJ Foyt), duanya lagi untuk Holman & Moody (Mario Andretti/Lucien Bianchi dan Denny Hulme/Lloyd Ruby).

Ford seakan mengalami deja vu di Le Mans 1967. Sama seperti Carroll Shelby yang membujuk manajemen Ford untuk merekrut Ken Miles di musim 1966, Dan Gurney juga harus berusaha keras agar bisa meyakinkan Ford untuk memasangkannya dengan Foyt.

A.J. Foyt, Dan Gurney

A.J. Foyt, Dan Gurney

Foto oleh: Rainer W. Schlegelmilch

Saat itu, AJ Foyt tak pernah balapan Le Mans. Ia baru saja meraih peringkat ketiga di Indianapolis 500, yang merupakan ajang balap open-wheel di AS, bukan merupakan balap ketahanan.

Foyt yang kemudian dipasangkan oleh Gurney merasa berutang budi, dan akan melakukan segala cara untuk membayar kepercayaan pembalap kelahiran Port Jefferson, New York tersebut.

Hasilnya? Di tengah balapan yang penuh dengan drama dan insiden itu, Gurney/Foyt tampil solid. Mobil mereka tak sekalipun mengalami masalah besar. Mereka membawa Ford ke podium tertinggi.

Peringkat kedua dan ketiga Le Mans 1967 diraih oleh pembalap Ferrari, Mike Parkes/Scarfiotti dan Willy Mairesse/Jean Beurlys.

Dan Gurney celebrates his victory

Dan Gurney celebrates his victory

Foto oleh: Rainer W. Schlegelmilch

Kali ini, kedua raksasa otomotif dunia tersebut tidak ada yang tampil dominan. Kemenangan diraih dengan ketat, karena keduanya juga sama-sama menderita insiden.

Pada akhirnya, sampai sekarang, Ford dan Ferrari dilabeli sebagai produsen mobil balap ketahanan terbaik, atau setidaknya berada di jejeran terbaik jika bukan yang terbaik.

Le Mans 24 Hours dan World Sportscar Championship 1966 secara keseluruhan memang menghadirkan cerita yang menarik.

Namun, akan lebih seru lagi jika persaingan Ford melawan Ferrari diteruskan ke film kedua, yang menceritakan musim 1967, di mana keduanya saling berbalas kemenangan di balap ketahanan paling ikonik di dunia itu.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Frederic Sausset Ingin Lebih Banyak Pembalap Difabel Tampil di Le Mans
Artikel berikutnya Usai 5 Jam, #7 Toyota Pimpin Le Mans 24 Hours

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia