Kolom Bernhard: Kisah 'comeback' Porsche di Le Mans
Dalam kolom terbarunya di Motorsport.com, Timo Bernhard menceritakan kembali bagaimana skuat Porsche #2 bisa bangkit dari masalah mekanis dan pada akhirnya menjuarai balapan Le Mans 24 Jam 2017.
Foto oleh: Rainier Ehrhardt
Pada hari Sabtu sore, saat balapan sudah berjalan selama tiga setengah jam, mobil kami mengalami kerusakan motor penggerak bagian depan. Di saat itulah, kami sempat merasa putus asa dan berpikir bahwa peluang juara sudah tertutup.
Tapi, kurang lebih 21 jam kemudian, saya mengangkat trofi juara Le Mans untuk yang kali kedua sepanjang karier saya. Berdiri di atas podium, di depan lautan para penonton, setelah balapan yang penuh dengan emosi.
Bagi semua orang yang pernah hadir langsung di Le Mans, baik kru tim atau para penggemar, mereka tahu tidak ada perasaan yang bisa mengalahkan momen-momen seperti itu.
Sebuah perayaan olahraga balap yang menarik lebih dari seperempat juta penggemar dari seluruh penjuru dunia. Balapan yang berlangsung brutal dan menuntut performa terbaik dari para manusia dan mesin.
Tapi, Le Mans memang selalu menyimpan magis tersendiri, terutama ketika Anda mengemudikan mobil dalam gelapnya malam atau melintasi jembatan Dunlop di bawah terbitnya matahari.
Persiapan balapan
Awal minggu dimulai dengan sesi scrutineering di pusat kota Le Mans. Ribuan penggemar menonton langsung prosesi resmi dari para pembalap, tim, dan mobil mereka.
Setelah itu kami memulai pekerjaan yang sebenarnya sejak hari Rabu. Dimulai dengan sesi latihan bebas dan dilanjut dengan tiga sesi kualifikasi – yang berlangsung cukup baik bagi kami.
Kami mampu mengoptimalkan setelan mobil dalam suhu sirkuit yang berbeda-beda, dan mengumpulkan data-data penting yang akan dipakai untuk menentukan pemilihan ban saat balapan.
Kualifikasi di Le Mans selalu terasa seperti undian. Dengan jumlah 60 mobil yang turun ke lintasan, itu menjadi tantangan tersendiri. Dan pada akhirnya saya tidak bisa mendapat putaran yang bersih, tapi keseimbangan mobil terasa sangat baik dan kami merasa siap menghadapi balapan dari barisan start kedua.
Setelah parade pembalap pada hari Jumat, saya berusaha tidur lebih awal agar bisa mendapat jam istirahat yang cukup sebelum dimulainya balapan 24 jam.
Bencana di paruh awal
Suasana grid sebelum balapan Le Mans selalu terasa sibuk dan ramai – wawancara pada menit-menit terakhir, berjabat tangan dan saling mendoakan yang terbaik. Ketika pintu mobil akhirnya tertutup, saya baru bisa berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaan yang akan saya hadapi!
Selepas start, balapan kami berjalan biasa-biasa saja, tanpa ada insiden. Setelah 38 putaran, kami bertahan di posisi keempat, dan saya memberikan kemudi mobil ke rekan saya, Earl [Bamber].
Pada pukul 6.30 sore, ia harus melakukan pit stop yang tidak terjadwal karena mobil 919 Hybrid kami kehilangan motor penggerak depan. Mekanik kami melakukan pekerjaan yang luar biasa. Mereka dengan cepat menentukan apa-apa saja yang perlu dikerjakan dan hanya dalam waktu satu jam lima menit, mobil kami bisa siap kembali bergabung ke lintasan.
Brendon melanjutkan balapan kami meski tertinggal 19 putaran dan tercecer di posisi ke-56 keseluruhan. Menjaga motivasi ketiga pembalap dan juga para kru pit akan menjadi krusial.
Dalam situasi seperti itu, Anda harus bisa menyingkirkan pikiran-pikiran negatif dan terus fokus pada pekerjaan yang dihadapi serta memaksimalkan semua peluang yang ada.
Proses bangkit
Ketika dua dari tiga mobil Toyota tersingkir pada tengah malam, mobil rekan satu tim kami mengambil alih pimpinan. Sementara kami saat itu berada di posisi ke-17 keseluruhan, dan terus melanjutkan progres sepanjang malam
Ketika saya kembali masuk ke dalam mobil pada pukul 5.13 pagi, kami berada di posisi ke-13, saya bisa melanjutkan kemajuan tersebut di tengah-tengah traffic (mobil-mobil yang jauh lebih lambat). Saat Earl mengambil alih kemudi mobil pada pukul 8 pagi, kami menempati posisi ke-10 keseluruhan dan posisi kedua di kelas LMP1.
Drama balapan kembali terjadi saat mobil rekan satu tim kami tersingkir setelah pukul 11. Sejak saat itu kami menjadi mobil LMP1 terdepan dan balapan menyajikan prospek kisah yang berbeda.
Saya mengambil alih kemudi mobil pada tengah hari untuk stint terakhir yang panjang. Saat itu, kami masih tertinggal satu putaran di belakang mobil pemimpin LMP2, Oreca #38 dari tim DC Racing. Pada 20 putaran terakhir, saya berhasil menyalip mereka.
Bagian penghujung balapan terasa brutal. Karena meski trofi juara sudah di depan mata, kami terus teringat dengan apa yang telah terjadi sebelum-sebelumnya, tidak ada yang pasti. Tujuh putaran terakhir, kami melakukan pit stop untuk mengisi bahan bakar. Dan tepat pukul 3, kami meraih kemenangan yang sempat kami kira tak memungkinkan.
Saya selalu bermimpi bisa menjadi juara umum Le Mans bersama Porsche. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan saya. Untuk pertama kalinya, saya menangis di dalam mobil.
Saya sangat berterima kasih kepada Porsche, semua kru tim, dan tentunya rekan-rekan satu mobil saya yang brilian, Brendon [Hartley] dan Earl. Momen yang luar biasa dan tidak pernah akan saya lupakan.
Le Mans adalah balapan ketahanan terakbar dan tersulit yang pernah ada. Ketika Anda bisa menaklukkannya, Anda akan mendapat imbalan yang besar atas semua kerja keras Anda.
Lihat emosi Timo Bernhard saat memenangi balapan Le Mans:
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments