Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Polemik LMH dan LMP1 di WEC Sarat Politik

Duel antara Le Mans Hypercar (LMH) keluaran Toyota melawan Le Mans Prototype 1 (LMP1) dari Alpine dikhawatirkan hanya bisa diselesaikan secara politis.

#1 Rebellion Racing - Rebellion R13 - Gibson: Bruno Senna, Gustavo Menezes, Norman Nato

#1 Rebellion Racing - Rebellion R13 - Gibson: Bruno Senna, Gustavo Menezes, Norman Nato

Paul Foster

Menyusul berkurangnya minat pabrikan untuk turun di World Endurance Championship (WEC), FIA langsung melakukan studi. Hasilnya, munculah proposal LMH.

LMH ini rencananya akan menggusur LMP1 yang non-hybrid. Proposal ini dimaksudkan agar WEC bisa menarik mobil-mobil model Aston Martin Vulcan atau McLaren Senna GTR untuk turun di kategori LMH ini.

Namun begitu, dua pembalap Toyota, Kazuki Nakajima dan Kamui Kobayashi, khawatir sejumlah keputusan di WEC 2021 nantinya akan dilakukan secara politis.

Masalahnya, hingga kini masih sulit untuk menentukan mana yang akan dipakai musim depan. Apakah LMH dari Toyota atau Oreca LMP1 dari Alpine.

Mike Conway, Toyota Hypercar

Mike Conway, Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Dari sisi kecepatan, LMH lebih lambat ketimbang LMP1. Dengan begitu, Oreca – yang sebelumnya turun dengan nama Rebellion R13 – harus diperlambat.

Dari sisi daya tahan, Oreca mampu turun di Le Mans 24 Hours 2020 tanpa masalah sama sekali. Sementara, LMH dari Toyota baru akan menjalani dua balapan.

“Menurut saya Le Mans bisa agak berbeda,” ujar Nakajima kepada Motorsport.com. “Anda memiliki mobil yang mampu melesat 24 jam tanpa masalah. Daya tahannya bagus. Semua tergantung dari Equivalence of Technologies (EoT) yang Anda dan kami gunakan.”

Masalah yang paling dikhawatirkan Nakajima adalah, Rebellion R13 mampu mencatat waktu lap lomba di bawah 3:20 menit. Catatan ini di bawah target Automobile Club de l'Ouest (ACO), penyelanggara Le Mans 24 Hours, yang hanya di bawah 3:30 menit.

Meskipun begitu, mobil-mobil LMH diyakini masih mampu menembus batasan minimal waktu lap yang dipatok ACO tersebut.

Toyota Hypercar

Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Toyota Hypercar

Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Toyota Hypercar

Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Toyota Hypercar

Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Sébastien Buemi, Toyota Hypercar

Sébastien Buemi, Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Mike Conway, Toyota Hypercar

Mike Conway, Toyota Hypercar

Foto oleh: Toyota Racing

Hypercar: Toyota

Hypercar: Toyota

Foto oleh: Toyota Racing

7

“Situasi ini akan semakin menyulitkan kami karena kecepatan kami dibatasi sementara mereka diset oleh EoT,” ucap Nakajima. “Kami punya potensi mencatat waktu lap yang sama dengan mereka. Itulah yang saya harapkan dari balapan yang sebenarnya.”

“Ini sudah politik yang bermain. Saya mengerti keinginan kedua pihak. Dari sisi kami jelas tidak fair. Namun, ACO ingin persaingan ketat. Lihat saja apa yang akan terjadi nanti.”

Rekan setim Kazui Nakajima, Kamui Kobayashi, menilai kecepatan Alpine yang terlalu jauh di atas bisa memupus prospek LMH yang sebenarnya memiliki potensi besar.

Baca Juga:

“Kami kalah jauh dari sisi waktu lap (LMH dibanding LMP1). Saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” tutur Kobayashi.

“Tidak akan menyenangkan bila Alpine lebih cepat daripada kami, lalu tidak ada yang mau turun di kelas hypercar (LMH). Kami memiliki mobil baru. Mereka sudah lama mengembangkan mobil dan dijalankan oleh tim berpengalaman.

“Tetapi, mereka tidak mau mengerti akan pentingnya perimbangan kekuatan. Jadi, saya sama sekali tidak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka.”

Oktober 2020 lalu, FIA ​​World Motorsport Council (WMSC) membuat keputusan penting terkait WEC 2021. Mereka akan membuat kelas LMP1 dari Alpine sejajar dengan kelas LMH yang baru.

“Mulai 2021, mobil-mobil LMP1 yang non-hybrid akan diklasifikasikan sedemikian rupa agar memiliki performa yang sama dengan kategori LMH yang baru,” demikian pernyataan resmi WMSC saat itu, yang langsung memunculkan pro dan kontra.

Toyota, lewat kepala divisi teknologi-nya, Pascal Vaselon, saat itu langsung protes. Ia menilai, tidak benar ada tim lain datang dengan mobil bekas kelas LMP1 lalu disamakan performanya dengan LMH.

Vaselon menyebut, Toyota selama ini sudah mau melakukan kompromi dengan sederet regulasi baru untuk kepentingan bersama. Karena itu, Toyota berharap pabrikan lain juga melakukan hal yang sama.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Magnussen: Sulit Wujudkan Ayah-Anak Balapan Le Mans 24 Hours
Artikel berikutnya Ferrari Dukung Tim dengan Trio Pembalap Wanita di WEC

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia