Aron Canet Buat Tiga Legenda Jadi Satu dalam Dirinya
Pembalap muda asal Spanyol, Aron Canet, membentuk dirinya sebagai rider hebat berkat belajar dari tiga legenda, Max Biaggi, Emilio Alzamora dan Jorge Martinez.
Melakoni debut Kejuaraan Dunia Moto3 pada 2016, Aron Canet harus menghabiskan empat tahun sebelum naik ke Moto2 musim lalu.
Rider kelahiran 30 September 1999, saat ini membalap untuk tim juara dan telah mendapat jaminan untuk melanjutkan kariernya pada tahun depan.
Namun, jauh sebelum mendapatkan kepercayaan besar, Aron Canet harus berjuang keras membentuk dirinya menjadi seorang pembalap hebat.
Berada di lingkungan yang tepat, Canet dapat belajar banyak dari beberapa pembalap hebat yang juga jadi mentornya dalam perjalanan kariernya.
Selama berkompetisi di Moto3, Canet belajar banyak dari Emilio Alzamora, yang merupakan bos tim Estrella Galiccia 0,0.
Alzamora adalah juara dunia 125cc pada 1999, yang telah mencatatkan empat kemenangan dari 30 podium sepanjang kariernya di kelas tersebut periode 1994-2003.
Setelah tiga musim bersama Alzamora (2016-2018), Aron Canet lalu memutuskan bergabung dengan Sterilgarda Max Racing Team, yang membawanya mengakhiri musim sebagai ruuner-up dan membawanya dipromosikan ke Moto2 oleh Aspar Team.
Max Racing yang merupakan tim milik Max Biaggi, Canet kembali mendapatkan ilmu yang sangat berharga bagi dirinya untuk makin berkembang.
Status Biaggi sebagai juara dunia dan pengalamannya di MotoGP dan World Superbike sangat berguna bagi Canet dalam mengetahui apa yang harus dilakukannya di trek.
Bersama Aspar Team di Moto2, karakter Aron Canet makin terbentuk karena berada di tim juara dan dikelilingi orang-orang yang sangat prosfesional.
Canet membeberkan apa yang didapatkannya dari semua legenda balap yang ditemuinya sehingga membuat dirinya menjadi pembalap yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Aron Canet, Estrella Galicia 0,0
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Nasihat dari Emilio Alzamora dianggap sebagai titik awal dalam perjalanan karier Canet yang bisa membuatnya terus berprogres.
“Alzamora membuat saya makin kuat sebagai pembalap dan mengajari saya tentang apa artinya menjadi pembalap profesional,” kata Canet seperti dilansir AS.
“Dia ingin menanamkannya dalam diri saya, dia menanamkan dalam diri saya pada zamannya, apa itu kerja keras di atas segalanya dalam rutinitas kerja sehari-hari, baik di rumah maupun di sirkuit, sangat profesional.
“Anda berada di kejuaraan dunia ketika Anda berusia 16 atau 17 tahun dan Anda masih anak-anak.
“Suka atau tidak, mereka harus memukul Anda berkali-kali dengan tongkat di punggung Anda dan mereka memberi tahu Anda untuk membumi dan tidak terbang tinggi, dia terus mengingatkan Anda adalah seorang anak.
“Sering kali Anda merasa pintar pada usia itu dan Anda pikir Anda tahu segalanya. Emilio membuat saya dewasa baik secara pribadi maupun profesional. Saya keluar dari garasinya sebagai pria yang berusia 19 tahun.”
Aron Canet, Max Racing Team
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Setelah mendapat pelajaran untuk menjadi seseorang yang profesional dalam menjalani pekerjaan, Canet mendapat pengalaman baru ketika bekerja untuk Max Biaggi.
Bersama pria asal Italia itu, Canet belajar metode kerja terbaik untuk menjadi seorang juara dunia.
“Max, wow… Bersamanya, saya mempelajari semua detail kecil yang tidak terlihat oleh kasat mata. Banyak hal yang tidak diperhatikan oleh siapa pun. Dia sangat metodis dan luat biasa, terkadang pada level yang tidak sehat. Itu luar biasa,” tuturnya.
“Dia juga mengajari saya bagaimana caranya memperjuangkan gelar, meraih mimpi, dengan semua hal yang menyertainya.
“Setahun bersamanya, saya benar-benar memberikan semua yang saya miliki, dengan seribu perjuangan karena tidak makan dan ribuan cerita.
“Saya berlatih setiap hari dalam sepekan sekitar enam jam sehari, tanpa makan. Tahun itu bersama Max saya belajar apa itu lapar akan kemenangan dan benar-benar berjuang untuk meraih mimpi.
“Itu semua dilakukan bukan hanya untuk mengatakan saya sedang bertarung, tapi untuk benar-benar bertarung.”
Aron Canet, Ángel Nieto Team with Jorge Martínez
Foto oleh: Angel Nieto Team
Bersama Jorge Martinez di Aspar Team, Aron Canet mempelajari apa itu artinya keluarga. Pasalnya, tim menerapkan pola kerja kekeluargaan yang membuat garasi terasa lebih hangat dan tak adanya tekanan.
“Bersama Jorge Martinez, Aspar, saya belajar untuk menjadi bagian dari keluarga di paddock, seperti rumah nanas. Dia juga menginginkan saya untuk musim depan. Mereka tidak ingin terburu-buru dan pada saat itu, saya tidak mendapat hasil bagus,” ucapnya.
“Saya mengatakan pada Minggu setelah balapan di Assen. Saya duduk di sebelah Jose Luis Alcarria, yang merupakan asisten saya, Gino Borsoi dan Jorge. Saya memberi tahu dia dan dia tidak menerimanya dengan baik. Bukannya saya mengharapkannya, tetapi saya tahu dia memiliki tawaran dan pada tanggal itu dia harus menandatangani.
“Dia marah dan itu normal, tetapi pada akhirnya kami seperti keluarga besar di Tim Aspar. Hal-hal dibicarakan dengan lebih tenang dan kami saling memahami. Saya memahaminya, karena setelah diberi kesempatan.
“Kami sudah dewasa, kami memiliki alasan tersendiri, kami tetap tenang, dan seperti dalam semua keluarga, kadang-kadang Anda akan membunuh saudara laki-laki Anda dan setelah lima menit Anda berkata ‘ayo, pergi’.
“Dalam sebuah tim harus seperti itu, tentang semua ketika musim belum berakhir dan hasil yang sangat baik sedang dicapai saat ini.”
Aron Canet, Aspar Team
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.