Karena Tampil di Moto2 Itu Butuh Komitmen
Jika melihat 10-11 tahun lalu, terdapat lebih dari 15 pabrikan membalap di ajang Moto2. Akan tetapi, sekarang angka tersebut berkurang drastis.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Sebanyak 20 pabrikan (sasis) mewarnai musim perdana Moto2, tepatnya pada musim 2010. Ya, ajang satelit MotoGP itu pertama kalinya diselenggarakan pada 11 tahun lalu. Akan tetapi, berbeda dengan musim 2020.
Tercatat, pada musim lalu, pabrikan Moto2 berkurang drastis, menjadi hanya empat saja, jika dibandingkan dengan musim perdananya pada 2010.
Pabrikan-pabrikan yang bertahan sampai pada 2020 adalah Kalex, MV Agusta, NTS dan Speed Up, sementara sisanya hilang ditelan bumi.
Berkurangnya jumlah pabrikan sasis Moto2 secara drastis ini dinilai lantaran kurangnya komitmen dari pabrikan tersebut. Karena hanya menggelontorkan uang saja tidak cukup untuk tampil di Moto2.
Pemilik tim Interwetten saat itu, yakni Daniel M. Epp, sempat khawatir bahwa Moto2 nantinya akan dihuni oleh tim-tim yang hanya 'hobi' balapan, bukan tim profesional.
Itu karena pabrikan manapun bisa menggunakan sasis untuk standar mesin motor 600cc.
Memang, pada saat itu, CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, mengungkapkan bahwa biaya operasional dan pengeluaran di Moto2 lebih kecil ketimbang kelas primer MotoGP, yakni 150 ribu euro, atau setara Rp 2,5 miliar.
Toni Elias (24), Gresini Racing Moto2, yang menggunakan sasis Moriwaki, berhasil menjadi juara Moto2 2010
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Akan tetapi, beberapa pabrikan ada yang melakukan investasi lebih dari angka di atas. Kalex, Suter serta Moriwaki bisa menghabiskan dana sebesar kurang lebih 160 ribu euro.
Angka itu belum termasuk paket mesin, di mana hal tersebut bisa menelan biaya 56 ribu euro per pembalap dan per musim, dan biaya-biaya lainnya.
Pengeluaran lebih itu menunjukkan bahwa ketiga pabrikan sasis di atas serius berkomitmen dalam mengembangkan motor untuk kelas penunjang MotoGP.
Hasilnya pun memuaskan. Tim-tim seperti Moriwaki, Suter, Speed Up, Motobi, FTR, Tech3, ICP dan Pons-Kalex menjadi langganan di atas podium.
Kemudian, mereka yang konsisten mencetak poin diantaranya adalah Bimota, Promo Harris, TSR dan lain-lain.
Motor tim MMX2 Moto2 menggunakan sasis Suter pada musim 2015
Foto oleh: Suter Racing
Mereka yang kurang 'serius' pada balapan Moto2 pun lambat laun dilupakan oleh fan balap roda dua. Sebut saja Force GP210, kemudian ADV, serta AJR.
Force GP210 sendiri merupakan pabrikan yang berada di bawah naungan perusahaan Rapid Inside. Rapid Inside boleh jadi perusahaan andal yang memproduksi motor berkualitas.
Sayangnya, Rapid Inside, dengan Force GP210 di Moto2, tidak memiliki wawasan yang cukup dalam mengembangkan sasis motor balap. Mereka bahkan hanya menyalin rangka sasis Honda CBR600RR.
Perbedaan komitmen dan keseriusan inilah yang membuat tak banyak pabrikan-pabrikan bisa sukses di ajang Moto2.
Sejak musim 2011, Kalex bisa dibilang menjadi pabrikan tersukses, lantaran berhasil mendominasi klasemen konstruktor dan pembalap.
Mereka bahkan kembali berhasil mengawinkan gelar juara pembalap (Enea Bastianini) dan konstruktor di musim 2020.
Enea Bastianini, Italtrans Racing Team, sasis Kalex
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments