Modal Mau Mendengar, Kalex Merajai Moto2 10 Tahun Beruntun
Kalex menyegel titel konstruktor Moto2 kesepuluh beruntun musim ini. Pabrikan asal Jerman itu menyapu bersih 300 poin dengan sempurna. Apa yang jadi kelebihan mereka?
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Dalam satu dasawarsa terakhir, Kalex merupakan konstruktor dengan kemenangan terbanyak ketiga level menengah setelah Yamaha dan Honda.
Sukses mereka bisa dipahami jika melihat jumlah motornya yang mengaspal di trek. Ada disparitas nyata di antara tiga pabrikan.
Musim ini, Kalex mengirim 25 motor ke grid sedangkan Boscoscuro dan MV Agusta masing-masing hanya dua. Bahkan, tim milik Honda, Yamaha dan GasGas jadi pelanggannya.
Dengan sukses yang diperoleh pembalap Red Bull KTM Ajo, Augusto Fernandez, di Moto2 Inggris, pabrikan yang didirikan Alex Baumgaertel dan Klaus Hirsekorn membukukan 155 kemenangan.
Dalam 12 seri, mereka memborong podium tertinggi. Dominasi seperti ini terlihat pada 2016, 2020, dan 2021.
Butuh perjalanan panjang serta trial and error sejak 2010 untuk sampai ke titik ini.
“Kami mulai dari dua orang pekerja pada 2009, untuk menyiapkan Moto2 awal 2010. Sekarang ada lebih dari 9 orang di Kalex, bahkan lebih sedikit dari tim konsumen. Tak ada rahasia apa pun. Target saya dari awal adalah dapat status 'anggota tim' dan bukannya sekadar pemasok,”kata Baumgaertel dikutip dari Zerooneracing.com.
“Kemudian, Anda harus mau mendengarkan, itu sangat penting. Dengarkan pembalap, teknisi, mekanik dan manajer tim untuk mendapatkan informasi yang penting. Lalu semua info itu harus Anda saring. Kami punya pegawai yang tepat untuk itu, jadi kru saya poin kunci lainnya. Akhirnya, Anda harus bekerja dan kalau perlu sekeras mungkin,” ia berbagi kiat.
Kesuksesan Kalex pertama kali ditorehkan pada 2011 atas nama Stefan Bradl. Setelah itu, kian banyak yang tertarik dengan sasis rancangan Baumgaertel. Ketika satu persatu pesaingnya rontok, mereka malah menancapkan kuku.
Mereka mengantarkan sejumlah pembalap ke puncak prestasi Moto2, di antaranya Pol Espargaro (2013), Tito Rabat (2015), Johann Zarco (2016), Franco Morbidelli (2017), Francesco Bagnaia (2018), Alex Marquez (2019), Enea Bastianini (2020) dan Remy Gardner (2021).
Meski sering mengirim pembalap ke podium bukan berarti Kalex tak pernah kalah. Setelah merangkai 46 kemenangan beruntun sejak 2015, di atas kertas mereka ditumbangkan Dominique Aegerter yang mengendarai Suter MMX2.
Pembalap Swiss tersebut mengalahkan Tom Luthi. Namun sayang, kemenangan Aegerter dicabut karena ditemukan zat tambahan pada oli di motornya. Kalex pun dilimpahi poin penuh. Prestasi gemilang berlanjut di 2017.
Tantangan makin berat seiring dengan kebangkitan KTM. Miguel Oliveira menghentikan upaya lawan memperpanjang rangkaian kemenangan di Phillip Island 2017.
Dominasi Kalex kembali pada 2018 di mana mereka menang 11 dari 18 lomba. Sisanya dibagi antara duo KTM, Oliveira dan Binder, serta andalan Speed-Up Fabio Quartararo. Kala itu, Suter yang kehilangan taji sejak 2017 memutuskan tak lanjut jadi penyuplai sasis Moto2.
Musim berikutnya, mereka mengunci 14 kemenangan dan Brad Binder menyumbang lima keunggulan untuk pabrikan Austria. Angin segar berhembus saat KTM memutuskan mundur dari kancah tersebut pada 2020.
Mulai saat itu, Kalex kian merajalela karena menguasai tiga perempat grid sehingga sulit dikejar lawan-lawannya.
Luis Salom, SAG Team, Kalex
Foto oleh: Mirco Lazzari
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments