Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Reactions

MotoGP ajarkan Luthi hadapi Moto2

Kesulitan saat balapan MotoGP rupanya menjadi pembelajaran bagi Thomas Luthi dalam menghadapi pertarungan Moto2 musim 2019.

Thomas Luthi, Intact GP

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Setelah 11 musim berkompetisi di kategori 250cc/Moto2, Luthi akhirnya naik kelas ke MotoGP pada 2018. Sayangnya, selain sulit beradaptasi dengan motor Marc VDS Honda, ia juga terjebak dalam konflik internal antar pemilik tim Marc van der Straten dan bos tim Michael Bartholemy.

Luthi mengakhiri karier MotoGP tanpa torehan satu poin pun. Saat bersamaan, Marc VDS tak masuk daftar peserta kelas premier 2019, menyebabkan pembalap veteran asal Swiss itu harus bekerja keras mencari tim balap.

Nasibnya beruntung, Dynavolt Intact GP merekrut Luthi, sekaligus memasangkannya dengan Marcel Schrotter. Dan hanya butuh tiga seri, ia berhasil memenangi Moto2 Amerika di Circuit of The Americas (COTA) akhir pekan lalu.

“Balapan di MotoGP seperti sesuatu yang terbuat dari banyak batu bata, yang akhirnya harus bersama untuk mencapai tujuan. Ini adalah upaya tim, (tetapi) Anda juga harus percaya pada diri sendiri,” ucapnya.

“Ini adalah olahraga mental dan olahraga tim. Saya kira inilah perbedaan terbesar. Tahun lalu itu sangat sulit karena tim berantakan, dan lagi pula itu tantangan besar bagi saya dengan motor di MotoGP. (Pada) akhirnya itu (menjadi) misi mustahil.

“Saya harus melupakannya, bekerja keras selama musim dingin, fokus, dan saya menemukan tim baru di mana orang-orang benar-benar percaya pada saya dan ini adalah motivasi besar bagi saya. Akhirnya, inilah hasilnya.”

Baca Juga:

Momen kembalinya Luthi berbarengan dengan diperkenalkannya mesin tiga silinder Triumph 765cc – menggantikan Honda yang berkapasitas 600cc – serta menjadikan tenaga motor lebih menyerupai MotoGP.

Ditanya apakah ada pelajaran yang dipetik ketika tampil di kelas premier dan kemudian berguna untuk menghadapi Moto2, Luthi menjawab: “Untuk mengendarai motor MotoGP, Anda perlu memikirkan banyak hal, bukan hanya berkendara. Anda perlu memikirkan taktik, dengan semua elektronik dan sebagainya. Cukup sulit.

“Ini hal baik untuk belajar (lagi) di Moto2. Saya tidak akan bilang lebih mudah untuk mengendarai motor Moto2 pada limit; jika Anda mengendarai motor pada limit, (maka) itu pada limit. Tidak peduli sebesar apa motornya, Anda harus punya feeling.

“Itu (MotoGP) adalah sekolah yang bagus tahun lalu, untuk mengendarai motor pada limit dan masih ada ruang dalam pikiran Anda untuk memikirkan taktik dan hal-hal seperti ini. Itu sekolah yang bagus, bukan hanya tentang berkendara – bagaimana mengatur, bagaimana mempersiapkan dan segalanya. Sekolah yang sulit, tetapi sekolah yang bagus.” 

Laporan tambahan oleh Gustavo Roche

Alex Marquez, Marc VDS Racing Thomas Luthi, Intact GP
Alex Marquez, Marc VDS Racing Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Marcel Schrotter, Intact GP, Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Thomas Luthi, Intact GP
Marcel Schrotter, Intact GP, Thomas Luthi, Intact GP, Jorge Navarro, Speed Up Racing
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Raih hasil terbaik, Espargaro lebih bersemangat
Artikel berikutnya Kemajuan pesat Quartararo kejutkan Petronas Yamaha SRT

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia