Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Preview

Preview Moto2 dan Moto3: Siapa saja calon bintang pada 2017?

Berbarengan dengan MotoGP, kelas Moto2 dan Moto3 juga akan dimulai di Qatar, dan diisi sejumlah bintang berpotensial di masa depan. David Gruz memilih 10 pembalap yang diprediksi bakal bersinar pada 2017.

Alex Alex Marquez, Marc VDS

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

 Thomas LuthiThomas Luthi, CarXpert Interwetten

2016 peringkat kedua di Moto2, CarXpert Interwetten2017 Moto2, CarXpert Interwetten

Dengan rekor start ke-166 di kelas 250cc/Moto2, ini waktu yang tepat bagi sang juara dunia 125cc 2005 untuk tampil sebagai penantang serius perebutan titel. Sejak era Moto2 diperkenalkan pada 2010, pembalap Swiss itu berada di peringkat keempat dan keenam – hingga musim lalu di peringkat kedua.

Luthi telah hijrah ke Kalex pada 2015, tepatnya usai skuad Paddock GP diambil alih oleh Technomag. Musim keduanya di atas motor Jerman merupakan terobosan karena ia mampu menembus tiga besar, mencetak empat kemenangan dan mengalahkan Alex Rins, Sam Lowes dan Jonas Folger.

Dengan tiga rookie itu yang telah naik ke kelas premier, ditambah juara dunia Johann Zarco, praktis rival Luthi menghilang dari Moto2 2017. Pengalaman akan dapat memberikan keunggulan bagi Luthi pada musim ini, dan amunisi dalam merebut gelar juara.

 Franco MorbidelliFranco Morbidelli, Marc VDS

2016 peringkat keempat di Moto2, EG 0,0 Marc VDS 2017 Moto2, EG 0,0 Marc VDS

Sejauh ini, karier Morbidelli terbilang meningkat. Dia berkompetisi di Moto2 dengan status juara Superstock Eropa 60cc, dan kerap finsi 10 besar pada debutnya sebagai rookie di Grand Prix. Mengawali musim dengan konsisten, dan bahkan berhasil merebut podium perdana di Indianapolis.

Namun, cedera saat berlatih motocross mengakhiri musimnya lebih cepat dan memaksa dia untuk menempati posisi ke-10 di klasemen akhir musim 2015. Morbidelli lalu bangkit semusim berikutnya dan merebut empat podium dalam 11 balapan terakhir. Ia mengalahkan Lowes, dan hanya terpaut satu poin di belakang Rins pada klasemen akhir 2016.

Kendati belum meraih kemenangan perdana, tentu saja target Morbidelli adalah lebih dari itu. Bersama tim yang pernah sukses mengantarkan Tito Rabat juara dunia Moto2, tak pelak menjadikan ia kandidat favorit dalam perebutan titel.

 Alex MarquezAlex Alex Marquez, Marc VDS

2016 peringkat ke-13 di Moto2, EG 0,0 Marc VDS | 2017 Moto2, EG 0,0 Marc VDS

Ia memang belum menyamai pencapaian sang kakak, tapi tentu saja tetap terbuka peluang bahwa Marquez akan naik ke kelas MotoGP.

Debutnya sebagai rookie pada 2015 tak spektakuler. Kendati datang dengan status juara dunia Moto3 2014, tekanan untuk mengimbangi kakak laki-lakinya terlihat jelas di trek. Pada pertengahan 2016, ia membuat peningkatan kecil dan lalu berhasil merebut podium kedua di Aragon.

Marquez kini memiliki peluang sempurna untuk berada di barisan depan. Hasil tes pramusimnya menjanjikan. Dia tercepat di Jerez dan menempati posisi ketiga di Qatar, level konsistensi yang hanya disamai oleh rekan setimnya, Morbidelli.

Jika ia mampu muncul sebagai kandidat favorit perebutan titel, atau bahkan mengalahkan Morbidelli, maka dijamin pembalap Marc VDS itu akan langsung promosi ke MotoGP musim depan.

 Miguel OliveiraMiguel Oliveira, Red Bull KTM Ajo

2016 peringkat ke-21 di Moto2, Leopard Racing | 2017 Moto2, Red Bull KTM Ajo

Sebenarnya, sedikit aneh memasukkan nama Oliveira dalam daftar ini. Butuh lima tahun bagi pembalap berusai 22 tahun itu untuk bertarung demi tahta Moto3, atau bahkan berebut kemenangan. Ditambah, ia hanya menempati peringkat ke-12 pada debutnya sebagai rookie Moto2 musim lalu.

Namun, jika melihat lebih dekat pada hasil balapannya, maka akan memberikan gambaran berbeda. Ia merupakan penantang reguler saat berstatus rookie Moto3, dan menghabiskan dua musim bersama motor Mahindra. Ketika skuad KTM Ajo merekrutnya untuk 2015, ia hampir tidak terkalahkan hingga akhir musim dan hanya kalah enam poin dari Danny Kent.

Sayangnya, pembalap Portugal itu tidak dapat mengulangi performa pada musim pertamanya di Moto2 2016. Hanya tiga kali ia finis 10 besar, dengan posisi kedelapan sebagai hasil terbaiknya. Kendati demikian, itu juga dipengaruhi faktor kesulitan yang dialami skuad Leopard Racing.

Pada 2017, Oliveira bereuni kembali dengan Ajo dan KTM, di mana pabrikan Austria ini memasuki kelas intermediate untuk pertama kalinya. Ia akan balapan dan melawan rekan setim, yang merupakan juara dunia Moto3 2016, Brad Binder.

Jika Oliveira mampu di posisi teratas, maka ia akan mendapati dirinya sebagai calon rookie MotoGP dalam waktu yang akan datang.

 Jorge NavarroJorge Navarro, Federal Oil Gresini Moto2

2016 peringkat ketiga di Moto3, Estrella Galicia 0,0 | 2017 Moto2, Federal Oil Gresini

Dengan hijrahnya Rins ke MotoGP, maka pengganti sebagai talenta besar Spanyol berikutnya di Moto2 adalah Navarro. Sebagai rookie pada 2015, ia tidak butuh waktu lama untuk tampil impresif – melampaui rekan setim Fabio Quartararo – dan menjadi rookie Moto3 berperforma terbaik sejak Rins.

Pada 2016, Navarro merupakan rival utama Binder. Usai merebut kemenangan perdana di Catalunya, ia mengalami cedera patah kaki dan harus absen di Assen. Ia lalu tidak finis sebanyak enam kali dari 10 balapan terakhir. Kemenangan kedua di Aragon mengantarkannya di peringkat ketiga pada klasemen akhir.

Hanya dalam waktu dua tahun, Navarro matang dan menjadi salah satu pembalap lengkap di Moto3, di mana ia bertarung dan mengalahkan rival yang lebih berpengalaman. Kepindahannya ke Moto2 dianggap masuk akal, dan ia menggantikan Sam Lowes di Gresini Racing.

Jika segalanya berjalan sesuai rencana, mungkin Navarro akan membuat pergerakan sama di akhir musim nanti.

 Fabio QuartararoFabio Quartararo, Pons HP 40

2016 peringkat ke-13 Moto3, Leopard Racing | 2017 Moto2, Pons Racing

Dua tahun lalu, Quartararo disebut-sebut sebagai anak ajaib, usai kesuksesannya memenangi CEV Moto3 pada usia 15 tahun.

Ketika pada 2016 ia pindah ke skuad Leopard Racing, Quartararo diharapkan dapat tampil apik. Sayang, musimnya mengecewakan. Ia tak meraih hasil cukup untuk mendekati podium. Yang mengejutkan, ia justru dikalahkan rekan setim dan rookie Joan Mir.

Tapi itu tak menghentikan Sito Pons untuk menggaet Quartararo sebagai pengganti Rins di skuad Moto2 2017. Kali ini, ekspektasi terhadapnya akan sedikit berkurang. Dan ia dapat memanfaatkannya sebagai proses untuk matang dan mempersiapkan gebrakan pada 2018.

 Enea BastianiniEnea Bastianini, Estrella Galicia 0,0

2016 peringkat kedua di Moto3, Gresini Racing Moto3 | 2017 Moto3, Estrella Galicia 0,0

Dengan keberhasilan menempati peringkat ketiga pada 2015 dan peringkat kedua pada 2016 di klasemen akhir, maka hanya satu target yang ditetapkan Bastianini pada musim 2017.

Pembalap muda Italia itu merebut gelar Rookie of the Year Moto3 pada 2014, dan semusim berikutnya muncul sebagai rival Kent dan Oliveira. Ia juga tampil impresif dengan keberhasilan merebut pole position sebanyak empat kali dan satu kemenangan di Misano.

Performa meningkat pada 2016, di mana ia merupakan rival utama Binder pada perebutan gelar juara. Sayangnya, perolehan poin Bastianini terpaut sangat jauh. Alhasil, ia pun menempati peringkat kedua di klasemen akhir.

Bastianini telah membuktikan dirinya sebagai pembalap konsisten, dengan hanya tujuh kali tidak finis balapan selama tiga musim membalap di kelas Moto3. Ia seharusnya mampu tampil kencang pada musim ini, agar membuka jalan ke gelar juara.

 Joan MirJoan Mir, Leopard Racing

2016 peringkat kelima di Moto3, Leopard Racing | 2017 Moto3, Leopard Racing

Pada 2016, Moto3 mencatat performa kuat dari para rookie. Khairul Idham Pawi, Nicolo Bulega, Aron Canet, Fabio Di Giannantonio dan Bo Bendsneyder.

 

Namun, Joan Mir mampu melampaui para rival sesama rookie. Ia unggul di setiap aspek, dan tampak memiliki paket lengkap meski belum berpengalaman. Ia mencetak pole position dan dua lap tercepat, serta kemenangan di Red Bull Ring. Dan ia juga hanya tercatat dua kali finis di luar 10 besar.

 

Secara teori, Mir tidak butuh banyak peningkatan untuk menjadi penantang titel, tapi para rivalnya kini telah meningkatkan level persaingan dan dapat menyulitkannya. Akan menarik untuk melihat bagaimana Mir merespons tantangan di hadapannya.

 Nicolo BulegaNicolo Bulega, Sky Racing Team VR46

2016 peringkat ketujuh di Moto3, Sky Racing Team VR46 | 2017 Moto3, Sky Racing Team VR46

Sejak tim balap milik Valentino Rossi, Sky Racing Team VR46, meramaikan kelas Moto3 pada 2014 – telah lahir sejumlah talenta Italia, seperti Romano Fenati dan Francesco Bagnaia. Namun, tim balap itu baru menonjol lewat performa impresif Bulega pada musim lalu.

Juara CEV Moto3 2015 itu langsung mampu tampil kencang dan mengungguli rekan setim Fenati. Hanya butuh empat balapan bagi Bulega untuk merebut pole position di Jerez dan berhasil finis kedua.

Hasil kualifikasi yang kuat juga dilanjutkan hingga akhir musim, tapi performa saat balapan kurang konsisten. Tapi tetap saja, ia dianggap tampil apik, karena hanya satu kali tidak finis dalam 13 balapan pertama. Pendekatan yang lebih agresif diterapkannya, dan berbuah podium, serta tiga kali tiga finis.

Bulega tercepat dalam tes pramusim pertama di Jerez. Namun, pertanyaan besarnya, apakah ia mampu mengubah kecepatannya menjadi hasil kuat pada musim ini.

 Romano FenatiRomano Fenati, Marinelli Rivacold Snipers

2016 peringkat ke-10 di Moto3, Sky Racing Team VR46 | 2017 Moto3, Marinelli Rivacold Snipers

Fenati membuang peluang emas untuk menjadi penantang kuat perebutan gelar juara musim lalu, ketika ia didepak Sky Racing Team VR46 karena perilakunya yang buruk.

Tak perlu diragukan bahwa ia merupakan salah satu talenta besar di Moto3 sejak debut pada 2012. Sejauh ini, perjalanan karier balapan termasuk untuk berebut kemenangan. Namun, rupanya itu tidak pernah cukup. Ia konsisten, tapi tidak cukup kencang.

Berhasil meraih kemenangan di Austin, tapi Fenati lalu tidak mampu meladeni perlawanan Binder. Ditambah sikapnya yang boleh dibilang meledak-ledak, menjadi penghalang bagi Fenati untuk memaksimalkan talenta.

Kendati demikian, Fenati tampil menjanjikan dalam tes pramusim kedua di Qatar, bersama tim anyarnya Marinelli Rivacold Snipers.

Bisakah Fenati, untuk akhirnya, menjadi penantang titel Moto3 musim ini?

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tes Moto2 Qatar: Nakagami memimpin, Syahrin keempat
Artikel berikutnya Moto2 Qatar: Franco Morbidelli rebut kemenangan perdana

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia