Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Romano Fenati Pertimbangkan World Supersport dan Moto3

Pemenang 13 Grand Prix Romano Fenati terlihat di Magny-Cours pada akhir pekan lalu terkait penjajakan untuk turun di World Supersport (WSSP).

Romano Fenati, Speed Up Racing

Romano Fenati, Speed Up Racing

Gold and Goose / Motorsport Images

Romano Fenati pernah menjadi salah satu pembalap muda berbakat di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Saat debut lomba Kejuaraan Dunia Moto3 pada 8 April 2012 di Losail, Qatar, Fenati langsung mampu finis P2, empat detik di belakang sang pemenang Maverick Vinales.

Fenati yang kala itu baru berusia 16 tahun, langsung mampu memimpin klasemen Moto3 begitu memenangi putaran kedua di Jerez, Spanyol. Dalam kondisi lintasan basah-kering, Fenati mampu menang dengan margin lebih dari 36 detik atas Luis Salom di P2.

Saat itu, banyak yang membandingkan pembalap asal Italia itu dengan sederet nama top, salah satunya Loris Capirossi yang memenangi gelar juara dunia kelas 125cc (kini Moto3) pada 1990 saat statusnya masih rookie. Kala itu, Capirossi juga masih berusia 16 tahun.

Setelah kemenangan di Jerez, Fenati berhasil merebut dua podium lagi untuk mengakhiri musim perdananya di Moto3 pada 2012 itu di peringkat keenam.

Sejak 2012, Fenati sudah berhasil merebut 13 kemenangan, 29 finis podim, serta tujuh kali start dari posisi terdepan alias pole position di Kejuaraan Dunia Moto3.

Namun, Fenati kemudian dua kali melakukan tindakan bodoh yang hampir mengakhiri kariernya. Pada 2016, Fenati berulang kali berselisih dengan timnya, VR46 Racing. Ujungnya, ia diputus kontrak menjelang GP Austria dan tidak bisa berlomba sampai akhir musim karena tidak memiliki tim.

Pada 2018, karier Fenati mencapai titik terendah ketika turun di Moto3 San Marino. Saat berduel dengan kompatriotnya Stefano Manzi, Fenati menarik tuas rem motor Manzi di trek lurus sehingga hampir terjatuh. Fenati pun didiskualifikasi dari balapan.

FIM lalu menjatuhkan larangan turun di dua balapan berikutnya. Timnya, Marinelli Snipers, juga memutuskan kontrak. Surat izin balap Fenati pun dibekukan selama setahun dan kemudian direvisi hanya enam bulan.

Romano Fenati, Speed Up Racing

Romano Fenati, Speed Up Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Fenati memulai musim 2022 dengan memperkuat tim Speed-Up Racing di Moto2. Tetapi, pemilik tim Luca Boscoscuro mendepaknya setelah hanya enam kali turun dengan alasan performa tidak memenuhi ekspektasi.

Sejak saat itu Fenati hanya berada di rumah. Menariknya, pengganti Fenati di Speed-Up, Alfonso Lopez, kemudian berhasil menang di Misano, San Marino.

Pada akhir pekan lalu, Fenati terlihat berada di Sirkuit Magny-Cours, Prancis, yang tengah menggelar lomba World Superbike (WSBK) berikut seri pendukungnya, WSSP.

Fenati terlihat melakukan percakapan panjang dan serius dengan bos tim satelit Kawasaki, Manuel Puccetti, yang hingga kini baru memiliki Can Oncu untuk WSSP musim 2023 nanti.

Fenati juga berbicara dengan bos Yamaha Racing Eropa Andrea Dosoli serta pemilik CM Racing-Ducati, tim di WSSP, Manuel Cappelletti.

Semua tahu, jika memiliki motivasi bagus, Romano Fenati bisa sangat cepat. Namun, pasti akan selalu ada risiko putus kontrak di tengah jalan jika bekerja sama dengan pembalap yang secara mentalitas selalu berubah-ubah.

Baca Juga:

“Fenati ingin bicara dengan saya soal Superbike karena ia kira Moto2 serupa dengan Superbike,” ucap Puccetti seperti dikutip Speedweek.com.

“Saya merekomendasikannya agar turun dulu di Supersport agar bisa beradaptasi dengan ban Pirelli dan seperti apa persaingan di kejuaraan ini.

“Selain itu, hampir seluruh tim top sudah terisi. Turun dengan tim-tim privat akan menyulitkannya. Anda bisa melakukan itu saat menjelang akhir karier.”

Di kelas Supersport, Puccetti berencana memperpanjang kontrak Yari Montella, yang kini berada di P7 klasemen (Oncu P4), setahun lagi. Dengan begitu, Fenati dan pembalap lain yang ingin bergabung, untuk sementara menjadi plan B di kepala Puccetti.

Puccetti juga mengaku tidak terlalu terganggu dengan skandal-skandal yang pernah dilakukan Romano Fenati di paddock Kejuaraan Dunia Balap Motor. Menurut Puccetti, tidak seharusnya karier seorang pembalap dihambat karena sikapnya yang buruk di masa lalu.

“Setiap orang memiliki kesempatan kedua dalam hidup. Ia menyadari bahwa itu salah. Saat sudah memahami dan meminta maaf, saya respek lagi terhadapnya,” ucapnya.

Romano Fenati belum benar-benar ingin beralih ke World Supersport. Pasalnya, ia juga masih menjadi opsi menarik bagi tim-tim Moto3 untuk 2023, menyusul performa impresifnya saat kali terakhir turun di kelas lightweight pada 2021 bersama Sterilgarda Husqvarna Max.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil FP1 Moto2 Aragon: Fernandez Dominan, Ogura-Vietti Tercecer
Artikel berikutnya Hasil FP2 Moto2 Aragon: Canet Bikin Gebrakan, Vietti Crash

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia