Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Tragedi di balik kesuksesan Morbidelli juara dunia Moto2

Tak ada yang mengetahui, bahwa dalam perjalanan menuju titel Moto2, Franco Morbidelli harus menghadapi tragedi kehilangan ayahnya pada empat tahun lalu.

Third place and champion Franco Morbidelli, Marc VDS

Gold and Goose / Motorsport Images

Third place and champion Franco Morbidelli, Marc VDS

Juara dunia Moto2 2017, Franco Morbidelli, Marc VDS

Foto oleh: Gold and Goose / LAT Images

Ketika rival Thomas Luthi mundur dari balapan Sepang, Morbidelli ditahbiskan sebagai juara dunia, pembalap Italia pertama sejak Valentino Rossi pada 2009, serta yang pertama di kategori intermediate sejak mendiang Marco Simoncelli musim 2008.

Namun, perjalanan menuju gelar yang didambakan – pertama untuk VR46 Riders Academy – tidaklah mudah bagi putra mantan pembalap, Livio dan wanita asal Brasil, Cristina.

Morbidelli mewarisi kecintaan pada balap dari sang ayah, sedangkan ibunya menurunkan hobi sepak bola, serta bakat untuk kemampuan berbahasa asing dan sikap tenang.

Ketenangan itu, mungkin, adalah apa yang membuatnya bisa melupakan, bahwa ia sudah menjadi juara dunia Moto2 setelah Luthi absen balapan, di mana Morbidelli finis ketiga.

“Momen euforia benar-benar pendek, tiga atau empat detik,” tuturnya.

“Saya sangat senang saat mereka mengatakan saya akan menjadi juara dunia. Tapi sekali lagi, tekanan akhir pekan datang, dan semua hal yang Anda pikirkan juga datang selama balapan akhir pekan.

“Saya fokus kembali dengan cepat, hanya memikirkan balapan. Tanpa tekanan kejuaraan, Anda berkendara lebih baik, dan Anda juga lebih mengalir.”

Selebrasi juara dunia dirayakan Morbidelli tepat seusai melewati garis finis. Rossi menjadi yang pertama menyambutnya.

Pembalap Marc VDS itupun merayakan kegembiraan atas kesuksesan berkat kerja keras dan pengorbanan hingga mencapai tingkat ini.

Livio Morbidelli adalah pembalap motor, runner-up di kejuaraan Italia 80cc dan 125cc. Sang ayah membuatkan Morbidelli motor kecil ketika berusia dua tahun, menandai langkah pertama dalam perjalanan menuju dunia balap.

Walaupun putranya bertalenta, Livio tidak punya sumber daya untuk mendukung karier Morbidelli dan tidak tahu di mana bisa belajar menjadi pembalap profesional, sampai seorang teman lama, Graziano Rossi – ayah Valentino – bercerita tentang Tavullia.

Graziano menjelaskan apa yang terjadi di ‘La Cava’, trek di mana orang-orang seperti Rossi, Simoncelli dan Andrea Dovizioso balapan. Itu adalah cikal bakal 'Ranch VR46' yang sejak saat itu menjadi pusat dari VR46 Riders Academy.

Pindah ke Tavullia

Livio menjual rumah keluarganya di Roma dan pindah ke Tavullia. Perlahan namun pasti, Morbidelli terlibat dalam kompetisi balap dan mulai menunjukkan kemampuannya.

Begitu mengesankannya eksploitasi Morbidelli di atas motor pada 2006, saat berusia 11 tahun, sebuah kontrak pengembangan dengan tim Pramac D'Antin MotoGP ditandatanganinya.

Sayang, proyek ini menjadi sia-sia belaka dan keluarga Morbidelli tidak mendapatkan uang yang dijanjikan. Akan tetapi, kemunduran itu tidak mencegah sang pembalap untuk terus berprestasi.

Pada akhirnya, Morbidelli mencapai langkah logis, yakni turun pada ajang CEV 125cc yang berbasis di Spanyol, batu loncatan terakhir untuk kejuaraan dunia. Namun, ini membutuhkan uang yang tidak dimiliki Livio.

Morbidelli berusia 15 tahun saat itu, dan dipaksa absen balapan selama 10 bulan. Setelah itu, ia tampil di kejuaraan Superstock Eropa 600, menempuh jalur yang jauh lebih panjang menuju Grand Prix.

Tepat ketika Morbidelli membuktikan dirinya sebagai salah satu pembalap terdepan, karier balapnya yang masih muda mengalami pukulan lebih besar. Pada 13 Januari 2013, Livio memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri.

Meski menghadapi tragedi yang menyedihkan, Morbidelli mendapat kesempatan dari Federasi Italia, melalui program Team Italia, untuk balapan pada musim ketiganya di Superstock 600 dan mengendarai Kawasaki. Dan ia sukses merengkuh titel.

Pada musim itu pula, Fausto Gresini menawarkan peluang sebagai pembalap pengganti di Moto2 Misano, yang berlanjut pada seri Motegi dan Valencia, serta akhirnya semusim penuh pada 2014 bersama Italtrans. Sisanya adalah sejarah.

“Saya tidak datang dari jalan yang biasa. Saya berasal dari dunia lain dan pada awalnya sulit. Kami tidak tahu apakah itu pilihan yang tepat atau apakah langkahnya terlalu panjang,” kenang Morbidelli.

“Akhirnya dengan gelar juara ini [Moto2], kami menunjukkan, bahwa kami melakukan pilihan yang tepat.”

Musim depan, Morbidelli dan Rossi akan menjadi rival di grid MotoGP. Sang juara dunia Moto2 2017 itu akan promosi ke kelas premier dengan Marc VDS, menjadikannya pembalap pertama VR46 Riders Academy yang debut MotoGP.

Tapi di Sepang, Morbidelli tak lupa untuk memberi penghormatan kepada mentornya, The Doctor.

“Yang saya tahu, saya telah belajar dari dia tentang atmosfernya [MotoGP],” ucapnya sambil menatap ke arah Rossi, dan tersenyum malu-malu.

Franco Morbidelli, Marc VDS
Franco Morbidelli, Marc VDS
Franco Morbidelli, Marc VDS
Franco Morbidelli, Marc VDS
Franco Morbidelli, Marc VDS
Third place and champion Franco Morbidelli, Marc VDS
Third place and champion Franco Morbidelli, Marc VDS
Third place and champion Franco Morbidelli, Marc VDS
Podium: third place Franco Morbidelli, Marc VDS
Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing, Franco Morbidelli, Marc VDS
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Dunlop tetap menjadi pemasok ban Moto2-Moto3
Artikel berikutnya Mir nikmati momen tes pertama Moto2

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia