Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Acosta: Saya Hanya Ingin Jadi Anak Laki-laki Normal

Menarik perhatian dunia balap motor dengan penampilan mengesankan pada debutnya di Moto3, Pedro Acosta rupanya hanya ingin menjadi pribadi yang biasa.

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Gold and Goose / Motorsport Images

Acosta mengejutkan para pembalap kelas premier, setelah aksi sensasionalnya ketika memenangi balapan dari pit lane di Moto3 Doha.

Setelah itu, ia terus meraih kemenangan, hingga alami kesulitan di Le Mans, yang mana lomba berlangsung dalam kondisi trek basah.

Gagal mencetak podium dalam tiga balapan terakhir, membuat performa pembalap Red Bull KTM Ajo itu mulai dipertanyakan.

Kendati demikian, Acosta menegaskan dirinya hanya seorang pembalap biasa dan masih perlu banyak belajar.

“Saya anak laki-laki yang baik hati. Saya tidak suka memiliki masalah dengan orang lain dan saya lebih tenang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya hanya ingin menjadi anak laki-laki normal,” kata Acosta kepada MotoGP.com.

Acosta juga mengejutkan para pembalap senior, karena gaya balapnya yang old school. Semua itu didapatkannya berkat sang ayah yang telah mengenalkannya ke balap motor sejak usia dini.

Pada usia 3 tahun, ayahnya memperkenalkannya pada motocross. Dua tahun kemudian, ia beralih ke road race.

“Saya lebih menyukai road race. Perasaannya tidak bisa digambarkan, saya sangat menyukainya ketika pertama kali memulainya. Sedangkan saya merasa motocross terlalu berbahaya,” ucapnya.

Baca Juga:

Tahun lalu, Acosta keluar sebagai jawara Red Bull MotoGP Rookies Cup, dan saat ini jadi salah satu pembalap paling menakutkan. Namun, ia pernah berada di momen sulit, di mana ia harus berjuang menemukan tim baru pada 2018.

Setelah itu, Acosta mulai membenahi sikapnya dan gaya balapnya agar bisa menjadi seorang pembalap terbaik di masa depan.

“Saya pantang menyerah dan hanya ingin kemenangan. Saya harus belajar bahwa posisi kedua bukanlah sebuah musibah. Saya sering mengambil risiko besar dan berakhir di rumah sakit. Saya sadar itu bukan cara terbaik,” ujarnya.

“Balapan sangat mudah jika Anda tetap tenang dan saya belajar berpikir tentang motor balap.

“Saya merasa lebih mudah bersama KTM Ajo. Anda mendapatkan perhatian, lebih banyak mekanik yang dapat menuntun Anda menemukan setelan yang tepat.”

Saat ini, Acosta memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 39 poin. Pun begitu, ia tak ingin memikirkan titel dan lebih fokus melakoni setiap balapan.

“Terkadang tekanannya sangat besar, terkadang kecil. Saya melangkah dari satu balapan ke balapan lainnya. Tidak ada alasan untuk memikirkan gelar, karena ketika saya melakukannya maka akan membuat kesalahan,” tuturnya.

“Sekarang masih Juni, setidaknya balapan hingga November. Kami akan melihat apa yang terjadi. Jika saya dipromosikan ke Moto2, saya akan sangat senang.

“Saya bisa tampil baik di atas motor itu, karakternya cocok dengan gaya balap saya. Tapi saya juga masih harus belajar banyak di kelas Moto3.”

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tiga Kali Gagal Podium, Sinar Acosta Mulai Meredup?
Artikel berikutnya Darryn Binder Harapkan Tak Bergantung pada Slipstream

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia