Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Gegara Anti Sosial Media, Acosta Bisa Fokus Kejar Juara Dunia

Tidak seperti remaja lain yang terikat dengan media sosial, Pedro Acosta malah anti dengan interaksi di jagad maya. Ini membuatnya bisa fokus mengejar prestasi.

Race winner Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Rider Red Bull KTM Ajo merayakan ulang tahun ke-17 pada 25 Mei mendatang. Hari itu akan terasa istimewa kalau ia kembali naik podium puncak di Mugello.

Menariknya, remaja tersebut justru merasa tak ada yang berbeda. Ia hanya akan bekerja seperti biasa.

“Le Mans akan jadi satu balapan lagi, dalam dua pekan, saya akan berumur 17 dan yang saya lakukan adalah lanjut bekerja seperti biasa,” katanya dalam podcast Por Orejas Motorsport.com.

“Sudah biasa kalau Anda berada di kejuaraan dunia dan berhasil, konsentrasi bisa terjadi pada penampilan buruk, Anda dapat lebih memperhatikan hal-hal lain yang Anda tidak perlu perhatikan. Tapi saya kira, tidak menyukai jejaring sosial, sangat membantu karena bisa fokus pada diri sendiri.

“Mereka mengulang-ulang, saya berkonsentrasi pada balapan sebab ini satu-satunya tujuan hidup saya. Dikombinasikan dengan fakta bahwa saya tidak suka media sosial, saya kira itu sangat membantu.”

Berbeda dengan pembalap lain yang jatuh cinta pada kendaraannya sejak pertama kali dikenalkan, Acosta justru membenci motor saat kecil. Ia mesti dipaksa masuk sekolah balap milik Francisco Marmol, yang jadi pelatihnya hingga sekarang.

Baca Juga:

“Pertama-tama, saya tidak suka motor. Tapi kemudian, saya masuk sekolah Paco, lalu merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya dan itu memikat saya. Tidak ada momen di mana Anda sadar bahwa Anda bagus pada sesuatu, Anda harus membiarkan itu tumbuh sendiri. Jika itu muncul, ok, dan kalau tidak, ok juga,” ia menandaskan.

“Paco, pelatih saya, sudah seperti kakak. Dari November ke Maret, saya hanya pulang ke rumah orang tua pada akhir pekan. Dia tinggal di Murcia, rumahnya dekat sirkuit, setiap pagi, ibu mengantar saya ke sana pulang pergi. Itu merepotkan. Dalam 10 tahun terakhir, saya lebih banyak berada di rumah dia daripada rumah saya.”

Menghabiskan banyak waktu untuk bepergian dan berkompetisi tak membuat Acosta stres. Juara Red Bull Rookies Cup 2020 itu berpikir balapan adalah salah satu hobi.

“Banyak orang di paddock berkata kalau mereka punya hobi lain dan menjadi pembalap adalah pekerjaan. Saya tidak berpikir bahwa saya bekerja, bagi saya, latihan motor lima jam bukan bekerja. Ini seperti pergi ke taman untuk anak-anak,” tuturnya.

“Ini adalah Dunia Ego, Anda tidak harus mempercayainya, tapi Anda harus tahu bahwa Anda di sana untuk memperjuangkan sesuatu. Setiap yang orang katakan kepada Anda harus ditelan, itu bisa membantu. Setiap kali saya balapan, saya pikir, ‘Jika seseorang membuang 45 menit dalam hidupnya untuk menonton saya balapan, setidaknya saya harus memberi semampu saya. Ada hari di mana jadi bagus dan kadang buruk, tapi saya selalu keluar balapan dengan mentalitas memberi semuanya.

“Dari November ke Maret, saya lima atau enam hari sepekan di sirkuit karena saya tidak suka melakukan apa pun kecuali naik motor. Saya fokus pada itu. Saya juga suka naik sepeda gunung, berhubungan dengan motocross. Hanya sedikit hal yang saya sukai tidak berhubungan dengan motor.”

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Berbeda dengan pembalap seusianya yang mengidolakan Valentino Rossi, Marc Marquez atau rider MotoGP yang lebih muda, Acosta menggemari Kevin Schwantz.

“Ayah saya berada pada era itu dan ingatan pertama saya menonton video Mick Doohan, Wayne Rainey dan Schwantz, balapan tersebut spektakuler dan mereka mencuri atensi,” ujarnya.

“Saya juga menyukai Casey Stoner dan Marquez, mereka menandai sebuah era. Saya menyukai gayanya sangat mirip dengan saya. Saya kira itu akan membantu saya.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Aki Ajo Yakin Masia Bisa Geser Acosta dari Puncak Klasemen
Artikel berikutnya Fenati Harus Memperbaiki Hal Ini jika Ingin ke Moto2

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia