Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pedro Acosta: Musim Ini, Saya Sering Menang dan Banyak Merusak Diri

Pedro Acosta tak bisa berhenti berterima kasih kepada tim dan orang terdekatnya setelah mengunci juara dunia Moto3 2021. Ia sudah tahu bisa merebut gelar bergengsi di Portimao.

Race winner and World Champion Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Rider Red Bull KTM Ajo tersebut mendapatkan titel di usia 17 tahun 166 hari. Ia gagal mematahkan rekor Loris Capirossi yang meraihnya, sehari lebih muda.

Kendati demikian, Acosta menyamai prestasi Capirossi sebagai debutan yang langsung juara dunia kelas 125 cc pada 1990.

Pembalap asal Mazarron, Spanyol, menutup kualifikasi di urutan ke-14. Melihat kans mengamankan gelar sangat kecil dengan Dennis Foggia P4, tim Aki Ajo bergerak mencari setelan bagus sehingga membantu Acosta lari kencang.

Saat warm up, pembalap tersebut merasa lebih nyaman di atas motor dari sebelumnya. Ia pun optimistis bisa menang sekaligus juara. Kebetulan Foggia jatuh dan tak bisa menuntaskan balapan.

“Sejak Jumat, saya sudah mengatakan bahwa sukses itu bisa terjadi di sini karena dengan perbaikan yang dibuat di Misano, saya sangat nyaman,” ujarnya dikutip dari AS.

“Saya mendapatkan lagi feeling ketika mengerem di mana kelemahan kami musim ini. Kalau ada sirkuit untuk melakukannya, ini sirkuit tepat.

“Sabtu, tidak menggambarkan bagaimana itu terjadi, karena kami bekerja keras mencari ritme dan saya kira hari ini sudah ditunjukkan. Start dari belakang, kami sangat kencang. Saya tidak membayangkan hari lebih baik.”

Acosta mengenang bagaimana perjuangannya hingga sampai di titik ini. Bermula dari juara Red Bull Rookies Cup, ia sempat tak menemukan tim untuk bisa naik ke jenjang lebih tinggi.

Baca Juga:

Aki Ajo tiba-tiba memberikan kesempatan bergabung. Pertaruhan itu dibayar dengan trofi juara dunia.

“Saat melakoni lap selebrasi, saya tidak berpikir apa-apa, hanya menangis. Sekarang, saya tidak merasakan apa pun dan sedikit terguncang. Pada lap terakhir, saya mengeluarkan segalanya seolah ini balapan akhir musim,” Acosta mengisahkan.

“Kurang dari setahun lalu, saya pergi tanpa punya tim. Orang-orang tidak tahu itu. Lalu, Aki dan Red Bull datang. Mereka tidak hanya memberi sebuat tim, tapi juga keluarga yang memercayai saya sejak pertama kali naik motor.

“Mereka makin yakin saat saya mulai menang, meski tidak berjalan baik di pertengahan musim. Mereka tak pernah kehilangan senyuman. Itu kenapa saya sebut tidak menjuarai kompetisi sendiri, seluruh elemen tim memenanginya.

Meski merebut juara atas nama Red Bull KTM Ajo, Acosta tak melupakan jasa semua orang yang berperan sejak awal kariernya.

“Jadi kemenangan ini, saya dedikasikan untuk mereka, keluarga, dua tau tiga sahabat, kelompok dari Rookies Cup, tim FIM CEV saya. Pada akhirnya, ini semua terjadi berkat mereka,” tuturnya.

“Tahun ini, sangat naik turun. Ada saat sangat sulit dengan punggung saya dan sekarang saatnya beristirahat. Valencia segera datang dan sekarang, saya berpikir untuk tahun depan.”

Pemenang balapan and juara dunia Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Pemenang balapan and juara dunia Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Kemenangan itu membuat Acosta mengamankan kontrak ke Moto2 dan dalam tiga tahun diproyeksikan bisa promosi ke MotoGP.

Anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut mengaku tak punya target dalam musim perdana di Moto2. Pasalnya, ia belum tahu situasi sesungguhnya di level itu.

“Saya tidak mengharapkan apa pun. Saya ingin menjalani tes. Saya kira dengan postur dan berkendara, kami bisa melakukan lebih baik,” ia mengungkapkan.

“Saya pembalap agresif, tapi saya kira tidak berbeda jauh dari lainnya. Setiap pembalap punya metode sendiri, orang-orang di sekitarnya. Tapi satu hal, yang membantu saya lebih matang adalah orang-orang yang tak memperbolehkan saya menurunkan kaki ke tanah. Mereka mengatakan terus terang apa yang mesti dikatakan.

“Ini adalah tahun di mana saya banyak menang, tapi juga telah banyak merusak diri sendiri. Saya telah mengompensasi balapan di Assen dan Austin, dari mengoyak bibir setiap hari saat latihan dan berakhir dengan muntah.

“Paco Marmol (pelatih Acosta) sering memaki saya saat latihan. Dia bilang, ‘Lebih baik kami mengalami momen buruk di sini, cedera, menderita, tapi kemudian siap untuk balapan.’ Sungguh penting punya seseorang di sebelah Anda dan mengatakan sesuatu baik atau buruk dengan jelas.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Performa Impresif dan Karier Cepat Pedro Acosta
Artikel berikutnya Rekor Ciamik Juara Dunia Moto3 2021 Pedro Acosta

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia