Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Simoncelli Kecam Keputusan Steward di MotoGP Portugal

Prinsipal Sic58 Squadra Corse, Paolo Simoncelli, mengecam stewards di Moto3 yang rajin memberi penalti untuk kesalahan apa pun.

Paolo Simoncelli

Foto oleh: Marco Simoncelli Foundation

Prinsipal Sic58 Squadra Corse, Paolo Simoncelli, mengecam stewards di Moto3 yang rajin memberi penalti untuk kesalahan apa pun.

Para pembalap Moto3 yang rata-rata masih belia memiliki semangat menggebu. Mereka saling mengawasi dan mengincar ban belakang yang kencang dan slipstream terutama saat kualifikasi. Agar lebih bisa dikontrol, steward memberikan banyak penalti.

Keputusan tersebut tak selalu disukai para petinggi tim. Di Moto3 Portugal, akhir pekan lalu, mereka terlibat perdebatan panas dengan pimpinan steward FIM (Federasi Motor Internasional), Freddie Spencer serta rekannya, Bill Combow dan Raffaele De Fabritiis.

Diskusi tersebut berbuah penalti terhadap Darryn Binder (Honda) dan Deniz Oncu (KTM) berupa start dari pit lane. Pembalap muda KTM tersebut baru boleh keluar lima detik setelah balapan dimulai, namun ia berhasil mencuri satu poin. Sebaliknya, adik rider MotoGP, Brad Binder, pulang dengan tangan hampa.

Baca Juga:

Beberapa tim didenda 1.000 euro (sekitar Rp17,5 juta) setelah disinyalir mengirim pembalap saat bersamaan saat kualifikasi. Keputusan yang membuat Simoncelli geram dan melontarkan serangan verbal kepada Spencer.

“Kepala steward balapan masih teman saya, Freddie Spencer. Mereka memutuskan untuk memberi saya dan tim lain denda seribu euro karena mereka pikir kami sengaja mengirim para pembalap bersama-sama tiga menit sebelum akhir kualifikasi. Itu menimbulkan kelompok besar, seperti saat start balapan,” ujarnya.

“Saya juga bukan penggemar kondisi di mana para pembalap menunggu slipstream dari pembalap tercepat untuk menentukan waktu. Tapi tidak ada aturan yang melarang para pembalap meninggalkan pit ketika mereka mau.

 

Ayah mendiang Marco Simoncelli itu menandaskan kalau denda tersebut menambah beban pengeluaran tim.

“Para pembalap yang seharusnya dihukum, bukannya tim! Kami telah membelanjakan antara 60-70 ribu euro untuk tes PCR pada CEV dan Moto3. Angka ini juga dipertanyakan. Sekarang, ada aturan bodoh dari steward balapan,” ia mengecam.

Simoncelli menuding trio Spencer, Combow dan De Fabritiis yang paling bertanggung jawab atas sanksi tersebut.

“Mereka sangat membantu di kantor mereka. Tak ada yang perlu dibantah. Mereka mendengarkan Anda dan tampaknya, berbagi opini. Tapi pada akhirnya, mereka seperti anak kecil. Ketika Anda membalikkan badan, mereka melakukan apa yang diinginkan,” katanya.

“Karena keputusan mereka, trio ini sekarang jadi topik pembahasan di paddock. Meski mereka kemudian menyadari kesalahan, mereka tak pernah mundur, tapi bersikukuh dengan pilihan pertama. Fantastis!"

Tatsuki Suzuki, Paolo Simoncelli

Paolo Simoncelli mit seinem Fahrer Tatsuki Suzuki

Foto: LAT

Musim lalu, para pembalap Moto3 diancam sanksi lebih keras kalau mereka melambat di jalur dan menghalangi seseorang. Pembagian Q1 dan Q2 tak berpengaruh terhadap padatnya lalu lintas di bagian akhir.

Simoncelli memberi saran, “Satu-satunya aturan yang dapat mencegah situasi itu adalah mengirim pembalap keluar pit lane setiap lima detik. Atau, melakukan Superpole yang sangat dibenci.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Rekor Lap Tak Cukup Bantu Rodrigo
Artikel berikutnya Aki Ajo: Saya Suka Gaya Old School Acosta

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia