Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

5 Hal Krusial dari Kemenangan Fabio Quartararo di Barcelona

Kemenangan Fabio Quartararo pada GP Catalunya, Minggu (5/6/2022) lalu, memiliki sejumlah makna di persaingan perebutan gelar juara dunia MotoGP 2022.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Keberhasilan pembalap tim pabrikan Monster Energy Yamaha MotoGP tersebut menguasai balapan putaran kesembilan, GP Catalunya, memberikan dampak luas bagi El Diablo (julukan Quartararo), Yamaha, dan para pembalap maupun pabrikan lain. Utamanya rival-rival berat pembalap asal Prancis tersebut.

Bagi juara dunia bertahan MotoGP tersebut, sukses di GP Catalunya memang baru menjadi kemenangan kedua musim ini. Sama dengan jumlah kemenangan salah satu rival beratnya, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) dan hanya kurang satu dari raihan pengguna Ducati Desmosedici GP lainnya, Enea Bastianini (Gresini Racing).

Dari sekian banyak dampak krusial dari kemenangan Fabio Quartararo di Circuit de Barcelona-Catalunya, Motorsport.com Indonesia mencoba merangkum lima di antaranya.

Baca Juga:

Mindset Quartararo Makin Kuat

Hasil di GP Catalunya diyakini makin memperkuat gaya dan pola berpikir Quartararo. Ia kian mengukuhkan diri sebagai tipe pembalap yang mampu mengatasi semua masalah, terutama teknis.

El Diablo mengandalkan motor yang inferior, khususnya bila mengacu top speed. Namun, ia mampu menjadi juara dunia tahun lalu dengan motor yang memiliki performa tak jauh berbeda dengan musim ini.

Quartararo tidak hanya cepat, tetapi juga tipe pembalap yang pandai dan sangat perhitungan. Jika tidak memungkinkan merebut finis podium, pembalap berusia 23 tahun itu tidak akan kecewa hanya finis P7, P8, atau P10 sekalipun.

Gelar juara dunia tahun lalu serta sengit dan meratanya kekuatan pembalap musim ini telah mematangkan mindset-nya untuk mengedepankan perhitungan daripada emosi. Meningkatnya kematangan di trek membuatnya berada di posisi seperti sekarang.

Yamaha YZR-M1 Tidak Terlihat Inferior   

Banyak yang menilai, dalam beberapa tahun terakhir Yamaha tertinggal jauh dari para rival untuk urusan power. Akibatnya, pabrikan yang bermarkas di Iwata, Jepang, tersebut kalah top speed dibandingkan dengan Ducati, Aprilia, Honda, KTM, dan bahkan Suzuki.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Motogp.com

Faktanya, dalam dua musim terakhir Yamaha YZR-M1 justru impresif menguasai trek-trek yang selama ini dinilai sulit bagi mereka. Tahun lalu, dua balapan di Lusail berhasil disapu bersih Yamaha (Maverick Vinales di GP Qatar dan Quartararo GP Doha).

Masih tahun lalu, Quartararo membungkam Ducati pada balapan kandangnya setelah memenangi GP Italia di Mugello, trek yang – seperti Lusail – juga selalu menjadi lokasi pemecahan rekor top speed MotoGP. Musim ini, Quartararo berhasil finis P2 di GP Italia.

Sementara di Catalunya, Quartararo dan Yamaha justru mampu menang hingga dua kali dalam tiga tahun terakhir.

Ducati ‘Kalah’

Tanpa mengecilkan performa Aleix Espargaro di atas Aprilia RS-GP, rival utama Quartararo dan Yamaha musim ini bisa dibilang Ducati.

Namun, kendati mampu menempatkan Jorge Martin dan Johann Zarco di podium kedua dan ketiga, Ducati bisa dibilang kalah telak di Catalunya dari Yamaha dan Quartararo. Pasalnya, Martin dan Zarco hanya pembalap tim satelit Ducati, Pramac Racing.

Jika Pecco Bagnaia dan Bastianini tidak mengalami kecelakaan, mungkin hasil lomba Ducati bisa berubah. Tetapi, rekan setim Bagnaia, Jack Miller, tidak mampu berbuat banyak.

Jack Miller, Ducati Team, tidak mampu merangsek ke posisi atas pada lomba MotoGP Catalunya. Utamanya setelah rekan setimnya Francesco Bagnaia mengalami kecelakaan pada lap pertama.

Jack Miller, Ducati Team, tidak mampu merangsek ke posisi atas pada lomba MotoGP Catalunya. Utamanya setelah rekan setimnya Francesco Bagnaia mengalami kecelakaan pada lap pertama.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Selain itu, Martin dan Zarco juga tidak mampu melewati Aleix Espargaro. Bisa dibilang, podium ketiga Zarco tidak lepas dari kesalahan Espargaro yang mengira lomba sudah berakhir pada lap 23 (dari 24 lap balapan).

Karena tak mampu melibas Espargaro hingga satu lap sebelum finis, baik Martin dan Zarco tertinggal sangat jauh dari Quartararo. El Diablo unggul hingga margin 6,473 detik atas Martin di P2.

Ini gap kemenangan terbesar seorang pembalap dalam balapan kering sejak Marc Marquez (Repsol Honda) menguasai MotoGP Australia 2019 (dengan margin 11,413 detik).

Hasil MotoGP Catalunya juga menjadi gap terbesar kemenangan pembalap Yamaha sejak Jorge Lorenzo mendominasi MotoGP Prancis 2016, saat ia mengasapi rekan setimnya, Valentino Rossi, dengan selisih hingga 10,654 detik.

Kepercayaan Diri Para Rival Bisa Menurun

Karena kesalahannya hingga hanya finis P5 (11 poin) di di MotoGP Catalunya, alih-alih podium kedua (20 poin), gap Aleix Espargaro di P2 klasemen dengan Quartararo di puncak kini menjadi 22 poin setelah sebelumnya hanya 8 angka.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Akibat tidak mendapatkan poin karena kecelakaan, Bastianini yang masih berada di P3 klasemen kini tertinggal 53 poin dari Quartararo (sebelumnya 28).

Bagnaia lebih parah lagi. Posisinya melorot satu tingkat ke P5 dan gapnya dengan Quartararo menjadi 66 poin (sebelumnya 41).

Kejuaraan Dunia MotoGP 2022 memang masih memiliki 11 balapan lagi. Namun, bagi Espargaro, Bastianini, dan Bagnaia, jelas bukan tugas mudah untuk memperkecil gap dengan Quartararo jika El Diablo terus mampu konsisten seperti sekarang.

Yamaha Praktis Kian Mengandalkan Quartararo

Hasil MotoGP Catalunya makin menegaskan bila musim ini Yamaha tidak akan mampu berbuat banyak tanpa Fabio Quartararo. Sampai balapan kesembilan, pembalap terbaik Yamaha berikutnya adalah rekan setim Quartararo sendiri, Franco Morbidelli.

Kendati begitu, Yamaha tidak bisa mengandalkan runner-up MotoGP 2020 itu karena ia kini hanya berada di P19 klasemen dengan hasil finis terbaik P7 di MotoGP Indonesia, saat cuaca tidak normal.

Franco Morbidelli, Yamaha Factory Racing

Franco Morbidelli, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Dua pembalap tim satelit WithU Yamaha RNF MotoGP, Darryn Binder dan Andrea Dovizioso, lebih parah lagi. Binder hanya berada di P20 klasemen sedangkan Dovi dua tingkat di bawahnya.

Hanya mengandalkan satu pembalap jelas berisiko bagi Yamaha. Jika Quartararo mengalami cedera, mereka dipastikan bakal habis.

Situasi ini juga kurang bagus untuk pengembangan Yamaha YZR-M1 ke depan. Jika hanya mengambil masukan teknis dari Quartararo (karena ia pembalap dengan hasil terbaik sejauh ini), M1 dikhawatirkan hanya bakal cocok terus dengan El Diablo di masa depan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Jack Miller Bingung Tampil Buruk di MotoGP Catalunya
Artikel berikutnya Yamaha Klaim Masih Unggul atas Ducati di Tikungan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia