Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Aleix Espargaro Ingin Aprilia Tiru Brawn GP atau Leicester

Aleix Espargaro sangat optimistis dengan peluang pabrikan asal Noale, Italia, tersebut untuk merebut gelar juara dunia MotoGP 2022.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Tidak ada yang meragukan bila Aleix Espargaro dan Aprilia Racing menjadi pembalap dan pabrikan yang paling mengejutkan dalam Kejuaraan Dunia MotoGP 2022. Paling tidak itu terjadi di sepertiga musim ini.

Sampai balapan ketujuh di Le Mans, Prancis, pembalap Spanyol berusia 32 tahun tersebut berhasil menempati peringkat kedua klasemen MotoGP. Hasil finis terburuknya sejauh ini hanyalah P11 dengan sudah mengantongi satu kemenangan dan tiga podium ketiga.

Dengan torehan tersebut, Aleix Espargaro kini hanya tertinggal empat poin dari pemimpin klasemen yang juga juara dunia Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP).

Kakak kandung Pol Espargaro (Repsol Honda) tersebut terlihat puas dengan torehannya pada MotoGP sejauh musim 2022 ini berjalan. Ia pun membandingkan torehannya saat ini dengan dua kesuksesan tak terduga yang pernah terjadi di sepak bola dan Formula 1.

“Contoh bagus sudah ditunjukan tidak hanya oleh Leicester City FC tetapi juga Brawn GP, saat secara tak terduga berhasil memenangi gelar F1 bersama Jenson Button,” ucapnya.

“Kini, kami harus menuntaskan pekerjaan karena belum memenangi gelar seperti kedua contoh itu. Namun, apa yang dilakukan Brawn GP dan Leicester bisa menjadi contoh bagus.”

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, berduel pada lomba MotoGP Prancis di Sirkuit Bugatti, Le Mans.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, berduel pada lomba MotoGP Prancis di Sirkuit Bugatti, Le Mans.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Pada akhir 2008, sebuah manajemen yang dipimpin Ross Brawn mengakuisisi Honda Racing F1 Team. Mereka kemudian mengganti nama menjadi Brawn GP dengan merekrut dua pembalap kawakan, Jenson Button dan Rubens Barrichello.

Di luar dugaan, Button memenangi enam dari tujuh balapan awal musim tersebut dan kemudian memastikan gelar juara dunia pembalap F1 2009 pada 18 Oktober di GP Brasil. Barrichello yang memenangi dua balapan finis di peringkat ketiga klasemen akhir.

Dengan delapan kemenangan (dari total 17 balapan), Brawn GP juga menyabet gelar juara dunia konstruktor. Praktis, pada musim pertama dan satu-satunya turun di F1, Brawn GP berhasil menyabet gelar ganda.

Pada pertengahan November 2009, pemasok mesin Brawn GP, Mercedes-Benz, dengan rekanan Aabar Investments, membeli 75,1% saham tim tersebut untuk kemudian turun dengan nama Tim Mercedes GP mulai musim 2010.

Kejutan juga pernah terjadi di Liga Primer 2015-16. Leicester City yang sama sekali tidak diunggulkan mampu merebut gelar juara di bawah pelatih Claudio Ranieri.

Bagi Leicester, itulah gelar liga tertinggi pertama dalam 132 tahun berdirinya klub. Leicester juga menjadi klub ke-24 yang mampu menjuarai kompetisi tertinggi sepak bola Inggris, serta menjadi tim keenam yang berhasil juara di era Liga Primer (dimulai pada 1992).

Baca Juga:

“Keteraturan menjadi rahasia kami. Kami mampu cepat meskipun masih ada yang kurang dari sisi konsistensi performa di semua sirkuit dibanding Yamaha,” tutur Espargaro.

“Namun, mereka (khususnya Quartararo) memiliki tekanan yang tidak kami rasakan. Faktor inilah yang membuat kami bisa sedikit lebih unggul.”

Aleix Espargaro pun menyebut sejumlah pembalap yang dinilai sebagai rival berat. Menariknya, nama Enea Bastianini (Gresini Racing) tidak termasuk yang disebutnya. Bastianini sejauh ini menjadi pembalap dengan jumlah kemenangan terbanyak, tiga.

“Saya sebut Quartararo sebagai rival utama karena saya melihat tidak ada pembalap lain yang mampu lebih cepat atau lebih konsisten daripada kami berdua. Jorge Martin (Pramac Racing) dan Pecco Bagnaia (Ducati Lenovo) sangat cepat tetapi tidak konsisten,” katanya.

“Para pembalap Suzuki juga konsisten tetapi mereka tidak secepat kami. Quartararo, saya kira memiliki kedua karakteristik itu (cepat dan konsisten). Karena itulah saya melihatnya sebagai lawan terberat.”

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Silly Season MotoGP: KTM Negosiasi dengan Miller, Rins, dan Pol Espargaro
Artikel berikutnya KTM Harap Tak Ada Konstruktor Lain yang Keluar dari MotoGP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia