Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Analisis: Catatan tes pramusim MotoGP Qatar

Tes pramusim ketiga dan terakhir MotoGP telah berakhir. Seri pembuka akan dimulai akhir pekan depan. Oriol Puigdemont menganalisis performa para pembalap selama tes tiga hari di Qatar.

Maverick Viñales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Vinales tunjukkan keperkasaan

Ketika Maverick Vinales mengendarai Yamaha untuk pertama kalinya di tes akhir musim Valencia, banyak yang memprediksikan dia akan cepat beradaptasi. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat membayangkan bahwa dia akan melakukannya begitu cepat.

Vinales tampil impresif selama pramusim: dia selalu menjadi pembalap tercepat di trek dalam tujuh dari 11 sesi tes – terkencang secara keseluruhan di setiap trek. Ini mengindikasikan bahwa pembalap berusia 22 tahun itu akan kompetitif di setiap trek dan dalam semua kondisi.

Kendati demikian, ada satu pertanyaan terkait performa Vinales sebelum seri pembuka digelar, yakni apakah dia mampu menghadapi tekanan untuk bertarung memperebutkan kemenangan setiap Grand Prix akhir pekan. Akan menjadi kejutan andai tekanan itu tak mempengaruhinya.

Maverick Viñales, Yamaha Factory Racing
Maverick Viñales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Marquez sembunyikan kartu

Sulit untuk mengetahui dengan pasti bagaimana performa Marc Marquez di seri pembuka musim, terutama setelah lima kecelakaan selama tiga hari tes pramusim di Qatar.

Juara dunia bertahan itu mengklaim dalam situasi lebih baik dibandingkan tahun lalu, ketika dia dan pembalap Honda lainnya kesulitan beradaptasi dengan elektronik dari Magneti Marelli.

Marquez sendiri menyadari sepenuhnya bahwa Vinales sudah pasti akan menjadi pembalap yang harus dikalahkan dalam perebutan gelar juara. Tapi kita masih harus melihat strategi apa yang akan dipilih Marquez – karena strategi musim lalu mungkin tak cukup untuk melawan rival barunya tersebut.

Marc Marquez, Repsol Honda Team
Marc Marquez, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Rossi gagal cari jawaban

Di sisi lain dari garasi Yamaha, kekhawatiran Valentino Rossi selama tes pramusim berlanjut, dan The Doctor mengalami kesulitan selama tes di Qatar.

Rossi dan timnya menunjukkan sinyal buruk di Losail: pada hari kedua, mereka mengklaim telah menemukan arah yang tepat, dan lalu pada hari terakhir, mereka menyadari mungkin berjalan di arah yang salah. Ketika Rossi tampil kencang pada motor 2017, ia justru tidak tahu mengapa bisa demikian.

Namun, kita semua tahu bahwa The Doctor bukan pembalap latihan, jadi tidak akan mengejutkan jika dalam 10 hari kemudian, Rossi kembali di depan saat seri pembuka musim.

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing
Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Ducati turunkan ekspektasi

Jika Yamaha terpesona oleh adaptasi mudah Vinales dengan YZR-M1, maka Ducati menyadari bahwa mereka harus menunggu sedikit lebih lama bagi Jorge Lorenzo untuk berperforma terbaik di atas motor Desmosedici GP.

Lima kali juara dunia itu adalah pembalap fenomenal, tapi ia tetap memiliki kelebihan dan kekurangan. Di Qatar, sebagai contoh, Lorenzo masih bekerja memperbaiki posisi saat mengendarai Ducati dan semua perangkat yang harus dikontrolnya.

“Target kami setelah merekrut Jorge adalah bertarung untuk kejuaraan, tapi bahkan sudah jelas kami belum siap melakukannya sekarang,” ucap General Manager, Gigi Dall’Igna pada tes hari terakhir di Qatar.

Dengan Lorenzo yang masih beradaptasi, dan Ducati belum kompetitif seperti yang diharapkan, maka patut dinanti bagaimana kesabaran kedua belah pihak terhadap hubungan baru ini selama musim berjalan nanti.

Jorge Lorenzo, Ducati Team
Jorge Lorenzo, Ducati Team

Foto oleh: Ducati Corse

Pedrosa kuda hitam?

Setelah menghadapi musim paling sulit sepanjang kariernya di MotoGP tahun lalu, Dani Pedrosa tampak telah pulih dengan beberapa perubahan positif selama tes pramusim.

Perubahan nyata dari kehadiran Crew Chief anyar, Giacomo Guidotti, dan Sete Gibernau yang menjalankan peran sebagai penasihat, terlihat membawa dampak optimisme kepada Pedrosa yang terefleksi di trek.

Pembalap Repsol Honda itu tercepat kelima di Sepang, terpaut hanya 0,2 detik. Ia lalu menutup tes Phillip Island dan Qatar di posisi ketiga – dalam hasil kombinasi. Pedrosa juga tercatat hanya satu kali terjatuh.

“Kami telah mengubah banyak hal, dan kondisi dalam tim juga membantu. Sedikit (perubahan) dari ban, tim dan diri sendiri; karena jika Anda mendapatkan semua feeling baik dan kepercayaan diri, itu akan mendorong Anda.”

Dani Pedrosa, Repsol Honda Team
Dani Pedrosa, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Iannone mundur ke belakang

Andrea Iannone terlihat menjadi sosok berbeda ketika menyelesaikan tes pramusim di Qatar, jika dibandingkan saat memulai tes akhir musim Valencia pada November 2016 lalu. Feeling positif pada Suzuki di Valencia dan Sepang menghilang saat tes Phillip Island dan Qatar.

The Maniac Joe mengaku Suzuki memiliki grip (daya cengkeram) masif di belakang motor, yang menyebabkan dorongan ke bagian depan. Dan karena inilah, Iannone harus mengubah gaya balap dan membuatnya tidak senang.

“Itu tidak mudah, terutama pada ban baru. Saya mencoba untuk beradaptasi diri sendiri, tapi untuk cepat pada motor ini, Anda perlu untuk mengendarainya seperti Maverick, dan itu bukan gaya balap saya,” keluhnya.

“Saya mencoba, tapi itu tidak datang secara alami. Dia tidak pernah mengerem ketika merebah di tikungan; dia selalu mengerem pertama dan lalu ketika menikung, pada momen terakhir.”

Andrea Iannone, Team Suzuki MotoGP
Andrea Iannone, Team Suzuki MotoGP

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Folger akan layak dinantikan

Dari empat rookie yang akan balapan di kelas premier musim ini, Jonas Folger tampak menjalani transisi paling mulus ke MotoGP. Ia tidak hanya cepat pada single lap, tapi juga dalam long run, dan ia tidak membuat terlalu banyak kesalahan.

Kita tahu YZR-M1 2016 memainkan peran besar bagi Folger untuk tampil cepat, karena itu merupakan motor terbaik dan paling seimbang pada musim lalu, serta berkat kompon ban Michelin. Sementara pertarungan antara dia dan rekan setim Johann Zarco masih berlanjut, Folger lah yang mengakhiri tes pramusim selangkah di depan.

Namun, pada titik ini, kita masih harus melihat bagaimana Folger mengatasi tekanan dalam kondisi balap. Sejauh ini, dia melakukan segalanya dengan baik, dan jika kita melihat catatan waktunya, maka tak akan mengejutkan jika dia finis delapan besar pada debut di MotoGP.

Jonas Folger, Monster Yamaha Tech 3
Jonas Folger, Monster Yamaha Tech 3

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Kenyataan menyakitkan KTM

Tes pramusim di Qatar menyoroti besar-besaran tantangan yang harus dihadapi KTM. Pabrikan Austria itu datang ke Losail dengan membawa mesin baru bagi kedua pembalap, tapi rupanya tidak bekerja sesuai rencana. Dan kini spesifikasi mesin baru ketiga perlu dibangun.

Sebagai hasilnya pula, KTM berada di belakang dari yang diduga setelah tes di Phillip Island. Di Qatar, Pol Espargaro dan Bradley Smith sangat kesulitan pada kompon ban medium, yang kemungkinan dipakai untuk balapan di Losail nanti.

Motor RC16 masih 'liar' di gigi rendah, dan itu sesuatu yang harus dipecahkan untuk meningkatkan area lain.

“Akan menyenangkan untuk memperebutkan poin di sini, tapi itu mungkin sedikit terlalu optimistis. Saya pikir kami terpaut 0,3 detik. Yang paling penting adalah menyelesaikan balapan dan mendapatkan informasi sebanyak yang kami bisa,” tukas Smith kepada Motorsport.com.

Bradley Smith, Red Bull KTM Factory Racing
Bradley Smith, Red Bull KTM Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Fairing baru tak dipakai balapan

 

Salah satu pembicaraan terbesar di tes Qatar adalah tentang desain fairing aerodinamika baru, untuk mengkompensasi pelarangan winglet.

 

Tak diragukan bahwa fairing ‘hammerhead’ Ducati memiliki desain paling radikal. Kedua pembalap, Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo, telah menguji coba masing-masing sebanyak tiga lap. Sedangkan, Marc Marquez juga menguji coba fairing baru dengan dua tipe berbeda – dan sempat mengalami kecelakaan.

 

Dengan pengecualian dari Suzuki yang menggunakan fairing berdinding ganda pada beberapa long run, tampaknya fairing aerodinamika baru milik sejumlah pabrikan tersebut tidak akan digunakan pada seri pembuka musim.

Andrea Dovizioso, Ducati Team, new aerodynamic winglet fairing

Andrea Dovizioso, Ducati Team, winglet fairing aerodinamika baru

Foto oleh: Gold and Goose Photography / LAT Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Wawancara: Andrea Iannone andalan utama pengembangan Suzuki
Artikel berikutnya Marquez: Rossi, Vinales dan Pedrosa sangat konsisten

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia