Analisis: Marquez melawan dirinya sendiri
Statistik mendukung pendekatan defensif yang digunakan Marc Marquez di MotoGP musim ini, di mana ia memimpin klasemen sementara meski hanya sedikit meraih kemenangan.
Marc Marquez, Repsol Honda Team
Gold and Goose / Motorsport Images
Toh, Marquez telah mengakuinya beberapa kali. Bagaimana ia mengalami konflik dengan dirinya sendiri setiap kali turun ke trek.
Bagian dari diri Marquez berbenturan dengan versi baru, di mana ia lebih rasional. Pembalap Repsol Honda itu telah belajar dari realitas musim lalu, ketika ia tak dapat bertahan dalam pertarungan gelar juara sepanjang 2015.
Sejauh ini, versi baru Marquez telah menang. Walaupun sisi agresifnya di trek terkadang masih muncul. Ambil contoh saat balapan di Silverstone. Ia kehilangan peluang naik podium setelah mencoba untuk merebut posisi finis kedua dari Cal Crutchlow.
“Marc yang lama ini kembali lagi pada lap-lap terakhir dan saya finis keempat. Orang berkata ‘Mengapa Anda mengambil risiko? Anda kehilangan beberapa poin,” tutur Marquez dalam wawancara kepada MotoGP.com.
“Tapi bagaimana jika saya finis kedua? Orang akan berkata,’Marc adalah raja karena ia mengambil risiko. Dia meraup banyak poin’.”
Dalam situasi saat ini, Marquez meyakini bahwa strategi terbaik adalah mencoba untuk mengamankan poin sebanyak mungkin.
Dan statistik membuktikan keputusannya tepat.
Jelang ronde ke-14 di Aragon akhir pekan ini, Marquez memimpin puncak klasemen sementara dengan keunggulan 43 poin atas rival beratnya, Valentino Rossi.
Pada 2016, Marquez menjadi pembalap dengan koleksi kemenangan terbanyak (tiga). Jumlah kemenangan terendah sejak ia melakoni debut di MotoGP pada 2013 lalu.
Pada musim pertamanya di kelas premier, Marquez telah memenangi lima balapan. Lalu, ia mencetak rekor 13 kemenangan pada 2014.
Bahkan pada 2015, musim terburuknya, ia meraih kemenangan sebanyak empat kali jelang ronde Aragon.
Satu hal yang kontras jika dibandingkan dengan musim lalu, Marquez belum pernah gagal untuk mencetak poin pada 2016 ini.
Keputusan untuk menerapkan filosofi ‘zen’ adalah kunci kesuksesan dari Marquez. Dan itu pula yang membuat ia melakukan sedikit kesalahan dari pembalap lainnya.
Ketidakstabilan kejuaraan, hasil dari kedatangan Michelin dan elektronik baru, telah mengejutkan semua orang. Namun, Marquez merupakan sosok terbaik dalam menghadapi perubahan tersebut.
“Mungkin saya bukan pembalap terkuat, tapi kami terkuat dalam semua situasi. Pada akhirnya, yang paling penting untuk kejuaraan adalah konsistensi,” tandasnya.
“Anda harus memiliki satu prioritas dan itu adalah kejuaraan. Lebih baik melakukan cara berbeda dalam beberapa balapan bagi kejuaraan,” pungkas Marquez.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments