Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Aprilia Mulai Pusing Pikirkan Konsekuensi Kehilangan Konsesi

Race Director Aprilia Massimo Rivola berhasil mengubah pabrikan asal Noale, Italia, itu sebagai tim elite di MotoGP musim ini. Namun, ia juga memikirkan dampak dari sukses itu.

Aprilia

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Aprilia Racing kembali ke Kejuaraan Dunia MotoGP pada 2015 dengan memodifikasi sedikit dari motor andalan mereka di World Superbike, RSV4. Mereka baru mampu menurunkan motor prototipe MotoGP pada 2016.

Pada tahun-tahun awal, mesin V4 1.000cc mengadopsi sistem model cascade untuk menggerakkan camshaft, ketimbang rantai (keteng). Efeknya, bukan hanya tenaga motor yang loyo tetapi juga boros bahan bakar. Belum lagi bobot total motor yang bertambah.

Pun begitu, cascade drive pada awalnya dikembangkan karena terbukti mampu meningkatkan usia pakai kepala silinder (cylinder head) dan juga daya tahan (reliability).

Massimo Rivola dipercaya menjadi Chief Operating Officer (CEO) Aprilia Racing sejak Januari 2019. Kini, Rivola sudah bisa melihat hasil kerja kerasnya.

Massimo Rivola, Chief Operating Officer Aprilia Racing.

Massimo Rivola, Chief Operating Officer Aprilia Racing.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sampai 12 balapan yang sudah digelar, Aleix Espargaro mampu berada di P2 klasemen dengan gap 22 poin dari Fabio Quartararo (Monster Energy MotoGP) di puncak.

Pembalap veteran Spanyol itu sudah merebut satu kemenangan (di Argentina) dan empat finis podium lainnya (semua P3).

Rekan setim Espargaro, Maverick Vinales, juga terus menunjukkan perkembangan signifikan. Ia mampu finis podium dalam dua balapan terakhir, P3 di Assen, Belanda, dan P2 di Silverstone, Inggris.

Aprilia kini juga memimpin klasemen tim, meskipun hanya unggul dua poin atas Ducati Lenovo.

Baca Juga:

Kendati begitu, Rivola menyebut Aprilia belum setangguh perkiraan orang. “Motor Vinales terhenti saat warm-up di Silverstone. Jadi, keandalan (reliability) masih menjadi salah satu kelemahan kami,” ucap Rivola.

Musim depan, Aprilia dipastikan kehilangan konsesi setelah mampu finis podium berulang kali pada MotoGP 2022. Jadi, pada 2023, mereka tidak lagi bisa melakukan tes dengan pembalap reguler.

Satu pembalap juga hanya boleh memakai maksimum tujuh mesin dibanding sembilan (musim-musim sebelumnya) jika musim menggelar paling banyak 20 Grand Prix. Pengembangan mesin mereka juga akan “dibekukan” mulai GP Qatar nanti.

Oleh karena itu, Aprilia harus melakukan homologasi versi yang lebih konservatif untuk “spesifikasi mesin” 2023 agar tidak membahayakan stabilitas.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Saya tidak bisa rileks karena kami takkan lagi memiliki konsesi tahun depan,” tutur Rivola seperti dikutip Speedweek.com.

“Pasalnya, Presiden Piaggio & C. SpA Roberto Colaninno pasti tidak akan senang jika saat melihat di TV mesin motor kami terbakar.”

Saat disinggung soal kualitas mesin, Rivola terlihat merendah meskipun ia berkata yang sesungguhnya. “Kami masih jauh dari sebutan mesin terbaik (di MotoGP). Kami belum selevel dengan KTM, dan juga Honda,” tuturnya.

Rivola juga sempat terdiam sejenak saat disinggung soal Ducati, yang notabene rivalnya sesama pabrikan asal Italia.

“Sejauh ini kami mampu mengambil keuntungan dari apa yang kami miliki. Kami mampu memaksimalkan aerodinamika, sasis, dan set-up elektronik. Kami menemukan kombinasi bagus dari area-area ini,” kata Rivola.

Kekhawatiran yang diungkapkan Massimo Rivola terkait Aprilia akan kehilangan konsesi mulai MotoGP 2023, memang cukup beralasan.

KTM mulai turun sebagai pabrikan non-konsesi pada MotoGP 2021. Setelah itu, performa mereka cenderung tidak stabil. 

Pada 2020, KTM mampu memenangi tiga race: dua lewat pembalap tim satelit Tech3, Miguel Oliveira, dan satu dari Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing).

Musim 2021 lalu, KTM hanya dua kali menang lewat tim pabrikan mereka atas nama Binder dan Oliveira. Musim ini, KTM baru sekali menang lewat Oliveira. Itu pun saat kondisi lintasan Sirkuit Mandalika, tuan rumah GP Indonesia, tidak ideal karena habis diguyur hujan.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Morbidelli Nilai Quartararo Underdog ketimbang Bagnaia
Artikel berikutnya Zeelenberg Sebenarnya Berharap Dovizioso Akhiri Musim bersama RNF

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia