Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia
MotoGP Misano Official Testing

Bagnaia Pilih Didenda daripada Pakai Komunikasi Radio

Francesco Bagnaia memimpin tes MotoGP Misano setelah Grand Prix San Marino. Sang juara bertahan menegaskan tidak terlalu menyukai sistem radio.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Pecco Bagnaia menutup tes resmi terakhir musim MotoGP 2024 dengan perasaan yang baik. Setelah Grand Prix San Marino, di mana ia tidak dapat mengalahkan Marc Márquez di kandang sendiri. Pembalap pabrikan Ducati itu mengendarai Desmosedici GP24, yang mengalami peningkatan aerodinamis pada fairing.

Ducati tidak membawa prototipe pertama GP25 untuk musim depan untuk diuji coba, seperti yang dikonfirmasi oleh Davide Tardozzi, karena model tersebut masih dalam tahap pengembangan.

Setelah menyelesaikan tes, Pecco berbicara kepada media, termasuk Motorsport.com, dan memberikan ringkasan tentang pekerjaannya hari itu.

"Saya melakukan banyak pekerjaan untuk tahun 2025. Saya tidak mencoba fairing baru, Martin dan Bastianini yang mencoba, dan mereka senang. Saya sangat fokus pada hal-hal lain, karena motor kami masih perlu meningkatkan beberapa hal,” ujarnya.

“Sayangnya, ini adalah hal-hal yang tidak bisa kami gunakan tahun ini, karena kami harus mengembangkannya lebih banyak lagi, dan yang saya maksud adalah perangkat elektroniknya. Kami masih memiliki sedikit margin, tetapi hari ini sulit untuk memahami sesuatu, karena waktunya hampir sama dengan ban baru atau bekas.

Baca Juga:

"Saya mencatatkan waktu 1:30,9 dengan ban medium yang sudah digunakan selama 22 lap, lalu saya menggunakan ban baru dan membukukan 1:30,6. Tapi, jika saya ingin melakukan 'time attack' dengan kompon medium, saya bisa saja mencatatkan waktu 1:30 lebih lambat karena kondisi lintasan hari ini. Tapi itu tidak masuk akal," lanjutnya.

Pembalap nomor satu ini menjelaskan mengapa ia tidak mencoba peningkatan aerodinamika. Bagnaia pernah mencobanya di masa lalu, tetapi tidak menyukai perasaan yang ia dapatkan.

"Saya mencoba aero ini di akhir pekan di Silverstone, tetapi saya memakainya dan kemudian langsung melepasnya, karena saya tidak menyukainya," ucapnya.

Apa yang dicoba oleh Bagnaia adalah sistem radio baru yang telah dicoba oleh beberapa pembalap, seperti Fabio Quartararo, dan yang akan diterapkan Kejuaraan Dunia MotoGP musim depan untuk komunikasi dari Race Direction.

Pembalap Italia itu tidak menyukainya, dan memperkirakan akan didenda lebih dari sekali karena tidak menggunakannya, seperti yang pernah dialami Michael Jordan di NBA, terutama karena teknologinya di luar konsep kedatangan radio, seperti di Formula 1.

"Saya pikir saya akan didenda, seperti Jordan, di setiap balapan, karena saya tidak akan menggunakan semua itu. Jordan didenda setiap pertandingan karena ia mengenakan sepatu merah (seharusnya berwarna putih). Saya telah menguji sistem ini dan ternyata 'meremas tulang Anda' (menyakitkan): hanya dengan menghabiskan 30 detik dengan jari-jari Anda di dalamnya (untuk mengaktifkannya), itu mulai terasa sakit, bayangkan 40 menit berkendara,” jelasnya.

“Ini tidak masuk akal, jadi saya memilih kena denda. Kami memiliki semua sistem yang memungkinkan untuk memperingatkan tentang apa pun: dasbor, papan, jadi kami tidak membutuhkan komunikasi lain yang dapat mengalihkan perhatian kami. Kami mengendarai motor yang tidak memungkinkan hal itu.”

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Yang paling disukai Pecco adalah ban depan baru yang akan digunakan Michelin pada 2025, yang ia kendarai sejenak setelah istirahat makan siang.

"Saya menyukainya. Itu adalah sesuatu yang benar-benar saya butuhkan. Saya adalah pembalap yang menggunakan banyak pengereman saat memasuki tikungan, dan saya pikir kompon ini sangat bagus dalam hal itu,” imbuhnya.

“Mungkin sedikit lebih sulit untuk mengubah arah, karena sedikit lebih berat, tapi saya sangat suka cengkeramannya dan cara mendorong karetnya. Selain itu, rasanya ketika Anda berada di belakang motor lain, Anda tidak terlalu merasakan masalah tekanan, jadi itu bisa menjadi langkah maju. Saya sangat menyukainya dan saya harap mereka akan menggunakannya tahun depan.

"Kenyataannya (ban) mengerem dengan sangat baik. Masalah saya dengan karet yang kami miliki sekarang adalah saya tidak bisa mengerem seperti yang saya inginkan, karena kompon depan tidak bisa bertahan.

“Namun, dengan yang satu ini, saya memiliki lebih banyak margin. Saya memutuskan untuk mencoba mendorongnya di Tikungan 2 dan 4, di mana jika saya terjatuh, itu tidak akan terjadi karena tikungan itu lambat, untuk melihat apakah ada gerakan, atau bagian depan akan menutup, tetapi itu bertahan dengan sangat baik. Saya pikir ini adalah langkah maju terbesar yang mereka buat dalam beberapa tahun terakhir," lanjutnya.

Bagnaia bahkan mampu membuat perbandingan antara Ducati danHonda saat melakukan uji coba.

"Hanya ada 30 menit untuk menguji ban ini. Saya sedikit di belakang Joan Mir, tapi 'sayangnya' mesin saya terlalu kuat. Saya tertinggal di Tikungan 1, tetapi kemudian saya menyalipnya saat keluar dari Tikungan 6, bahkan sebelum saya masuk ke gigi tiga. Sungguh luar biasa, karena top speed-nya tidak buruk, tapi anehnya, akselerasi motornya sangat lambat,” ia menuturkan.

Terakhir, pembalap yang berada di posisi kedua ini berkomentar mengenai kondisi fisiknya.

"Pagi ini saya meminum obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan sangat baik. Kemudian, saya juga menempelkan dua koyo pada jahitan yang terasa sakit, dan itu sangat membantu saya. Efeknya bertahan lama, jadi saya merasa cukup baik," pungkasnya.

Mira: ¿ES POSIBLE QUE MÁRQUEZ GANE ESTE MUNDIAL?

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya MotoGP Perkenalkan Radio Komunikasi Pembalap pada 2025
Artikel berikutnya Pengembangan Mesin V4 Yamaha untuk Motor MotoGP Berlanjut

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia