Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pecco Bagnaia Ungkap Alasan Misano Lebih Berat daripada Aragon

Francesco “Pecco” Bagnaia mengakui harus bertarung mati-matian melawan Fabio Quartararo pada lap-lap akhir MotoGP San Marino.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Pecco Bagnaia harus menunggu hingga 42 balapan untuk merebut kemenangan pertamanya di MotoGP saat berlangsungnya GP Aragon, akhir pekan lalu. Namun, ia berhasil memastikan kemenangan keduanya hanya seminggu setelah sukses perdananya.

Adalah lomba MotoGP San Marino yang berlangsung di Sirkuit Misano, Minggu (19/9/2021) lalu, yang menjadi kemenangan kedua pembalap tim pabrikan Ducati Lenovo tersebut.

Kemenangan kedua Bagnaia ini tidak hanya berkesan karena direbut di balapan yang bisa dibilang kandangnya. Maklum, tempat latihan pembalap Italia tersebut, VR46 Motor Ranch milik Valentino Rossi, hanya berjarak 11 km dari Misano.

Pada lomba di Misano – yang juga tidak tidak jauh dari markas Ducati di Borgo Panigale, dekat Bologna, Italia – Bagnaia tampil kesetanan. Memulai balapan dari pole, Ducati Desmosedici GP21 geberannya tidak tersentuh di depan sampai finis.

Tetapi, setelah balapan Bagnaia menyebut kemenangan keduanya di MotoGP ini tidaklah mudah. Ia menyebut balapan di Misano jauh lebih sulit dibanding podium utamanya di Sirkuit MotorLand Aragon, Spanyol, lalu.

Adalah tekanan dari pemimpin klasemen yang juga kandidat juara dunia, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) pada lap-lap akhir balapan berdurasi 27 lap (114,102 km) tersebut.

Francesco Bagnaia, Ducati Team, berusaha mati-matian menahan tekanan Fabio Quartararo, Yamaha MotoGP, pada lomba MotoGP San Marino di Sirkuit Misano, Minggu (19/9/2021).

Francesco Bagnaia, Ducati Team, berusaha mati-matian menahan tekanan Fabio Quartararo, Yamaha MotoGP, pada lomba MotoGP San Marino di Sirkuit Misano, Minggu (19/9/2021).

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Statistik lomba menunjukkan, Quartararo yang finis kedua hanya terpaut 0,364 detik dari Bagnaia. “Kemenangan di Misano ini lebih sulit ketimbang sukses saya sebelumnya di Aragon,” ucap Bagnaia, 24 tahun, seusai balapan.

Juara dunia Moto2 2018 itu pun mengungkapkan sejumlah faktor yang membuatnya merasa balapan di Msano lebih berat ketimbang di Aragon, saat ia tercatat 14 kali saling balap dengan Marc Marquez (Repsol Honda) sebelum memenanginya.

Pertaa, lintasan Misano lebih pendek (4,226 km) ketimbang Aragon (5,077 km). Tidak hanya lebih pendek, Misano juga menuntut fisik lebih berat daripada di Aragon.

“Di Misano, Anda praktis tidak memiliki waktu rileks saat lomba. Aragon memiliki trek lurus yang lebih panjang sehingga Anda bisa sedikit rileks,” tutur Bagnaia.

“Selain itu, Misano juga memiliki lintasan yang sempit menjelang finis. Di Aragon, dari sisi kecepatan lomba saya yang tercepat. Tetapi di Misano, menurut saya, Quartararo selangkah lebih maju daripada kami. Itulah yang membuat kemenangan di sini lebih sulit bagi saya.”

Bagnaia juga menyebut kecepatan di tikungan menjadi salah satu kunci keberhasilannya di Misano, selain start yang bagus dan menurutnya yang terbaik selama ia turun di MotoGP. “

“Dulu, saya selalu lebih awal melakukan pengereman saat akan masuk tikungan. Kini, saya merasa late braking lebih baik,” kata Bagnaia seraya tertawa.

Baca Juga:

Pemilihan ban juga ikut memengaruhi mengapa Bagnaia mampu dikejar Quartararo beberapa lap menjelang finis. Setelah merebut pole position, Bagnaia sejatinya kurang yakin memilih ban belakang berkompon lunak (soft) untuk Ducati Desmosedici GP21 buat lomba.

Sementara, Quartararo mengandalkan kompon medium untuk Yamaha YZR-M1 geberannya.

“Saya tahu ban medium lebih bagus buat balapan. Tetapi, saya pun paham bila ban soft memiliki grip lebih bagus pada awal balapan. Jadi, saya gila-gilaan pada awal lomba,” ucap Bagnaia.

“Namun, menjelang akhir balapan, saya melihat Quartararo mampu memperkecil gap antara 0,3 sampai 0,4 detik per lap. Saya mulai panik karena tahu overtaking dengan Ducati di Misano sangatlah sulit.

“Quartararo lebih cepat ketimbang saya di Sektor 1 dan 4 sedangkan saya lebih baik di dua sektor lainnya. Jadi, saya mencoba memaksimalkannya dan berusaha terus menjauh di Sektor 2 dan 3.”

Kemenangan di Misano membuat Francesco Bagnaia mempertipis gap dengan Quartararo di puncak dari 53 menjadi 48 poin. Dengan empat balapan tersisa dan maksimal 100 poin yang bisa direbut, Bagnaia jelas masih berpeluang merebut gelar.

“Lima poin yang saya pangkas dari Quartararo memang tidak banyak. Tetapi kemenangan kedua secara beruntun ini membuat motivasi saya berlipat,” ucap Francesco Bagnaia.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Home Race Valentino Rossi Berakhir Tak Sesuai Harapan
Artikel berikutnya Joan Mir Kesal Kehilangan Kesempatan Pertahankan Gelar

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia