Bayliss Lihat Kesamaan MotoGP dan Moto3
Rivalitas di MotoGP kembali sengit musim ini, di mana jarak antara para pembalap terutama yang ada di depan tidak terlalu jauh. Mantan rider MotoGP, Troy Bayliss, menilai ajang balap level premier kini seperti Moto3.
Troy Bayliss
Ducati Corse
Keseimbangan kekuatan pabrikan sekelas Ducati, Yamaha dan Suzuki terlihat jelas di MotoGP Qatar dan MotoGP Doha.
Para pembalap muda lebih bergairah untuk meraih kemenangan. Musim lalu, ketika Marc Marquez absen, ada tujuh pemenang berbeda.
Musim ini, sudah ada pemenang berlainan dalam dua balapan pembuka, yakni Maverick Vinales dan rekan setimnya, Fabio Quartararo. Antara penghuni peringkat 1 hingga 15 di kualifikasi selisihnya hanya sembilan detik.
Bayliss memperhatikan persaingan dengan antusias. Dalam podcast In the Fast Lane, mantan pembalap MotoGP tersebut mengutarakan analisisnya.
“MotoGP sedang menjadi lebih kompetitif, di mana para pembalap (jaraknya) lebih dekat satu sama lain. Tampaknya mulai seperti sebuah lomba Moto2 atau Moto3,” ujarnya.
“Menurut saya, hal itu terjadi karena banyak faktor, seperti regulasi, pembalap yang lebih kompetitif dan prestasi meningkat semua motor. Kombinasi tersebut membuat balapan sangat indah dan ketat.”
Juara dunia World Superbike (WSBK) tiga kali -2001, 2006, 2008- tersebut gembira menyaksikan perkembangan Ducati. Pabrikan yang dibelanya hingga sejak masih berstatus pembalap MotoGP hingga WSBK, menunjukkan perkembangan pesat.
Tim yang bermarkas di Borgo Panigale tersebut berpeluang mempertahankan titel juara konstruktor musim ini, jika menilik dari empat pembalapnya (dua dari Pramac Racing) kerap berada di grup depan.
Bahkan, Johann Zarco yang bernaung di tim Pramac, menyumbang poin maksimal beruntun. Sementara wakil skuad pabrikan, Francesco Bagnaia berada di posisi keempat.
Bayliss meminta agar Ducati tidak besar kepala karena mereka sejatinya masih jauh dari gelar juara dunia. Jadi perlu bekerja keras supaya lebih kompetitif.
“Mereka belum menang tapi di Borgo Panigale, mereka sudah melakukan pekerjaan dengan bagus,” katanya.
Pria 52 tahun tersebut menilai kini antara Ducati dengan tim satelitnya, Pramac, tak beda jauh karena semua menggunakan Desmosedici GP21.
“Saya tak yakin kalau ada gap besar antara dua tim, satu-satunya yang membedakan adalah dana. Pastinya tim pabrikan ingin menang, semua mau menang, tapi di depan hanya ada satu Desmosedici, jadi tidak terlalu buruk,” Bayliss menekankan.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments