Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Canet Klaim Didiskriminasi, Pembalap MotoGP Beberkan Realitanya

Beberapa pembalap merespons klaim Aron Canet yang sulit naik kelas dari Moto2 ke MotoGP karena tatonya. Sebagai sesama penggemar tato, Fabio Quartararo memahami situasinya.

Aron Canet, Pons Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Jumlah tato yang dirajah di tubuh rider Flexbox HP40 tersebut boleh dibilang berlebihan jika dibandingkan para penghuni grid lainnya. Tak cuma dua lengan, tato juga memenuhi lehernya.

Kesimpulan mendapat perlakuan diskriminatif ditarik setelah negosiasi dengan beberapa tim, sejak tahun lalu, menemui jalan buntu. Alasannya adalah tato.

“Saya bernegosiasi dengan beberapa tim dari kategori berbeda dan beberapa menolak saya karena saya punya banyak tato. Di luar paddock, saya juga dilabeli tanpa mereka mengenal saya, hanya karena citra saya,” ia mengeluhkan kepada As.

Bagi sebagian yang berkecimpung di ajang grand prix motor, itu tak masalah selama bisa menunjukkan performa luar biasa secara konsisten. Namun, MotoGP bukan hanya soal balap, ada sponsor yang terlibat dan memperhatikan citra.

Kadang, sebagai bagian dari perjanjian, pembalap diminta merepresentasikan produk sponsor tersebut. Quartararo, yang juga hobi merajah tubuh, sedikit kebingungan diminta menanggapi isu ini.

“Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia jelas memiliki sangat banyak tato. Saya bisa mengerti tim-tim juga,” ujar pembalap Yamaha Factory Racing.

“Saya juga punya banyak tato dan saya tahu bagaimana hal itu bagi beberapa brand, terutama yang memandang citra tanpa tato sangat penting. Beberapa ada yang tidak peduli, tapi beberapa ya.

“Sungguh sedih karena dia adalah pembalap kuat, saya harap jika dia siap naik ke MotoGP, dia akan menemukan tim.”

Aleix Espargaro berada di tengah-tengah. Pembalap Aprilia Racing itu mendukung Canet, tapi tak menyalahkan bagaimana perusahaan-perusahaan yang ada di balik tim bekerja.

“Ini menyedihkan, tapi itu faktanya. Seperti menyangkal rasialisme. Rasialisme ada, sayangnya, dan sekarang citra sangat penting,” ucapnya.

Baca Juga:

“Aron katakan bahwa dia bukan pemuda buruk juga tidak lebih baik ketika dia tidak punya tato, dan itu refleksi bagus. Namun, saya berada di tim pabrikan MotoGP dan saya tahu bagaimana menajer perusahaan multinasional bekerja.

“Suka atau tidak, itu sesuatu yang memiliki pengaruh, tapi saya dukung Canet 1000 persen. Sudah menyenggol saya ketika Dorna melarang celana pendek, stereotype ada di sana.”

Sementara itu, juara dunia MotoGP enam kali, Marc Marquez, lebih menitikberatkan pada prestasi di trek.

“Saya memiliki opini sangat jelas tentang itu. Jika Anda memenangi 10 balapan, jangan khawatir, tidak ada yang akan menyadari dasi kupu-kupu Anda, tato atau apa pun. Tim-tim akan menginginkan Anda,” ia menekankan.

“Semua terhormat dan karakter setiap orang harus dihargai, tapi olahraga ini seperti itu. Yang palin bernilai adalah hasil di trek.”

Pembalap Ducati, Francesco Bagnaia, merasa aneh alasan banyak tato digunakan tim untuk menolak seseorang.

“Tampak aneh pada satu titik di tahun 2022. Ini merupakan sebuah masalah. Tidak berarti apa-apa jika Anda punya banyak tato. Bagi saya, terlihat aneh jika tim menolak Anda karena punya tato,” ia menjelaskan.

Rekan setim Bagnaia musim depan, Enea Bastianini, mengutarakan pendapat senada dengan rekan-rekannya.

“Saya tidak mengerti situasi ini. Saya kira Canet adalah pembalap sangat kencang dan saya juga tahu bahwa untuk beberapa pabrikan, citra sangat penting,” rider Gresini Racing Team mengingatkan.

“Dia punya banyak tato, tapi dia merupakan orang hebat. Kami rekan setim pada 2017 dan saya tahu dia orang baik.”

Canet memulai dari Moto3 pada 2016 usai direkrut Estrella Galicia 0,0. Tiga tahun di sana, ia mengumpulkan tiga kemenangan dan 10 podium. Bahkan, pemuda tersebut menghuni peringkat ketiga klasemen musim 2017.

Runner-up Moto3 2019 bersama Sterilgarda Max Racing Team membuka pintu promosi. Ia mengangkat tiga trofi kemenangan dan tembus zona podium tujuh kali.

Aspar Team berjasa membawa Canet ke Moto2. Selama dua musim, pemuda yang hari ini berulang tahun ke-23 itu, hanya mengoleksi lima podium.

Ia kemudian pindah ke Flexboh HP40 musim ini dan baru merebut tujuh podium. Aron Canet menjadi pembalap urutan ketiga dengan raihan poin terbanyak.

 

Aron Canet, Pons Racing
Aron Canet, Pons Racing
Aron Canet, Pons Racing
Aron Canet, Pons Racing
Aron Canet, Pons Racing, Pons Racing
Brad Binder, Red Bull KTM Factory Racing
Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, Aleix Espargaró, Aprilia Racing Team
Enea Bastianini, Gresini Racing, Francesco Bagnaia, Ducati Team
Enea Bastianini, Gresini Racing
9

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil FP1 MotoGP Thailand: Sempat Crash, Marc Marquez Tercepat
Artikel berikutnya Impresi Pertama Danilo Petrucci Setelah Geber Suzuki

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia