Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Wawancara

"Stoner bisa meraih banyak gelar juara"

Salah satu engineer MotoGP paling dihormati, Ramon Forcada, berbicara kepada Motorsport.com saat bekerja dengan Casey Stoner, sosok yang dianggap sebagai pembalap bertalenta.

Casey Stoner

Team LCR

Stoner debut di kelas premier berstatus pembalap LCR Honda, tim balap yang dimiliki Lucio Cecchinello pada 2006, usai menandatangani kontrak dengan Sito Pons.

Mantan pembalap Australia itu seolah tertutup bayang-bayang rekannya sesama rookie kala itu, Dani Pedrosa, yang bergabung ke pabrikan Repsol Honda dan menjadi tandem mendiang Nicky Hayden. Namun, hanya butuh dua balapan melihat potensi Stoner.

Ia tiga kali tertinggal penerbangan, tapi berhasil tiba di sirkuit untuk sesi latihan pertama. Setibanya di trek Losail, Stoner mencetak catatan waktu terbaik dan mengulanginya saat kualifikasi. Ia pun merebut pole position.

Seri berikutnya dihelat di Turki, dan di sana ia mencetak podium perdana lewat keberhasilan finis kedua di belakang Marco Melandri. Ketika tampaknya akan menjalani musim yang brilian, Stoner mulai sering terjatuh. 

“Ada 23 kecelakaan sepanjang musim itu dan semuanya karena ban depan,” jelas Forcada.

“Casey perlu benar-benar merasakan bagian depan motornya. Dia tidak peduli dengan bagian belakangnya.”

Casey Stoner

Stoner menutup debutnya dengan menempati peringkat kedelapan dan mengoleksi 133 poin di klasemen akhir. Ia juga tercatat enam kali gagal finis dan satu kali tidak start balapan. Ban depan Michelin yang dipakai tidak sesuai dengan gaya balap Stoner.

Fakta ini menjadi jelas ketika ia hijrah ke Ducati pada 2007, yang memakai ban Bridgestone. Stoner sukses juara dunia dengan 10 kemenangan dari 18 seri.

Forcada menambahkan: “Setiap kali kami bertemu, dia berkata, ‘Motor ini tidak fantastis, tapi ban depan memungkinkan untuk melakukan apapun yang saya inginkan. Itulah satu-satunya rahasia’.

 

Casey Stoner, Marco Melandri and Dani Pedrosa battle
Dani Pedrosa, Marco Melandri dan Casey Stoner, MotoGP Turki 2006

Foto oleh: Team Gresini

Engineer asal Spanyol, yang kini bekerja dengan Maverick Vinales, merupakan crew chief Carlos Checa pada 2007. Forcada juga adalah kunci di balik kesuksesan tiga gelar juara Jorge Lorenzo pada 2010, 2012 dan 2015.

Ditanya perihal karakteristik Stoner, Forcada menjawab: “Dia buas di atas motor.

“Dia tahu mengapa dia cepat, saya rasa, tapi bukan itu masalahnya. Anda harus memberinya motor seperti yang dia inginkan, dan kemudian dia bisa melakukan sesuatu yang hebat.

“Dia bisa sampai di trek tanpa tahu apa-apa, dan berhasil mencetak rekor pada lap ketiganya.”

Forcada lalu melanjutkan: “Secara fisik, dia tidak sempurna dan tidak peduli dirinya sendiri. Ada masa di mana dia motor sambil makan sebatang cokelat.

“Inilah bagaimana dia mendapatkan pole pertamanya: dia ketinggalan pesawat dan tiba ketika sesi latihan akan dimulai – dan dia hanya makan cokelat yang diberikan seseorang di dalam mobil!

“Saya tidak pernah mengenal seseorang dengan bakat bawaan seperti dia. Dia bisa memenangi banyak gelar juara sesuai keinginannya.”

Casey Stoner

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Crutchlow: Iannone menyia-nyiakan talentanya
Artikel berikutnya Apa yang membuat VR46 Riders Academy istimewa?

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia