Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Cecchinello: Gresini Jadi Model dan Acuan Tim-tim Privat

Bos Tim LCR Honda Lucio Cecchinello dan mendiang Fausto Gresini menjadi rival baik sebagai pembalap maupun pemilik tim. Namun, hubungan keduanya sangat baik dan saling menghormati.

Lucio Cecchinello, Team LCR Honda Team Principal, Fausto Gresini, Aprilia Gresini Racing Team Team P

Lucio Cecchinello, Team LCR Honda Team Principal, Fausto Gresini, Aprilia Gresini Racing Team Team P

Gold and Goose / Motorsport Images

Sejak masih remaja, Lucio Cecchinello sudah mengidolakan Fausto Gresini. Meskipun lebih muda sembilan tahun daripada juara dunia kelas 125 cc (kini Moto3) 1985 dan 1987 itu, kedua pembalap asal Italia itu sempat berduel di kategori tersebut pada musim 1994.

Cecchinello dan Gresini sebetulnya kali pertama berduel di Kejuaraan Nasional Balap Motor Italia pada 1992 kelas 125 cc.

“Saat masih 16 tahun, saya memasang poster pembalap-pembalap seperti Fausto, Carlos Lavado, Luca Cadalora, dan Pierfrancesco Chili di kamar,” ucap Cecchinello seperti dikutip Speedweek.com.

“Saya penggemar Fausto dan menyaksikan semua balapannya. Saya sangat menikmati duelnya melawan Cadalora saat sama-sama memakai Garelli pada 1986,” ujar Cecchinello tentang pria yang wafat pada 23 Februari lalu dalam usia 60 tahun karena Covid-19 itu.   

Cecchinello juga mengagumi teknik balap Gresini. Kemampuannya melakukan late braking di tikungan cepat menunjukkan tekniknya yang tinggi.

Baca Juga:

“Saat pertama bertemu di kejuaraan dunia, Fausto sudah menjelang akhir karier. Motornya pun tidak lagi kompetitif (milik Tim Scot Honda),” kata Cecchinello.

Kekaguman Cecchinello terhadap Gresini berlanjut saat masing-masing menjadi bos tim balap. Cecchinello mendirikan tim mulai 1996 dengan satu motor di kelas 125 cc bersama Honda lalu dua motor sejak 1998. Pada 2001, Cecchinello memilih Aprilia sebagai partner.

Cecchinello baru mulai turun di MotoGP sejak 2006 dan kembali bersama Honda. Saat itu pula timnya di kelas 250 cc mengganti kembali motornya dengan Honda.

Gresini lebih lambat setahun (1997) mendirikan tim balap daripada Cecchinello. Namun, Tim Gresini Racing langsung ke kelas tertinggi saat itu di kejuaraan dunia, 500 cc (kini MotoGP) bersama Honda.

“Jujur, saya masih menjadi penggemar Fausto sejak ia mulai mendirikan tim balap. Sebagai pemilik tim, Fausto dengan cepat mampu menjadi referensi bagi mereka yang ingin atau sedang membangun tim seperti saya saat itu,” kata Cecchinello, 51 tahun.

Pada 1999, Gresini turun kasta ke kelas 250 cc. Di kelas ini, Gresini mampu mengantarkan Daijiro Kato menjadi juara dunia pada 2001. Sukses tersebut membuat Gresini kembali ke MotoGP mulai 2002. Sampai 2014, Gresini selalu dipasok motor oleh Honda.

Kini, Gresini Racing memiliki tim masing-masing di MotoGP (bersama Aprilia sejak 2015), Moto2, Moto3 (Honda sejak 2015), dan MotoE.

Sementara, sejak 2019, Tim LCR milik Cecchinello turun di kelas MotoGP dan balap motor listrik alias MotoE.

Bos Aprilia Racing Team Gresini, Fausto Gresini (kiri), saat memberikan masukan kepada salah satu pembalapnya di MotoGP, Aleix Espargaro.

Bos Aprilia Racing Team Gresini, Fausto Gresini (kiri), saat memberikan masukan kepada salah satu pembalapnya di MotoGP, Aleix Espargaro.

“Gresini Racing dengan cepat menjadi acuan dan model bagi semua tim privat di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Dari caranya memperlakukan sponsor sampai kemampuannya yang berhasil memperkecil gap antara tim pabrikan dengan privat,” tutur Cecchinello.

“Fausto juga piawai menemukan investor baru. Fausto banyak sekali membantu kami karena sebetulnya kami meniru semua cara yang dipakainya. Model bisnis yang dibangunnya menjadi standar bagi tim-tim privat seperti kami.”

Reputasi Gresini bertambah menjadi pencari pembalap berbakat setelah mampu mengalahkan skuad pabrikan Repsol Honda saat menjadi runner-up MotoGP tiga kali beruntun lewat Sete Gibernau (2003, 2004) dan Marco Melandri (2005).

“Saya juga ingat persaingan kami di MotoGP antara 2012 sampai 2014, saat tim saya diperkuat Stefan Bradl dan Gresini mengandalkan Alvaro Bautista. Rivalitas itu untuk membuktikan siapa tim satelit Honda yang terbaik,” kata Cecchinello.

“Fausto benar-benar bukan hanya lawan tangguh sebagai pembalap tetapi juga pesaing yang hebat sebagai pemilik tim.”

Menariknya, meskipun menjadi lawan yang sulit di lintasan, sebagai pemilik tim Gresini tidak segan berbagi pengalaman dan memberi masukan kepada tim milik Cecchinello. Tentunya masih dalam batasan-batasan profesional.

“Saat akan membuat tim MotoGP pada 2006, saya meminta masukan dari Fausto. Ia pun sangat membantu dengan memberikan informasi dan tidak ada yang ditutup-tutupi kendati tahu saya bisa saja menjadi rivalnya kelak (dan terbukti),” kata Cecchinello.

Saat Tim Gresini Racing putus hubungan dengan Honda pada 2015 karena tidak memiliki anggaran cukup, Lucio Cecchinello masih tetap berkomunikasi dengan Fausto Gresini.

“Pertemanan kami tetap dilandasi faktor profesionalisme. Fausto pun tidak akan membicarakan soal tim yang memang menjadi rahasia atau untuk melindungi timnya,” tutur Lucio Cecchinello.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kesan Pertama Pol Espargaro Usai Jajal Honda
Artikel berikutnya Martin dan Zarco Disebut Kombinasi Sempurna

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia