Celoteh Tim Motorsport.com Indonesia: Team Order Ducati
Topik team order tengah jadi pembicaraan hangat. Di satu sisi tak menyalahi aturan, sedangkan di sisi lain mengundang perdebatan.
Marco Bezzecchi, VR46 Racing Team, Luca Marini, VR46 Racing Team, Jorge Martin, Pramac Racing, Johann Zarco, Pramac Racing, Francesco Bagnaia, Ducati Team, Jack Miller, Ducati Team, Enea Bastianini, Gresini Racing, Fabio Di Giannantonio, Gresini Racing
Ducati Corse
Fans balap rasanya sudah tidak asing lagi dengan istilah team order. Terhitung masih jarang di MotoGP, namun sudah sering itemukan dalam Formula 1.
Paling kontroversial tentu saja ketika Rubens Barrichello diminta oleh Jean Todt, kala itu menjabat Team Principal Ferrari, untuk memberikan jalan kepada Michael Schumacher di Grand Prix Austria 2002 silam.
MotoGP bukannya tak penah ada kejadian team order. Pembaca mungkin masih ingat dengan pesan “Mapping 8” yang dikirimkan dari Ducati kepada Jorge Lorenzo di GP Malaysia 2017.
Mengacu dalam Wikipedia, team order diartikan sebagai praktik tim yang mengeluarkan instruksi kepada pembalap untuk menyimpang dari praktik normal balapan melawan satu sama lain seperti yang mereka lakukan terhadap pembalap tim lain.
Kini, team order kembali mencuat. Penyebabnya, Johann Zarco yang tidak menyalip Francesco Bagnaia saat kedua pembalap berlomba pada GP Thailand akhir pekan lalu.
Francesco Bagnaia, Ducati Team
Foto oleh: Dorna
Bagaimana pandangan Tim Motorsport.com Indonesia perihal team order Ducati? Simak selengkapnya di bawah ini:
Cahyo Tri Nugroho
Editor in Chief
“Sepanjang intens menyaksikan Kejuaraan Dunia MotoGP sejak sekira akhir 1980-an (saat kelas premier masih GP500, memakai mesin 2-tak 500cc), baru pada musim 2022 ini ada satu pabrikan yang begitu mengandalkan banyaknya jumlah motor mereka, untuk merebut gelar juara dunia pembalap.
“Menurut saya, apa yang dilakukan Ducati sah-sah saja karena itu bagian dari strategi. Tetapi, secara moril, siapa pun pembalap Ducati yang nanti akhirnya menjadi juara dunia (baca: Francesco Bagnaia, karena peluangnya paling besar), hati kecilnya pasti berat.
“Team Order (lebih tepat disebut “Factory Order”) yang diterapkan Ducati secara tidak langsung menunjukkan kurangnya kepercayaan mereka terhadap kemampuan pembalap yang digadang-gadang juara.”
=======================================================================
Scherazade Mulia Saraswati
Editor
“Sebenarnya tak ada yang salah dengan team order. Dalam regulasi pun tidak dilarang. Tim-tim Formula 1 malah lebih dulu melakukannya, bahkan selama bertahun-tahun.
“Tetapi memang diakui bahwa team order tidak umum diterapkan oleh barisan skuad MotoGP. Para pembalap juga cenderung bertarung secara indididu, meski statusnya rekan setim.
“Saya melihat pabrikan Ducati terkesan malu-malu soal team order. Jika dirasa perlu membantu Francesco Bagnaia, kenapa tidak buka-bukaan saja? Setidaknya dengan begini Fabio Quartararo, atau Aleix Espargaro, jadi bisa mempersiapkan strategi untuk membendung kubu Borgo Panigale.”
=======================================================================
I Gede Ardy Estrada
Editor
“MotoGP memang balapan, tetapi perlu diingat juga ini olahraga tim. Maksudnya, dalam tahap-tahap tertentu, perebutan juara misalnya, suka tidak suka, kepentingan tim di atas segalanya. Ducati dengan delapan motor di grid, wajar memanfaatkan keunggulannya itu. Apalagi mereka sudah lama tidak punya pembalap juara dunia MotoGP.
“Bisa dipahami Ducati meminta tujuh pengguna Desmosedici tidak mengganggu Pecco Bagnaia ketika kejuaraan sudah masuk fase krusial – meski si pembalap tak mau dibantu — logikanya, rider-rider Ducati pasti akan menuruti perintah pabrikan.
“Yang teranyar adalah saat Johann Zarco tidak coba menyalip Pecco di Thailand. Dia mengakui ada ‘instruksi’. Hasilnya, Pecco kini hanya tertinggal dua poin dari Quartararo dengan tiga race tersisa.”
=======================================================================
Xaveria Yunita
Editor
“Team order Ducati untuk mendorong Francesco Bagnaia sah-sah saja karena tidak dilarang dalam aturan. Tapi di sisi lain, itu mengurangi keseruan.
“Contohnya, Johann Zarco mengalah di MotoGP Thailand padahal dia punya kecepatan lebih baik dari Pecco. Marco Bezzecchi juga menahan diri agar tidak mendahului Pecco di Jepang.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments