Bos Ducati Ungkap Alasan Pabrikan Jepang Lebih Sukses di MotoGP
Selama 46 tahun terakhir Kejuaraan Dunia Balap Motor bergulir, baik di era 500cc dan MotoGP, pabrikan Jepang selalu menjadi yang terbaik ketimbang pabrikan Eropa.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Ducati menjadi salah satu pabrikan Eropa yang berusaha menghentikan dominasi pabrikan Jepang di kelas premier dalam perebutan gelar konstruktor.
Sejak kejuaraan dunia balap motor dimulai pada 1949, pabrikan Inggris (AJS dan Norton) dan pabrikan Italia (Gilera dan MV Agusta) menjadi yang tersukses.
Namun, di awal 1970-an, pabrikan Jepang (Yamaha, Honda dan Suzuki) mulai mendominasi. Hingga kini, hanya Ducati yang mampu mematahkan dominasi tersebut pada 2007 dan 2020.
Tetapi, mereka belum bisa membawa pembalapnya jadi juara dunia, sejak terakhir didapatkan oleh Casey Stoner bersama tim yang berbasis di Borgo Panigale, Italia, itu pada 2007.
Uniknya, Yamaha dan Suzuki berbasis di Italia. Bahkan, markas besar tim berlogo garpu tala itu juga masih kokoh berdiri di Lesmo, Italia.
“Sulit untuk menjelaskan alasan mengapa pabrikan Jepang sangat mendominasi. Mungkin karena mereka berada lebih lama di kelas ini,” kata Prinsipal Ducati, Luigi Dall’Igna.
“Fakta berbicara bahwa di era 500cc hampir tak ada pabrikan lain selain pabrikan Jepang. Tentu saja, itu menjadi salah satu alasannya.”
Luigi Dall'Igna, Prinsipal Ducati Team.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Saat ini, jumlah pabrikan Eropa dan Jepang seimbang karena masing-masing punya tiga wakil. Bahkan jumlah motor pabrikan Eropa lebih banyak daripada pabrikan Jepang dengan 12 berbanding 10.
Namun, itu saja tak cukup untuk mengembalikan masa kejayaan motor Eropa, mengingat cara kerja mereka sangat berbeda dengan pabrikan Jepang.
Sumber daya juga menjadi salah satu hal yang membuat pabrikan Jepang tetap eksis hingga saat ini di kelas premier.
“Di era MotoGP, besarnya anggaran sangat memengaruhi performa Anda. Sejauh ini, pabrikan Jepang mungkin memiliki struktur yang lebih baik daripada kami,” kata Dall’Igna.
“Mereka (Yamaha, Suzuki dan Honda), memiliki struktur yang lebih baik dalam hal berinvestasi lebih besar pada pembalap dan pengembangan teknis. Itu yang belum bisa dilakukan pabrikan Eropa.”
Casey Stoner, Ducati Team.
Foto oleh: Ducati Corse
Bagaimanapun, Ducati menjadi pabrikan yang paling inovatif di MotoGP dan tak jarang teknologi baru yang mereka perkenalkan ditiru oleh pabrikan Jepang.
Dall’Igna mengaku bangga sekaligus sedih karena semua inovasi yang dilakukan Ducati belum berhasil membawa pembalap mereka menjadi juara dunia. Tetapi, pabrikan Jepang yang meniru teknologi mereka berhasil membawa pembalapnya meraih titel MotoGP.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments