Ducati dan Suzuki Beda Pandangan soal Sanksi Yamaha
Ducati khawatir preseden "berbahaya" telah dibuat dengan keputusan hanya menghukum Yamaha, bukan pembalap, karena menggunakan mesin ilegal di MotoGP Spanyol, sementara Suzuki menilai situasinya rumit.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Investigasi Federasi Balap Motor Internasional (FIM) menemukan ada penggunaan katup non-homologasi pada mesin empat rider Yamaha saat seri pembuka di Jerez, Juli 2020.
Karenanya, pada Kamis (5/11/2020) lalu, FIM menyimpulkan bahwa Yamaha melanggar regulasi. Mereka kemudian menjatuhkan hukuman bagi pabrikan Jepang tersebut.
Sanksi fokus pada Yamaha yang belum dapat persetujuan asosiasi pabrikan untuk mengganti katup yang telah diserahkan dengan desain sampel mesin untuk homologasi pramusim.
Yamaha pun harus rela mendapatkan pengurangan 50 poin konstruktor, dua kali lipat dari apa yang dicetak lewat kemenangan Fabio Quartararo dalam MotoGP Spanyol.
Kedua tim Yamaha pun menerima pemotongan yang berbeda. Monster Energy Yamaha mendapatkan pengurangan 20 poin sedangkan Petronas Yamaha SRT 37 poin.
Untuk Petronas Yamaha SRT, reduksi diterima untuk balapan perdana di Jerez dan MotoGP Styria, di mana Franco Morbidelli menggunakan mesin yang sama dan finis ke-15.
Kendati demikian, empat pembalap Yamaha: Maverick Vinales, Valentino Rossi, Quartararo, dan Morbidelli tidak menerima sanksi pengurangan poin.
Artinya, posisi mereka tetap aman dalam klasemen. Vinales, Quartararo, dan Morbidelli masih punya peluang bersaing memperebutkan gelar juara dunia MotoGP 2020.
Yamaha menyalahkan "pengawasan internal" soal penggunaan suku cadang ilegal dan menegaskan tidak ada "kesalahan" sebab katup yang digunakan memiliki spek sama.
Namun mereka menerima keputusan FIM tersebut. Hanya saja, para rival menyayangkan sebab jika hanya pabrikan yang dihukum, kasus seperti ini bisa terulang.
Bos Ducati Paolo Ciabatti, yang menerima keputusan pengurangan poin Yamaha, mengungkapkan kekhawatirannya karena FIM hanya menjatuhkan sanksi kepada tim.
Ciabatti takut ini berpotensi menyebabkan hal serupa di masa depan. Sebab pabrikan bisa mengklaim kasus pengawasan serupa dengan yang terjadi pada Yamaha.
"Saya pikir pengurus FIM mengira itu kesalahan Yamaha dan membuat keputusan ini, yang kami terima karena tidak ada yang akan mengeluh," kata Ciabatti kepada Sky Italia.
"Ini preseden yang sedikit berbahaya, bagaimanapun, karena para pembalap, (meski) bukan kesalahan mereka balapan dengan motor yang tidak biasa."
"Sebuah preseden yang berisiko telah ditetapkan dan mungkin dapat menimbulkan masalah di masa depan dalam hal regulasi," Ciabatti menambahkan.
Menurut bos Suzuki, Davide Brivio, situasinya rumit karena keputusan menghukum pembalap atau tidak bisa "membayangi MotoGP" bagi siapa pun yang akhirnya juara.
"Bila Anda menghukum pembalap, maka siapa pun yang menang, Anda mungkin berkat, 'Ah, itu karena diskualifikasi.'" ujar Brivio kepada MotoGP.
"Ini keputusan yang sulit, karena itu kami menghormati keputusan (FIM) tersebut. Dan saya senang situasi di mana (persaingan) pembalap tetap seperti ini."
"Jadi tidak ada beban. Jika kami menang atau kalah, kami ingin melakukannya di jalur yang benar," Brivio menegaskan.
Laporan tambahan oleh Matteo Nugnes dan Mark Bremer.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments