Ducati menuntut gaya balap yang tidak masuk akal
Sembilan musim menunggangi Yamaha YZR-M1, rupanya benar-benar membuat Jorge Lorenzo bekerja keras untuk menaklukkan Desmosedici GP17.
Foto oleh: Miquel Liso
MotoGP 2017
Siapakah yang akan menjadi juara dunia MotoGP 2017? Valentino Rossi, Maverick Vinales, Marc Marquez, Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso, atau yang lainnya?
Tiga kali juara dunia itu berada di peringkat ketujuh dalam klasemen sementara, dengan raihan podium ketiga di Jerez pada debutnya sebagai pembalap Ducati.
Akhir pekan lalu, Lorenzo tampil agresif pada lap-lap awal di Mugello. Namun, ia akhirnya harus puas finis kedelapan. Sementara rekan setim Andrea Dovizioso keluar sebagai juara MotoGP Italia.
Ditanya apa yang bisa dipelajari dari data Dovizioso perihal kelanjutan adaptasi gaya balap, Lorenzo menjawab: “Percayalah, saya mencoba segalanya untuk memaksimalkan motor ini.
“Saya mengubah posisi (mengendarai) di setiap balapan, tuas tangan, rem belakang dan jok. Saya mencoba melihat semua data para pembalap Ducati untuk memahami di mana saya kalah. Saya mencoba segalanya.
“Tapi dari 20 tahun mengendarai cara yang sama, Anda tidak bisa mengubah begitu saja. Anda tidak bisa belajar bahasa baru dalam dua hari. Semuanya sulit. Anda harus mengendarai motor ini sedikit tidak masuk akal untuk kompetitif. Berbanding terbalik dengan Yamaha.
“Pada saat ini, saya bisa balapan seperti itu saja. Kadang-kadang bagus, kadang-kadang tidak. Saat ini, seperti itu saja.
“Ketika saya merasa percaya diri dengan motor, dan motor terasa seperti milik saya, maka saya akan tampil bagus.”
Selain debut sebagai rookie di Yamaha pada 2008, Lorenzo selalu finis pertama atau kedua di Mugello. Pembalap Spanyol itu juga mengoleksi lima kemenangan sepanjang penampilan di MotoGP Italia.
Ia pun mengatakan, hasil balapan di Mugello menunjukkan apa yang perlu dibenahi bersama Ducati. Faktor utama adalah Lorenzo memerlukan lebih banyak wakut saat pengereman dan bekerja mengatasi kelemahan di tengah tikungan.
“Yamaha mungkin lebih alami untuk gaya balap saya,” tandasnya.
“Bersama Yamaha, saya cepat dari tiga balapan pertama pada 2008. (Di Mugello) saya naik podium selama delapan tahun.
“Saat ini, (Ducati) tidak alami bagi saya. Bahkan jika saya mencoba yang terbaik dan saya pembalap lebih lengkap dibandingkan ketika debut di MotoGP.
“Tapi mungkin gaya balap berlawanan yang dituntut motor pada saat ini.
“Jadi, saya bekerja dengan Gigi (Dall’Igna, General Manager) dan engineer untuk membuat motor menikung lebih baik. Tapi sampai ini terjadi, itu akan banyak bergantung pada trek, dan juga penting untuk melihat kecepatan yang saya inginkan, yang bisa mengubah gaya balap saya.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments