Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Fabio Quartararo Hadapi Momen Tersulit di Motegi

Pemimpin klasemen MotoGP Fabio Quartararo akan menghadapi GP Jepang dengan sederet keraguan setelah insiden lap pertama pada balapan di MotorLand Aragon.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Kecelakaan pada lomba di Sirkuit MotorLand Aragon membuat pembalap tim pabrikan Monster Energy Yamaha MotoGP tersebut kini hanya unggul 10 poin atas Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) di peringkat kedua klasemen.

Bagnaia memang menggila pada sejak menjelang libur tengah musim. Dalam lima balapan sejak menjelang jeda musim sampai awal paruh kedua dimulai, Bagnaia selalu naik podium, itu termasuk empat kemenangan beruntunnya: Belanda, Inggris, Austria, dan San Marino.

Kemenangan beruntun Bagnaia baru terhenti oleh sesama penunggang Ducati Desmosedici GP, Enea Bastianini (Gresini Racing) di GP Aragon, Spanyol.

Menjelang GP Jepang yang akan berlangsung di Sirkuit Motegi, akhir pekan ini (23-25/9/2022), Bagnaia menjelma menjadi salah satu rival berat Quartararo dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP. Namun, lawan bagi El Diablo tidak hanya itu.

Baca Juga:

Bayang-bayang kegagalan finis di MotorLand pada Minggu (18/9/2022) pekan lalu sedikit banyak akan memengaruhi konsentrasi dan psikologi pembalap asal Prancis tersebut.

Ditambah, tekanan untuk selalu finis minimal di podium dalam lima balapan terakhir (dimulai di Jepang) hanya dalam jangka waktu tujuh pekan.

Dalam persaingan di Motegi nanti, banyak faktor yang akan bisa menentukan torehan Quartararo. Bukan hanya Bagnaia yang hanya tertinggal 10 poin tetapi juga Aleix Espargaro (Aprilia Racing) yang cuma terpaut 17 poin dari Quartararo, di posisi ketiga.

Di tangan Espargaro, Aprilia RS-GP menjadi salah satu motor kompetitif di MotoGP musim ini. Mampu menandingi kecepatan Ducati Desmosedici GP serta sudah merebut enam podium, menjadi pelecut Espargaro untuk menambah kemenangan setelah sukses di Argentina.

Secara teknis, Quartararo memang kalah dari para pembalap Ducati. Tetapi, El Diablo dan para pembalap pabrikan lain masih bisa memanfaatkan dari kebijakan Ducati yang tidak tegas soal kerja sama tim pemakai motor pabrikan asal Borgo Panigale, Bologna, Italia, itu.

Enea Bastianini, Gresini Racing, berduel sengit dengan Francesco Bagnaia, Ducati Factory, pada lomba MotoGP Aragon.

Enea Bastianini, Gresini Racing, berduel sengit dengan Francesco Bagnaia, Ducati Factory, pada lomba MotoGP Aragon.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Apa yang terjadi di MotorLand lalu, saat Bastianini tiba-tiba mengambil P1 Bagnaia di lap terakhir, menjadi bukti bila pembalap muda Italia itu juga berambisi ikut bersaing merebut gelar juara dunia MotoGP.

Secara matematis, dengan gap 48 poin dari Quartararo usai GP Aragon, Bastianini memang masih berpeluang mengangkat trofi MotoGP. Maklum, masih ada maksimal 125 poin yang bisa diperebutkan pada lima balapan terakhir musim ini, termasuk Jepang.

Pernyataan bos Gresini Nadia Padovani soal pembalapnya baru akan membantu Ducati bila sudah tidak memiliki peluang lagi, juga menjadi sinyal bila tak semua tim pemakai motor Ducati langsung menyanggupi permintaan dari pabrikan pemasok motor mereka.

Marc Marquez (Repsol Honda), diyakini tidak akan terlalu “mengganggu” Quartararo. Motegi memang kandang Honda. Tetapi, pemegang delapan gelar juara dunia balap motor (125cc 2010, Moto2 2012, dan MotoGP 2013, 2014, 2016-2019) itu sudah menegaskan prioritasnya kini adalah melibas banyak kilometer dan nyaman di atas Honda RC213V.

Tanpa meremehkan pembalap lain, rasanya sulit bagi mereka untuk menyaingi empat besar. Termasuk para pembalap Ducati lainnya.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Jack Miller (Ducati Lenovo), Johann Zarco-Jorge Martin (Prima Pramac Racing) serta Luca Marini-Marco Bezzeecchi (Mooney VR46 Racing), terlalu sering tidak konsisten.

Mungkin yang patut diwaspadai Fabio Quartararo adalah pembaap tim pabrikan Red Bull KTM Factory Racing Brad Binder. Di Aragon lalu, pembalap asal Afrika Selatan itu mampu bersaing di depan dan akhrnya finis P4 usai start dari grid ke-10.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Espargaro Senang Tak Ada Team Order untuk Bastianini-Bagnaia
Artikel berikutnya Agostini: Seharusnya MotoGP Bukan Soal Mesin Kencang tapi Pembalapnya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia